webnovel

Internal Zone

Kehidupan setelah perang dunia ke empat benar-benar meninggalkan kenangan buruk bagi seorang anak kecil yang menderita Amnesia Disosiatif bernama Yuri. Bersama Ibu angkatnya Lousiana Matthew, mereka mencoba membuka satu per satu tabir yang akhirnya bendera putih pun dikibarkan dan menanggalkan kenangan masa lalu untuk dikubur selamanya. Bersama ke empat saudara angkatnya, Yuri saat ini menikmati kehidupan barunya di tempat penampungan yang dikelola oleh Ibu angkatnya tersebut. Dengan penetapan zona yang dilakukan pemerintah dan mengakibatkan konflik yang sering terjadi dan menjadi pemicu potongan-potongan kecil ingatan yang mulai kembali. Yuri mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu.

Redi_Indra_Yudha · Sci-fi
Not enough ratings
50 Chs

The Smooth Intimidation

Sembari menyalakan sebatang rokok yang telah diambil dari bungkusnya, kemudian dinikmatinya kenikmatan dunia yang tiada banding bagi Yuri untuk melepas rasa lelah maupun kebosanan yang melanda dirinya hari ini. Kepulan asap putih pun akhirnya terbang bebas dibawa oleh semilir angin yang tidak sengaja hadir untuk menyejukkan suasana pada siang hari ini.

"Apa kau benar-benar tidak mau duduk bersanding denganku, Yuri?" tanya Lune sekali lagi untuk memastikan.

"Aku tidak masalah berdiri untuk menikmati semilir angin hari ini, silahkan pergunakan waktumu, Lune. Berikan aku penjelasan atas pertanyaan yang aku inginkan," jawab Yuri tidak ingin Lune mengulur waktu, sehingga sengaja untuk melupakan memberikan jawaban atas pertanyaan Yuri.

"Daripada akan menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan, lebih baik aku waspada," gumam Yuri sembari menghisap rokoknya.

"Fwwuuhhhh," hembusan asap putih yang bagi sebagian orang tersebut sangat mematikan mengepul kembali.

"Baiklah, baiklah ... kau mau mendengarkan bagian yang mana terlebih dahulu?" jawab Lune lalu balik memberikan pertanyaan.

"Terserah kau saja, Lune!?" jawab Yuri.

"Baiklah, akan aku jelaskan sesuka hatiku saja kalau begitu, uaaahhh ...," ucap Lune sembari merenggangkan otot-otot kakunya lalu merebahkan diri di tempat tidur Yuri.

Yuri yang melihat sikap Lune tersebut, sedikit merasa terpukau dan terpana dengan pemandangan lekuk tubuh Lune yang begitu menggugah selera. Bagaimanapun, Yuri adalah laki-laki normal yang tidak akan berbohong kalau dia tidak menikmati santapan yang menggiurkan telah tersaji dihadapannya.

"Tenang ... tenang, fokus ke hal lain saja. Jangan berpikiran yang macam-macam, Yuri!?" gumam Yuri mencoba menenangkan dirinya sembari mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela.

"Aku tidak mau berakhir dan satu nasib dengan orang-orang yang menggodanya," gumam Yuri kembali yang teringat dengan kejadian tempo dulu.

Meskipun demikian, dalam benak Yuri masih terbayang bagian-bagian indah yang mengguncang pergolakan hasrat jiwa yang menggelora, yang dimulai dari Lune meminjam kamar mandinya untuk membersihkan tubuhnya setelah menghajar Bram, tidak sengaja tertidur saat menunggu Yuri selesai mandi, dan saat ini.

"Tenang ... tenang," gumam Yuri sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ada apa, Yuri?" tanya Lune penasaran dengan tingkah laku Yuri tersebut.

"Hah! T-tidak ada apa-apa ... le-leherku sedikit terasa p-pegal saja," ucap Yuri terbata-bata sembari mengusap-usap leher dengan tangan kirinya berulang kali dengan masih menggerakkan kepalanya.

Lune yang melihat sikap Yuri sedikit merasa keheranan, akan tetapi setelah Lune sadar akan perbuatannya yang ingin menjerat semua laki-laki menuju keindahan fana yang hanya sesaat tersebut, mulai beraksi untuk menggoda Yuri.

