webnovel

Internal Zone

Kehidupan setelah perang dunia ke empat benar-benar meninggalkan kenangan buruk bagi seorang anak kecil yang menderita Amnesia Disosiatif bernama Yuri. Bersama Ibu angkatnya Lousiana Matthew, mereka mencoba membuka satu per satu tabir yang akhirnya bendera putih pun dikibarkan dan menanggalkan kenangan masa lalu untuk dikubur selamanya. Bersama ke empat saudara angkatnya, Yuri saat ini menikmati kehidupan barunya di tempat penampungan yang dikelola oleh Ibu angkatnya tersebut. Dengan penetapan zona yang dilakukan pemerintah dan mengakibatkan konflik yang sering terjadi dan menjadi pemicu potongan-potongan kecil ingatan yang mulai kembali. Yuri mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu.

Redi_Indra_Yudha · Sci-fi
Not enough ratings
50 Chs

Replays

Wednesday, 06 December 2253, 08:41:33

******

******

"Aku pergi kerja dulu ya, Ibu," ucap Lunnaya lalu mengecup dahi ibu angkatnya tersebut.

"Apa kau sudah sarapan, sayang?" tanya Lousiana.

"Tidak banyak, tapi cukup untuk sampai siang nanti kok Bu, tenang saja," ucap Lunnaya yang kemudian pergi meninggalkan ibu angkatnya tersebut.

"Hati-hati dijalan," ucap ibu angkatnya yang dibalas dengan lambaian tangan Lunnaya.

"Pagi Kak Jack, apa tidurmu sangat nyenyak disini, hahahahaha," ucap Lunnaya saat berpapasan dengan Jack yang baru bangun di sofa aula tempat penampungan tersebut.

"Kau ini," gumam Jack singkat tanpa ekspresi.

"Tskk ... tidak menyenangkan," ucap Lunnaya sembari melangkahkan kakinya menjauh dari keberadaan Jack.

Seperti diketahui sebelumnya, bahwa Jack kembali ke tempat penampungan dengan membawa Susan, teman satu angkatan saat mendaftar untuk masuk kemiliteran. Dikarenakan beberapa alasan sehingga membuat Susan terpaksa tinggal sementara di tempat penampungan tersebut daripada Pub / Bar yang sering dikunjungi oleh Jack.

"Bersihkan dulu dirimu, lalu sarapan," ucap Lousiana yang menghampiri Jack.

"Baik Ibu, terima kasih mau menerima Susan meskipun untuk sementara di tempat penampungan ini," ucap Jack.

"Tidak masalah, jangan terlalu dipikirkan, cepat bersihkan dirimu sana," ucap Lousiana.

"Baik Ibu," ucap Jack yang lalu beranjak pergi dari sofa tersebut untuk membersihkan diri ke kamar mandi umum.

Dengan adanya keterbatasan dan keadaan, maka Susan terpaksa menempati ruangan Jack. Hal ini dikarenakan, anak-anak angkat Lousiana memiliki ruangan mereka masing-masing. Terlebih saat ada penerimaan bantuan dana untuk memperluas area gedung tempat penampungan tersebut lima tahun yang lalu.

"Drrttt ... drrtt," AD Jack bergetar.

"Oh, Kak Billy rupanya," ucap Jack saat melihat IP yang ada dilayar alat komunikasinya.

"Ada apa, Jack?" tanya Lousiana heran dengan apa yang dilakukan oleh Jack.

"Ah ... tidak ada apa-apa Ibu, ini hanya temanku saja ... dia menghubungiku karena ada urusan pekerjaan kecil yang harus aku diskusikan dengannya," ucap Jack mencoba menghilangkan rasa khawatir ibu angkatnya.

"Ohhh ... baiklah, cepat mandi sana, setelah itu sarapan dulu sebelum pergi," ucap Lousiana.

"Baik Ibu," ucap Jack yang kemudian pergi meninggalkan ibu angkatnya.

"Maafkan aku, Ibu. Kalau sampai saat ini aku belum dapat membahagiakanmu dan saudara-saudaraku yang lain," gumam Jack dengan sedikit rasa penyesalan timbul dalam lubuk hatinya.

