13 13. Pria berpengalaman

"Minggu lalu ayahmu mengundangku makan siang bersama dengan Vina, saat itu nama Mark Lee disebut-sebut, Vina bilang, Mark memikat wanita seperti bunga aster yang menarik banyak kupu-kupu dengan nektarnya. pria itu sangat berpengalaman dan memahami semua trick untuk menaklukan wanita,...",

"Percayalah padaku joo~, pria semacam itu tidak dapat dipercaya... dia adalah tipe pria yang akan dengan mudah meninggalkan wanita. apa kau tidak takut jika kau hanya dipermainkan saja olehnya ??, kurasa pria itu tidak benar-benar serius padamu !",

"Aku tahu !... ayah juga sudah memperingatkanku tentang itu, tapi keputusanku sudah bulat Jay, jadi apapun yang akan terjadi nanti, aku telah siap dengan segala resikonya", memandang wajah Jayden yang murung, Jolene segera menambahkan, "Maafkan aku Jay...aku tidak bermagsud melukai perasaanmu.. aku harap semoga kau juga akan segera menemukan cinta sejatimu...", ujar Jolene lirih, Jay mengepalkan tangannya dengan kuat, emosinya seolah bagai ingin meledak, ia tidak menyangka gadis lugu yang selama ini patuh menurut pada semua kata-katanya, tiba-tiba memberontak dan melawannya demi seorang pria yang baru dikenalnya.

Tatapan mata Jayden memerah melepas kepergian Jolene yang berjalan pergi meninggalkan ruang kerjanya.

Sesudah ia menutup pintu dibelakangnya, Jolene tiba-tiba realized jika sikap yang ditunjukkan Jayden barusan lebih menunjukkan sikap marah padanya, bukan rasa terluka atau patah hati karena keputusannya itu. dalam perdebatan mereka tadi, Jayden bahkan tidak sekalipun menyebut kata "cinta" padanya, sikapnya lebih terkesan seperti seorang pria yang merasa marah karena masa depannya hancur, ketimbang seorang yang patah hati karena ditinggal kekasih.

Jolene menyetir mobilnya pulang, ia menghempas nafasnya lega, entah mengapa perasaan yang ditangkapnya tadi terasa sedikit meringankan rasa bersalahnya pada Jayden.....

.

.

Hari-hari berikutnya, meskipun Mark bekerja lembur hampir setiap hari, mereka bisa menyisihkan waktu satu atau dua jam untuk bertemu, kadang-kadang mereka bertemu tanpa bicara sepatah katapun, mereka merasa puas hanya dengan saling mencuri pandang, menonton televisi dan berdiam diri, pada kesempatan lain, mereka berbincang tanpa henti, saling menyetujui dan menentang, mentertawakan kemustahilan, berdebat tentang dunia politik yang kotor, marah tentang ketidakadilan hidup, dan ambisi untuk memperbaiki dunia,

Minggu-minggu berikutnya, kedekatan mereka semakin terasa kian harmonis, terkadang mereka menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan sambil mengobrol ditaman, lalu makan malam di restaurant umum yang padat, saat lain mereka makan berdua di restaurant mahal yang ekslusive, menonton film baru di bioskop atau menonton konser music band favorite hingga tengah malam,

Ayah dan ibu tirinya Vina tidak banyak berkomentar tentang hubungannya dengan Mark, mereka seolah kompak untuk tidak ikut campur atas pria pilihannya itu, namun Jolene tidak bodoh, ia dapat merasakan tatapan iri Vina padanya, seolah mengatakan wanita itu akan sangat senang jika dapat bertukar tempat dengannya....

Mungkin ayahnya, Jay atau siapapun yang meragukan hubungannya dengan Mark tidak akan percaya jika ia mengatakan bahwa hubungannya dengan Mark begitu murni, meskipun semua orang menilai jika Mark adalah seorang playboy, cassanova atau bad guy, tapi realitanya baik saat mereka berada dirumah atau diluar rumah, Mark selalu berlaku sangat sopan padanya,

Hingga ia sempat berpikir, apakah sebenarnya Mark memang tidak benar-benar menyukainya. tapi buru-buru ia menepis pikirannya itu, tatkala ia melihat pancaran sinar cinta yang berkobar hebat saat Mark memandangnya.

Pria itu terlihat berusaha keras mengontrol diri, agar tidak melewati garis dan menghancurkannya. Karena sepertinya Mark berniat bersungguh-sungguh padanya.