"Apa kau yakin, aahhhnnn," ucap Lune.

Dimana, Lune memutar tubuhnya ke kanan dan kiri yang tujuan utamanya adalah untuk melemaskan otot pinggangnya. Akan tetapi, Lune kemudian memasang pose seperti foto model yang sedang berjemur di pantai

sembari menghadap ke arah Yuri, dengan masih terbaring di tempat tidur.

"Apa kau mendengarkanku, Yuri. Sungguh tidak sopan ketika ada yang sedang berbicara kepadamu, sedangkan kau tidak mendengarkannya," ucap Lune sembari mempertahankan posisinya dan berusaha menggoda Yuri.

"Tenang ... tenang, aku sudah terbiasa dengan sikap Lune. Jangan mudah terprovokasi dengannya, Yuri!?" gumam Yuri sembari berusaha menikmati kenikmatan dunia sesaat yang sedang berada digenggamannya.

"J-jangan mengulur waktu d-dengan sengaja, Lune. J-jawab saja pertanyaanku," ucap Yuri terbata-bata untuk menghilangkan rasa tidak nyaman dalam dirinya berada dalam kondisi seperti ini.

"Hah! Tidak asyik sama sekali," gumam Lune kemudian merebahkan dirinya sembari menatap langit-langit ruangan Yuri.

"Baiklah ... baiklah," ucap Lune yang menyerah dengan serangannya.

"Haaahhh ... akhirnya," gumam Yuri sembari membuang abu rokok ke asbak yang telah diambil sebelumnya.

"Kalau lebih lama lagi ... lebih baik aku keluar saja dari ruangan ini dan mencari kesibukan lain. Tapi, meskipun Lune memiliki paras cantik dan lekuk tubuh yang mengundang selera setiap lelaki ... namun, sifat yang dimilikinya benar-benar ...," gumam Yuri yang tidak ingin melanjutkan perdebatan dalam batinnya.

Tidak berapa lama tenggelam dalam pemikiran masing-masing, akhirnya Lune segera menjelaskan informasi mengenai keberadaan Jack, maupun bagaimana caranya sehingga Lune mengetahui hal tersebut. Meskipun, pada awalnya Jack hanya ingin membantu para pedagang kaki lima tersebut.

"Aku tidak sengaja mendapatkan berita dari temanku bahwa ia melihat Jack sedang berada di pusat perdagangan kaki lima, namun aku sendiri juga tidak tahu mengapa Jack sampai bisa berada di tempat tersebut," ucap Lune menjelaskan dengan penuh keyakinan.

"Apa Lune benar-benar memiliki teman diluar tempat penampungan ini. Padahal, Lune jarang sekali untuk keluar dari tempat ini," gumam Yuri.

"Apa sumber yang kau dapatkan itu dapat dipercaya, Lune?" tanya Yuri masih memiliki sedikit keraguan dalam hatinya akan perkataan Lune tersebut.

"Aku tidak tahu apakah informasi yang aku peroleh tersebut memang benar adanya atau tidak. Oleh karena itu, aku langsung menghubungi Bram dan meyakinkan dirinya untuk segera menuju ke lokasi dan sebisa mungkin melindungi Jack," jelas Lune kembali.

"Apa masih ada yang ingin kau perdebatkan denganku lagi, sebelum aku melanjutkan apa yang ingin kau ketahui," ucap Lune sembari membalikkan tubuhnya, sehingga posisi Lune saat ini membelakangi Yuri.

"Baiklah, maafkan aku. Silahkan lanjutkan penjelasannya," jawab Yuri merasa bersalah karena membuat Lune berkata demikian.

"Dari informasi yang aku dapatkan juga, Jack terlibat perselisihan dengan geng kelas bocil yang tiba-tiba muncul tidak tahu darimana asalnya, kemudian meminta uang keamanan dengan sedikit memaksa," ucap Lune menjelaskan akar permasalahannya.

"Lalu, kau juga mengetahuinya sendiri, bukan! Kalau dalam kondisi seperti itu, biasanya Jack akan melakukan hal-hal yang seperti apa?" tanya Lune yang tidak ingin menjelaskan lebih panjang lagi tentang masalah Jack.