Meskipun Jack hanya berstatus adopsi dan merupakan anak angkat, Lousiana tahu apa yang menjadi kekhawatiran bagi dirinya saat melihat anak-anaknya tidak mendapatkan yang terbaik bagi diri mereka sendiri.

"Semoga kau dapat menentukan jalanmu yang terbaik, Jack," gumam Lousiana merasa sedikit khawatir sembari melihat ke arah Jack.

Tidak berapa lama Susan menghampiri Lousiana yang berada di dapur umum untuk membantu rekan kerja lain membereskan peralatan-peralatan yang digunakan untuk menyediakan sarapan pagi.

"Pagi, Ibu Lousiana," ucap Susan.

"Pagi sayang, apa kau sudah sarapan, masih banyak makanan yang dapat kau pilih untuk sarapan," ucap Lousiana.

"Terima kasih Ibu, maaf sudah merepotkan," ucap Susan merasa malu sudah merepotkan Lousiana dan belum dapat membantu atas kesediaan yang ia dapatkan untuk tinggal di tempat penampungan.

"Ayo, silahkan makan dulu, makan yang banyak, jangan sungkan, ibu tinggal dulu sebentar," ucap Lousiana.

"Baik Ibu," ucap Susan.

"Oh iya ... Ibu Lousiana, apakah Jack baik-baik saja untuk meminjamkan ruangannya padaku, bagaimana dia bisa beristirahat tadi malam," ucap Susan bertanya soal Jack kepada Lousiana.

"Oh ... kau tenang saja, dia itu fisiknya kuat, jadi sesekali tiduran di sofa aula utama tempat penampungan ini tidak akan terlalu mempengaruhi kondisi tubuhnya, dia itu tidak mudah sakit," ucap Lousiana menjelaskan.

"Ohhh ... baguslah kalau begitu, tapi sebenarnya aku tidak merasa nyaman saja, Ibu Lousiana," ucap Susan merendah.

"Tidak apa-apa kok, tenang saja, apalagi dia akan pergi dengan temannya untuk bekerja selama beberapa hari, daripada ruangannya kosong dan tidak terawat, lebih baik Susan saja yang menempatinya untuk sementara sampai Jack kembali," ucap Lousiana.

"Baiklah kalau begitu Ibu Lousiana," ucap Susan yang tidak tahu harus berkata-kata lagi.

"Sudah ... sudah, makan saja dulu, nanti kalau masih ada yang ingin dibicarakan, kau bisa mencari Ibu dengan mudah," ucap Lousiana yang dibalas dengan anggukan kepala Susan.

******

Sementara, diluar tempat penampungan ternyata rekan kerja Lunnaya telah menunggu cukup lama untuk berangkat kerja bersama-sama. Tampaknya, Lunnaya telah membuat janji dengan rekan kerjanya tersebut agar ia ( Lunnaya ) tidak terlalu lama libur sendiri.

"Maaf, apa kau menunggu terlalu lama?" tanya Lunnaya meminta maaf saat melihat rekan kerjanya telah menunggu sembari memasang ekspresi kesal.

Rekan kerjanya hanya bisa menggerakkan telunjuknya terus ke arah AD miliknya untuk mengingatkan Lunnaya bahwa waktu mereka sangat mendesak sekali dikarenakan harus melakukan absensi pagi.

"Iya, iya ... aku tahu," ucap Lunnaya sembari merangkul rekan kerjanya tersebut.

"Kau ini, apa tidak pernah melihat waktu, sudah jam berapa sekarang, bisa-bisa kita terlambat untuk absen pagi," ucap rekan kerjanya sembari menunjuk AD miliknya kembali supaya Lunnaya benar-benar mendengarkan apa yang dikatakannya.

"Maaf ... maaf, tenang saja, nanti kalau ada sesuatu biar aku yang bertanggungjawab penuh," ucap Lunnaya santai.

