1 =01=

Seorang wanita dengan kaos besar setara dengan ukuran kaos laki-laki dan celana training besar dan panjang , serta topi yang menutupi kepalanya membuat kesan wanita tersebut seperti seorang laki - laki.

Dia berjalan dengan tangan dimasukan kedalam saku celananya, pergi kesuatu tempat. Sebuah tempat makan yaitu warteg, dia duduk sendirian terlihat sedang menunggu seseorang.

"Nia!? " sesuatu menepuk pundaknya dan itu adalah sahabtnya, orang yang ia tunggu dari tadi.

"Lama banget lo" ujarnya, wanita itu bernama Taniya Andriya Anatasya yang biasa dipanggil Nia oleh temannya.

"He he he, sorry sorry, gue tadi tiba - tiba mules" ujar temannya yang bernama Kerinia Frascila Adindaya yang biasa dipanggil Aya oleh Nia. Sedangkan yang diajak bicara hanya mengembuskan nafasnya kasar.

"Eh lo udah pesen? " tanya Aya sambil memperbaiki rambutnya yang terlihat sedikit berantakan.

"Kenapa? lo mau bayarin?"

"Yaa~... Enggak lah, enak bener lo" Aya mulai memanggil pelayan untuk memesan makanan.

'buset gile, cakep bener nih pelayan gebet boleh nggk yah?' iner Aya sambil menatap pelayan tampan yang datang menuju kearah mereka dengan berjalan bak model iklan. Sedangkan Nia yang berada disampingnya hanya cuek bebek memperhatikan pelayan tersebut.

"Mau pesan apa? " pelayan itu bertanya sambil membawa catatan menu untuk menulis menu pelanggannya.

"Nia lo pesen apa? " tanya Aya kepada nia yang sedari tadi memainkan smartphonenya.

"Es teh sama nasi goreng aja mas" ucap Nia.

"Kalau mbaknya yang ini mau pesen apa? " tanya pelayan sambil melihat aya. Sedangkan yang diliatin malah baper.

"Jangan panggil mbak dong, panggil aja 'Ayang' ya" aya tersenyum centil sambil mengedipkan sebelah matanya. Dan Nia hanya memandang jijik sahabatnya.

. . .

"Ah ha ha iya," pelayan itu tertawa hambar dan mulai merasa risih dengan tatapan Aya

"Menu disini apa aja mas?" ucap aya berbasa basi sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya.

"Hm.. Ada bakso, nasi goreng, mi goreng, ayam goreng, nasi ayam, nasi uduk, terong balado dan lainnya"

"Kalau hati mas ada nggak? Eaaa" gombal aya sambil tertawa sendiri sedangkan Nia didepannya memasang pose ingin muntah mendengar gombalan basi milik sahabatnya tersebut.

"Yaudah deh mbak samain aja kayak temennya, ya" ujar pelayan itu langsung pergi sebelum dia digombalin terus sama aya.

"Yahh.. Dia pergi" ujar Aya lesu.

"Ya lo nya bikin tuh pelayan risih, gimana gak mau pergi coba" seru Nia

"Tapi kan gue masih mau pdkt dengan mas - mas pelayan tadi"

"Iyain dah"

Kini pesanan mereka datang, dan mereka mulai menyantap makanan mereka. Aya memperhatikan style Nia dari ujung rambut sampai ujung kaki, sedangkan yang ditatap segitunya hanya mengerutkan alisnya bingung.

"Oh my nia! demi ket, kucing tetangga gue yang baru melahirkan. Kenapa style lo kayak gini? kayak om-om tau nggk. ew"

"Terserah gue dong, emang kenapa? Masalah buat lo, dasar cacing centil"

"Denger ya tokek lompat, gue itu perhatian sama lo, lo itu cewek harusnya pakainnya kayak cewek dong, liat nih gue sebagai contoh" tunjuk aya pada dirinya sendiri bangga.

"Halah, style sekarang tuh kayak gini, bukan kayak cabe - cabean gitu"

"Enak aja lo, gue bukan rica-rica, liat dong pakaian gue alim gini"

"Terserah lu dah"

"Gue heran, ibu lo ngidam apa saat ngandung lo? Ampe keluarnya cewek jadi-jadian kayak gini"

"Ngidam petinju dan cogan,"

"Pantesan aja lo bisa bela diri ya ama muka lo agak ganteng - ganteng gimana gitu"

"Kenapa lo naksir" nia tersenyum seperti om - om genit dengan alis yang dinaik turunkan.

"Amit-amit gue sama lo"

Nia hanya memandang sahabatnya ini malas. Sahabatnya memang tomboy seperti dirinya tapi tidak setomboy dia, aya sahabat masa kecilnya walaupun tomboy tapi sisi feminimnya masih terlihat. Untuk nia, dandan aja nggk pernah punya baju cewek cuman baju sekolah aja yang memang cewek, mungkin itu pikiran nia di otaknya.

~#~#~

Nia berjalan sendirian disebuah gang selepas pergi makan bersama sahabat gilanya aya, tak lama dia samar-samar mendengar sekelompok orang yang berada didalam gang yang lebih dalam. Nia terus berjalan lebih dalam dan melihat segerombol orang, bukan! 4 orang preman yang sedang memalak seorang pemuda, nampak dilihat pemuda tersebut ketakutan dan menyerahkan dompetnya dengan tangan bergetar. Tidak mau tinggal diam, Nia berlari kearah orang - orang tersebut dan menendang salah satu preman yang memegang dompet milik pemuda tersebut.

Bisa dilihat pemuda tersebut terkejut tidak terkecuali dengan para preman itu. Preman yang ditentangnya tadi terlempar dan darah mengalir dari sudut bibirnya, tanpa mengidahkan sakit diperutnya, preman itu menyuruh anak buahnya untuk menyerang Nia.

Nia merasa tertantang, dia mulai posisi beladirinya dan menyunggingkan senyum misteriusnya.

'Empat lawan satu, dasar pengecut tapi tidak masalah karena gue yang akan menang' Nia tersenyum miring dan mulai menyerang ke 4 preman tersebut.

avataravatar
Next chapter