"Iya, aku juga tahu apa yang akan dilakukan oleh Jack," balas Yuri.

Meskipun dalam dua tahun ini, Jack seringkali bersifat dingin kepada siapa saja tanpa terkecuali ibu sekalipun yang dikarenakan mengalami kegagalan untuk masuk ke dalam akademi militer, Yuri pernah mengabaikan perasaan Jack. Hal ini dikarenakan, Yuri disibukkan dengan pekerjaan paruh waktu di dua tempat kerja yang berbeda disamping kebahagiaan ibunya adalah prioritas yang utama.

"Pasti Jack akan membantu para pedagang kaki lima tersebut," ucap Yuri kembali setelah beberapa saat terdiam memikirkan hubungannya dengan Jack yang mulai memiliki jarak tersebut.

"Kau jangan menyalahkan dirimu sendiri, karena tidak semua yang terjadi dengan adik-adik kita ... hanya menjadi tanggung jawabmu," sahut Lune.

"Tapi, Lune ... bagaimanapun setidaknya kita juga harus tetap memperhatikan Jack, apalagi setelah ia gagal dalam---" ucap Yuri tidak dapat menyelesaikan perkataannya karena langsung dipotong oleh Lune.

"Aku juga merasa bersalah, Yuri!" hardik Lune ketus.

"Lune," gumam Yuri merasa terharu.

Akan tetapi, beberapa detik kemudian Yuri masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Lune tersebut. Hal ini disebabkan, Lune tidak pernah sekalipun merasa bersalah terhadap orang-orang yang pernah ia berikan penghargaan yang akan selalu diingat selama masa hidup orang tersebut.

"Oh iya, Lune hanya berkata bahwa ia merasa bersalah ... tapi, tidak mengatakan merasa bersalah akan hal apa," gumam Yuri sembari mematikan rokoknya.

Tiba-tiba saja terdengar sebuah tawa dari arah Lune. Meskipun tawa tersebut tidak terlalu jelas, namun Yuri sangat paham bahwa tawa tersebut bukan pertanda sesuatu yang baik sembari bergumam, "Pasti tebakanku benar."

"Hehehehehe," tawa kecil Lune.

"Lune, ada apa?" tanya Yuri memberanikan dirinya.

"Hah, tidak ada apa-apa, kau tenang saja, Yuri!?" jawab Lune dengan posisi masih membelakangi Yuri.

"Hanya saja ... aku juga merasa bersalah terhadap Jack, karena ... aku kurang memberikan pelajaran kepada dirinya," ucap Lune dengan nada yang terdengar sangat emosi sembari mengepalkan tangan kanannya.

"Tunggu saja ketika ia pulang nanti," ucap Lune kembali.

"Sesuai dugaanku," gumam Yuri sembari menundukkan kepalanya dengan masih bersandar di pinggiran jendela ruangannya.

"Lalu, apalagi yang kau ketahui, Lune?" tanya Yuri kembali agar topik pembicaraan mereka kembali ke jalur yang benar.

Lune akhirnya harus menunda untuk meneruskan rasa emosinya terhadap Jack, dan melanjutkan beberapa informasi yang ingin diketahui oleh Yuri karena telah mendengar percakapan antara Lune dan Bram secara rahasia. Meskipun, pada dasarnya Lune hanya mengulang kembali apa yang ia katakan kepada Bram, maupun kepada Yuri di awal perbincangan mereka.

"Untuk informasi lainnya ... sebenarnya tanpa aku jelaskan secara rinci, kau pun sudah dapat menarik garis besar dari cerita yang telah aku sampaikan," ucap Lune mulai merasa bosan.

"Jadi, kesimpulannya adalah ... semua jawaban yang kau inginkan sudah aku sampaikan ... semuanya," ucap Lune mencoba mengintimidasi Yuri agar tidak mengajukan pertanyaan lainnya.

Yuri yang mendengar perkataan Lune tersebut tidak langsung mengambil keputusan untuk setuju. Hal ini dikarenakan, masih ada beberapa hal yang ingin diketahui oleh Yuri, dan menurutnya sengaja ingin tidak disampaikan oleh Lune.

"Masih ada yang belum kau sampaikan, Lune!" ucap Yuri tiba-tiba.