Rekan kerjanya pun melepaskan rangkulan Lunnaya sembari berkata dengan ketus, "Apa hanya itu saja kalimat yang bisa keluar dari mulutmu itu."

Tiba-tiba ada ambulans datang dan menghentikan langkah kaki Lunnaya dan rekan kerjanya untuk sesaat karena terkejut dengan apa yang mereka lihat. Padahal tidak terjadi sesuatu yang serius di tempat penampungan ini. Setidaknya, seperti itulah gambaran yang ada di pikiran kedua orang tersebut.

"Apa yang sedang terjadi di tempatmu ini, Naya?" tanya rekan Lunnaya.

"Aku juga tidak tahu persis apa yang terjadi sebenarnya. Ya ... sudahlah, ayo kita pergi, nanti terlambat untuk absen," ucap Lunnaya lalu menarik tangan rekan kerjanya untuk melanjutkan perjalanan mereka ke tempat kerja.

Tidak berapa lama petugas medis keluar dari tempat penampungan tersebut dengan mendorong ambulance stretcher dengan Bram yang sudah tidak mampu bergerak lagi berada di atasnya.

* Jenis tandu yang mirip seperti tempat tidur, tinggi dan beralas matras tipis dengan rangka yang terbuat dari alumunium disertai roda pada bagian kaki-kaki tandu. Selain itu, tandu ini sering digunakan untuk mentransfer pasien dengan ambulans menuju ke rumah sakit.

******

******

"Apa yang terjadi, sepertinya aku mendengar ada suara sirine, apa terjadi sesuatu di tempat penampungan ini," gumam Charlotte ketika baru keluar dari kamar mandi sembari melihat Lune yang masih santai dan tidak terlalu menanggapi apa yang ia dengar.

"Aku sudah selesai, terima kasih Lune, silahkan," ucap Charlotte..

"Baiklah," ucap Lune yang kemudian bangun dari tidurnya untuk mandi disebabkan harus bergantian

dengan Charlotte.

"Apa kau tidak mendengar ada suara sirine beberapa saat lalu, Lune?" tanya Charlotte penasaran.

"Ohhh ... biasa, kau tidak perlu memikirkan hal tersebut, itu tidak penting," ucap Lune tidak merasa bersalah akan perbuatan yang telah dilakukannya terhadap Bram sehingga ambulans terpaksa berkunjung ke tempat penampungan tersebut.

Sampai saat ini, Charlotte masih tinggal di tempat penampungan sampai bangunan Mart'n Friends benar-benar telah diperbaiki. Namun, hari ini pita garis dilarang melintas baru dilepas agar pekerja kebersihan kota dapat membersihkan dampak yang diakibatkan dari kekacauan tersebut.

"Oh iya, Lune. Maaf ... kalau aku tidak sopan, apakah aku bisa ke ruang Yuri untuk urusan pekerjaan," ucap Charlotte gugup saat berpapasan dengan Lune.

"Maksudmu?" tanya Lune singkat dengan nada dingin.

"Anu ... anu, aku ingin minta bantuannya terkait isi laporan kerja," ucap Charlotte semakin gugup.

"Jadi?" tanya Lune singkat dengan nada masih dingin dan menghentikan langkah kakinya untuk masuk ke kamar mandi.

"A-anu ... a-aku ...," ucap Charlotte semakin gugup dan tidak dapat melanjutkan perkataannya lagi.

Semakin lama aura yang dikeluarkan Lune semakin menekan aura Charlotte, yang lama kelamaan membuat situasi semakin canggung dan tidak nyaman. Tentu, Lune sendiri tidak menyukai hal-hal seperti itu.

"Kau tunggu saja aku sebentar, karena Yuri juga pasti belum bersiap dan kau juga tidak tahu kode ruangannya," ucap Lune sembari menepuk bahu Charlotte.

"Kode ruangan Yuri, apakah ia sering pergi bertemu dengan Yuri diruangannya?" gumam Charlotte penasaran akan perkataan yang Lune ucapkan.

"Kau jangan berpikiran yang negatif dulu, bagaimana?" ucap Lune sembari bertanya saat melihat Charlotte terdiam saat mendengar kalimat Lune sebelumnya.