Saat malam minggu tiba, Mark berkeras mengundang Ayah,Vina dan dirinya untuk makan malam serta minum sampanye di Patisserie, tiba-tiba Mark berdiri dan mengangkat gelasnya, "Untuk Ayah dan Vina, terima-kasih pada anda berdua karena sudah bersedia menampungku selama dua bulan ini,"

Ayah dengan bijaksana menyerah pada hubungan antara putri dan tamunya itu, setelah sekian waktu, Ayah akhirnya menarik kesimpulan bahwa hubungan mereka itu benar-benar tulus, dan tidak ada alasan baginya untuk tidak merestuinya, "Kami juga merasa senang kau tinggal bersama kami...", jawab Ayah melunak, berkata dengan wajah bersungguh-sungguh,

"Kami akan sangat senang jika kau berhenti mencari tempat tinggal dan tetap menetap bersama Kami sampai akhir kunjungan," ucap Vina menambahkan ucapan Ayah dengan hangat,

Mark tersenyum kecil, "Terima-kasih banyak atas tawaran baiknya, aku sungguh sangat terharu, kalian baik sekali. tapi sebenarnya, tujuanku membawa kalian makan bersama malam ini adalah untuk berpamitan pada kalian. aku akan pindah besok, aku sudah menemukan apartment ideal yang aku sukai, apartmentku terletak satu blok dengan W Bank, jadi aku bisa kekantor dengan berjalan kaki... sangat praktis dan efficient...",

Jolene menelan makanan dimulutnya dengan berat, perasaan bahagia yang barusan dirasakanya berubah menjadi perasaan campur aduk tidak menentu,....ia tidak tahu akan dibawa kemana arah hubungannya dengan Mark ini ?, Mark tidak sedikitpun memberi signal kejelasan padanya, membuat hubungan mereka terasa semakin tidak pasti...., Apa jangan-jangan Mark memang sengaja mengambil langkah ini untuk pergi dari hidupnya dengan cara terhormat?, jika itu yang pria itu rencanakan.... tentu saja ia juga tidak dapat berbuat apa-apa...

Jolene seolah tidak dapat menutupi kegelisahan hatinya, ia merasa sangat terpukul dengan pemikirannya sendiri tentang Mark, dan akhirnya ia hanya mampu menyunggingkan senyum dan dengan susah payah mengikuti percakapan, ia melewatkan sisa acara makan malam bersama itu dengan wajah murung...

Dua jam kemudian....

Mereka berempat sampai dirumah, setelah mengucapkan selamat malam, Ayah dan Vina berpamitan untuk masuk kedalam kamar tidur dan beristirahat tidur, meninggalkan Mark dan Jolene yang tampak masih ingin menghabiskan waktu berbincang diruang keluarga, "Oh yaa... aku punya ticket konser music besok malam di kafe X, apa kau mau pergi bersamaku ",

"Aku mau ! ", jawab Jolene spontan, ia langsung menyetujui ajakan Mark tanpa ragu-ragu. tapi saat melihat Mark tampak tersenyum tipis, tiba-tiba ia merasa sedikit menyesal dengan spontanitasnya itu, ia menyesal kenapa ia tidak bersikap sedikit jual mahal ?, agar memberi kesan bahwa ia bukanlah gadis murahan !.... Hufft....inilah kelemahan yang masih belum bisa ia hilangkan, ia tidak mampu bersikap berpura-pura, karena ia terbiasa bicara jujur dan berterus terang.

"Kalau begitu, besok aku jemput pukul tujuh malam, kita makan malam dulu sebelum ke konser ",

"Baiklah..."

"Em-m bisakah aku meminta satu permintaan ?",

"Apa ?", Wajah Jolene seketika memerah, Mark berbicara sangat dekat ditelinganya, saat ia memalingkan wajahnya, wajah mereka hampir saja saling bersentuhan,

"Bisakah kau mengenakan gaun yang kau pakai saat makan malam pertama denganku tempo hari ?",

"T-tentu...",

Mereka saling bertatapan penuh arti, Jolene bisa merasakan Mark seolah berusaha keras mengontrol diri, sambil menatap bibirnya ia tampak menelan ludahnya dengan berat, "Terima-kasih joo~.... kalau begitu selamat malam....sampai jumpa lagi besok...",

avataravatar