"Kau belum memberitahuku ... mengapa kau memberikan pendapatmu kepada Bram untuk membawa Jack pulang besok, mengapa tidak hari ini?" tanya Yuri yang tidak tahu harus memulai dari mana lagi pertanyaan-pertanyaan lain yang akan ia ajukan kepada Lune.

"Apa kau ingin tahu, Yuri?" tanya Lune sembari membalikkan badannya sehingga pandangan Lune sekarang menatap kembali langit-langit ruangan Yuri.

"Apa ada alasan tertentu sehingga kau tidak ingin menyampaikannya, Lune?" tanya Yuri semakin penasaran.

"Tidak ada alasan apapun, dan ... seperti yang aku katakan sebelumnya. Secara garis besar kau sudah dapat menyimpulkannya sendiri," jawab Lune.

Yuri semakin terdesak agar dapat mengetahui lebih jauh tentang latar belakang teman Lune, bagaimana cara Lune mendapatkan informasi tersebut, maupun mengapa Lune yakin akan informasi yang diberikan oleh temannya yang tidak pernah sama sekali diperkenalkan ( meski bukan urusan Yuri, tapi ia ingin mengetahuinya ).

"Bagaimana lagi aku harus bertanya kepadanya?" gumam Yuri bertanya pada dirinya sendiri.

"Aku sungguh ingin tahu," gumam Yuri kembali.

"Ahhhnnn," ucap Lune sembari bangkit seperti orang tua yang baru saja bangun dari tidurnya, dan merasakan punggungnya sedikit kram.

"Bisa kau membantuku, Yuri?" tanya Lune tanpa mengalihkan pandangan ke arah Yuri.

"Mulai kembali," gumam Yuri.

"Ada perlu apa lagi, Lune. Tapi, sebelum itu aku ingatkan ... jangan meminta hal-hal yang tidak masuk akal," ucap Yuri memberi peringatan.

"Aku benar-benar memiliki perasaan yang tidak nyaman atas permintaan yang akan diajukan oleh Lune," gumam Yuri.

"Akhir-akhir ini aku sulit untuk menenangkan diriku. Berhubung karena ada Charlotte dan Susan yang membantu pekerjaanku sehingga aku memiliki waktu luang yang cukup untuk hari ini, maka aku ingin kau membantuku berolahraga," ucap Lune yang tidak lama kemudian mengambil posisi yoga Lotus Pose atau Padmasana.

* Pose ini adalah gerakan dasar untuk memulai latihan YOGA dengan sikap duduk sila sederhana diatas matras, meletakkan tangan diatas lutut kemudian agar lebih rileks dan bisa melakukannya sambil memejamkan mata. Seringkali orang menyebutnya seperti pose meditasi. Dengan melakukan pose ini, kita diajak untuk berkonsentrasi mempersiapkan tubuh, pikiran dan nafas kita hanya untuk berlatih YOGA. Beberapa manfaatnya adalah memberikan efek rileks pada sistem saraf sehingga tubuh dapat merespon segala macam rangsangan dengan baik, membuat tubuh merasa lebih rileks atau menenangkan pikiran sehingga dapat berkonsentrasi dengan baik, dan meningkatkan kelenturan pada area lutut, pinggul dan pergelangan kaki.

"Ini bukan waktu yang tepat untuk berolahraga, Lune!?" gumam Yuri mengeluh dan mulai memberanikan dirinya untuk mendekati Lune.

"Baik, baik ... tapi apa yang bisa aku bantu," ucap Yuri.

"Lune, apa kau mendengarkanku?" tanya Yuri.

"Sekarang siapa yang tidak sopan dengan siapa," gumam Yuri mengeluh kembali.

Cukup lama Lune tidak bergerak sama sekali dari posisi awalnya, sehingga Yuri hanya bisa menunggu dan tidak terasa ke dua mata Yuri ingin sekali terpejam dan menikmati tidur siang hari ini. Akan tetapi, dengan cepat Yuri berusaha untuk tetap sadar dan memutar-mutar kepalanya searah jarum jam.

"Hooaaammm, ngantuk sekali. Apa dia masih lama dengan aktivitasnya tersebut," ucap Yuri setelah berhenti melakukan aktivitasnya tersebut.