"Heh, benarkah," ucap Charlotte masih tidak percaya dan berusaha mengalihkan rasa penasarannya.

"Apa maksud dari perkataanmu tadi?" ucap Lune mendekatkan wajahnya ke Charlotte dengan ekspresi dingin dan sedikit mencengkeramkan tangannya yang ada di bahu Charlotte sehingga membuat Charlotte merasa tidak nyaman.

"Maafff ... bukan maksudku untuk berprasangka buruk terhadapmu, Lune," ucap Charlotte salah tingkah.

"Ya ... sudahlah, tunggu saja, aku tidak akan lama," ucap Lune yang kemudian melangkahkan kakinya masuk ke kamar mandi.

Charlotte serasa akan mendapatkan serangan jantung, beruntung Lune tidak mau melanjutkan hal tersebut. Pada akhirnya, Charlotte berganti pakaian sembari menunggu Lune selesai mandi sesuai dengan apa yang dikatakan sebelumnya. Namun, tidak terasa 30 menit pun telah berlalu tapi Lune belum keluar dari kamar mandi.

"Apa dia sengaja membuatku menunggu terlalu lama," gumam Charlotte merasa kesal.

******

******

Di Pub / Bar, Billy sudah menghubungi Jack untuk segera menemuinya karena ada beberapa hal yang harus dibicarakan untuk rencana yang akan segera dilaksanakan oleh geng mereka diruangan yang sering digunakan oleh Billy.

"Apa kau yakin dia berbicara seperti itu?" tanya Billy kepada rekan setianya yang ikut diskusi rencana dengan pimpinan geng tersebut.

"Benar Kak Billy, aku sendiri tidak percaya bahwa dia akan berkata seperti itu, aku sendiri tidak tahu bagaimana nasib geng kita ini kedepannya," ucap rekannya tersebut sembari mengusap wajahnya.

"Kau tenang saja, kalau memang nanti akan timbul resiko yang berlebihan, aku akan keluar dan menarik beberapa orang untuk ikut denganku," ucap Billy serius.

"Semoga saja tidak terjadi hal-hal yang serius Kak, aku pun sudah memutuskan untuk keluar saja dari geng ini apapun resiko yang akan aku terima setelah selesai aksi yang akan kita lakukan tersebut," ucap rekan Billy tersebut.

Ternyata, apa yang dipikirkan Billy rupanya benar-benar akan terjadi dan hal ini mengharuskannya mengambil tindakan yang tegas. Untuk itu ia perlu memanggil Jack untuk menjelaskan situasi yang mungkin akan dia hadapi nanti.

"Selain dirimu, yang lain bagaimana?" tanya Billy.

"Ada beberapa orang yang memiliki pemikiran yang sama dengan diriku, sementara yang lain sudah tidak tahu berbuat apa-apa, sedangkan bawahan setianya tidak terlalu banyak komentar tentang aksi mereka dan hanya bergantung pada bosnya saja," ucap rekan Billy tersebut mencoba menjelaskan apa yang ia ketahui.

"Baiklah, kita tunggu Jack datang terlebih dahulu, setelah itu kita berangkat," ucap Billy semakin serius.

"Baik Kak Billy, terima kasih atas bantuanmu," ucap rekannya tersebut.

"Kau tenang saja, tidak perlu khawatir begitu," ucap Billy.

******

******

Satu jam telah berlalu, Charlotte pun diajak terlebih dahulu untuk menemui Lousiana yang ternyata pergi dengan ditemani Susan untuk ikut ke rumah sakit terkait keadaan yang dialami oleh Bram. Oleh karena itu, Lune kemudian menanyakan apakah ada hal-hal yang harus dikerjakan dan dibantu oleh Lune hari ini.

"Lama sekali dia ini," gumam Charlotte semakin tidak sabar.