"Kau ini, baru sepuluh menit seperti satu bulan saja. Sekarang ... bantu aku ke posisi berikutnya," ucap Lune tiba-tiba.

"Hah! Aku mengira kau masih membutuhkan beberapa menit lagi," balas Yuri terkejut.

"Berhubung aku memiliki waktu luang dan ada yang bisa membantuku, mengapa aku tidak memanfaatkannya. Sebab, akhir-akhir ini aku sering stres dengan pekerjaanku, sehingga terkadang sulit untuk tidur dengan nyenyak di malam hari," jelas Lune yang segera berganti posisi yoga Downdog atau Adho Mukha Svanasana.

* Untuk mempermudah gerakan ini, awali saja dengan gerakan table pose, lalu angkatlah badan perlahan, naikkan sitting bone ke arah langit/atas, posisi punggung lurus, posisi perut dorong kearah paha dan kuatkan jari-jari pada matras. Lakukan senyaman mungkin, jika memang telapak kaki belum bisa menyentuh lantai, maka boleh lakukan dengan jinjit. Manfaat dari pose ini adalah merenggangkan area bahu, betis, tumit, tangan dan hamstrings; dapat melancarkan perncernaan, dan menenangkan pikiran jika sedang stress.

"Kau bukan stres karena pekerjaan, tapi terlalu stres menagih hutangmu ke orang lain ... selain itu, aku rasa kau ingin memberikan pelajaran kepada seseorang sampai harus melakukan persiapan seperti ini," gumam Yuri sembari menahan perut Lune dengan tangan kirinya, dan merangkul paha Lune untuk menjaga keseimbangan.

"Mudah-mudahan saja Lune tidak memberiku hembusan angin yang mematikan," gumam Yuri waspada sembari mengalihkan pandangannya.

Sepuluh menit kemudian, Lune segera memberikan instruksi kepada Yuri, karena Lune akan berganti posisi yoga Warrior Three atau Virabhadrasana III sembari berkata, "Kau jangan berpikir yang aneh-aneh ... lakukan saja tugasmu untuk membantuku."

* Posisi ini diawali dengan gerakan berdiri kemudian angkatlah kaki ke belakang, kemudian tarik kedua tangan kedepan, atau bisa juga dengan merentangkan kedua tangan ke samping seperti sayap pesawat terbang. Jika masih sulit merentangkan kedua tangan kedepan atau ke samping karena kurang seimbang, bisa dibantu dengan menaruh kursi di depan kemudian letakkan tangan didudukan kursi atau diatas kursi. Gerakan ini juga tentu saja kaya akan manfaat khususnya daerah panggul, dan punggung, gerakan ini juga baik untuk memperbaiki postur tubuh dan memperkuat bahu dan otot-otot yang terletak di punggung.

"Baik ... baik," balas Yuri mengeluh sembari bangkit dari duduknya.

"Tenang ... tenang, jangan mudah tergoda dengan wanita iblis berwajah malaikat ini kalau kau ingin tetap menikmati hidupmu lebih lama lagi, Yuri!?" gumam Yuri sembari berusaha mengalihkan pandangan matanya untuk hanya fokus kepada satu titik.

Sepuluh menit pun berlalu dengan rasa syukur yang teramat sangat dirasakan oleh Yuri yang mengira ia akan terbebas dari beban yang telah ia setujui tersebut. Namun, Lune segera mengambil posisi yoga Paschimotanasana sembari berkata, "Ada apa dengan wajahmu, Yuri? Apa kau merasa tertarik dengan tubuhku ini?"

"Masih belum selesai juga, Lune?" tanya Yuri memberikan kritikan.

"Itu bukan urusanmu, karena kau telah menyetujui permintaanku ... mengapa kau harus protes dengan keputusanmu sendiri," jawab Lune emosi.

"Baiklah, selesaikan saja secepat mungkin urusanmu, lalu segera pergi dari ruanganku," ucap Yuri tidak memperdulikan perkataan Lune tersebut.

* Seated forward bend atau dalam Bahasa Sansekerta disebut Paschimottanasana, merupakan salah satu gerakan yang terlihat simple tapi ternyata cukup tricky. Hal ini karena pada umumnya kita mempunyai hamstring yang kaku, jadi sulit untuk menempelkan badan ke paha, lebih-lebih untuk cium lutut dengan kaki lurus dan punggung lurus. Yang perlu diingat dalam gerakan ini adalah punggung harus dijaga untuk tetap lurus.Manfaat dari asana ini adalah dapat menenangkan pikiran, merenggangkan tulang belakang, bahu, dan hamstring, membantu agar pencernaan lancar, dan meringankan sakit kepala dan rasa lelah.

"Apa masih belum selesai juga, Lune?" tanya Yuri yang sudah mulai merasa bosan dan ikut merasa lelah.

"Huufftthh ... Huufftthh," Lune mengatur pernapasannya.

"Sudah tidak ada lagi, ini adalah yang terakhir," ucap Lune lalu merebahkan dirinya di atas tempat tidur Yuri dengan posisi yoga Savasana.

* Dari seluruh rangkaian latihan dalam YOGA, sesi terakhir yang akan dilakukan adalah pose ini. Gerakan ini dilakukan dengan tidur terlentang diatas matras sambil memejamkan mata dalam kurun waktu yang cukup lama, yakni sekitar 5-10 menit. Savasana menjadi bagian terpenting dalam latihan YOGA. Setelah kita melakukan asanas (gerakan fisik) yang cukup berat, dan membantu tubuh untuk mempersiapkan keheningan pikiran dan tubuh itu sendiri, Savasana menjadi pose relaksasi final di akhir kelas. Bagi individu yang cukup sulit berdiam diri dan berada dalam keadaan hening dalam waktu yang cukup lama, tentu saja akan merasa tidak nyaman melakukan pose ini. Namun hal ini penting dilakukan, karena dapat merasakan relaksasi yang sangat nyaman, membuat kita semakin larut dalam ketenangan dan memberikan efek ingin tidur .

"Apa maksudmu, Lune. Kalau kau hanya ingin tidur, pergi saja ke ruanganmu," ucap Yuri sembari duduk dipinggir tempat tidurnya.

"Lagi-lagi dia tidak mendengarkan kembali apa yang aku katakan," gumam Yuri mengeluh untuk sekian kalinya.

Dengan meninggalkan Lune yang masih dalam pose yoga, Yuri berinisiatif melangkahkan kakinya untuk mengambil

dua botol air mineral dari lemari pendingin untuk menghilangkan dahaga yang telah melanda kerongkongannya.

"Gulp, gulp, gulp, pffuaaahhh, segar sekali rasanya. Dia yang ingin melakukan olah raga, mengapa aku juga yang harus ikut merasakan lelahnya," gumam Yuri setelah meneguk minumannya.

"Apa kau tidak pernah tahu sopan santun tentang bagaimana menghormati tamu, Yuri?" tanya Lune tiba-tiba.

"Apa lagi salahku ini," gumam Yuri mengeluh sembari menundukkan kepalanya sembari melangkahkan kakinya untuk kembali mendekat ke arah Lune.

"Kau tenang saja, Tuan Putri. Ini aku persembahkan untukmu sebuah minuman duniawi yang mampu menghilangkan dahaga Tuan Putri," ucap Yuri sembari memperagakan bagaimana seorang rakyat jelata memberikan sebuah hadiah berharga kepada seorang putri kerajaan.

"Haahhh, apa kau sudah tertular oleh virus Bram sehingga kau sudah bersikap seperti orang murahan saja, Yuri!?" ucap Lune sembari mengambil botol minuman dari tangan Yuri.

"ARRGGGHHHHH!!!" teriak Yuri dalam hatinya sendiri, meski ekspresi wajahnya hanya bisa tertunduk lesu mendengar perkataan Lune tersebut.

���Untuk kali ini, ingin rasanya aku pergi menjauh dari dunia ini untuk selama-lamanya," gumam Yuri.

"Akhirnya aku bisa lolos dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu untuk kau ketahui lebih jauh, maupun membuang-buang waktuku untuk menjelaskannya kembali, hehehehe," gumam Lune sembari tertawa puas dalam batinnya.

Jangan lupa untuk rate dan power stonenya agar cerita ini terus berkembang. Terima Kasih.

Redi_Indra_Yudhacreators' thoughts