"Apa dia ini sengaja mempermainkanku," gumam Charlotte kembali sembari memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

Setelah selesai sarapan dan Lune memastikan tidak ada hal yang membuatnya ikut membantu pekerjaan di tempat penampungan tersebut secara langsung, selain dikarenakan rekan kerja ibu angkatnya juga membiarkan Lune untuk beristirahat saja hari ini, maka mereka berdua segera meninggalkan dapur umum tersebut.

"Ayo, kita pergi sekarang. Aku yakin Yuri juga sudah selesai dengan urusannya sendiri," ucap Lune sembari melihat waktu di perangkat genggam yang sering dibawanya.

"Baiklah," balas Charlotte singkat.

Pada akhirnya Lune serta Charlotte sudah berada didepan pintu masuk ruangan Yuri. Tidak membuang-buang waktu, Lune segera menyambungkan kabel perangkat data miliknya ke perangkat kunci pintu masuk ruangan Yuri. Tidak membutuhkan waktu lama, pintu tersebut pun akhirnya dapat dibuka.

"Apa kau tidak memanggilnya saja Lune, tidak seharusnya hal-hal seperti ini kau lakukan," ucap Charlotte berusaha memberi saran.

"Kau ini orang baru disini, kau tidak tahu saja, Yuri sering mengganti password nya satu minggu dua kali untuk berjaga-jaga," ucap Lune memberi alasan.

Pada dasarnya Lune suka melakukan tindakan seperti itu karena memberikan suatu tantangan tersendiri baginya. Selain itu, dikarenakan Lune sering membantu ibu angkatnya setiap pagi maka sekalian saja Lune membangunkan Yuri. Lambat laun itu menjadi kebiasaan yang tidak bisa dihilangkan olehnya. Dan, tidak berapa pintu ruangan Yuri pun terbuka.

"Selamat pagi, Yuri," ucap Lune.

"Selamat pagi Yuri, maaf mengganggu waktumu," ucap Charlotte.

"Huuuhhhhh, ada apa lagi ini?" gumam Yuri terkejut melihat kejadian yang tidak biasanya tersebut.

"Apa ada yang salah dengan kedatangan kami berdua?" tanya Lune dengan kesal melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Yuri.

"Huh, ti-tidak ... masuklah," ucap Yuri tidak nyaman dengan perkataan Lune tersebut, terlebih ada Charlotte disebelah Lune.

"Maaf kalau kami mengganggu waktu santaimu, Yuri," ucap Charlotte.

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa ... masuklah," ucap Yuri menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Mereka berdua pun segera masuk ruangan Yuri setelah menutup pintu. Kemudian, Lune duduk di tempat tidur Yuri sementara Charlotte duduk dilantai ruangan Yuri dengan meletakkan beberapa berkas dan perangkat kerjanya.

"Apa ini soal laporan untuk bulan depan, Char?" tanya Yuri sembari mendekati Charlotte untuk melihat berkas-berkas yang dibawa Charlotte.

"Benar, tapi ... berhubung di tempat kerja kita terkena dampak dari kasus tempo hari, maka aku ingin setidaknya kau memberikan deskripsi kejadian sebagai saksi untuk dilampirkan dalam laporan ini," Ucap Charlotte mencoba menjelaskan.

"Oh, begitu, baiklah aku lihat dulu apa yang bisa aku bantu," ucap Yuri.

Lune pun hanya bisa melihat mereka berdua dari tempat tidur Yuri dengan mengoperasikan berbagai aplikasi yang ada diperangkat genggamnya tersebut, yang tidak lama kemudian Lune mulai rebahan ditempat tidur Yuri.

"Kalau kau ingin tiduran mengapa tidak diruanganmu sendiri saja, Lune!" ucap Yuri sembari melihat Lune.

"Apa kau terganggu, Charlotte?" tanya Lune.

"Ah, tidak ... tidak masalah bagiku, Lune," ucap Charlotte terkejut menerima pertanyaan dari Lune tersebut.

"Kau ini tidak perlu mendengarkan dan menyetujui semua apa yang ia katakan, Char," ucap Yuri sembari mencari posisi duduk yang nyaman karena kondisi kakinya yang belum terlalu pulih.

"Apa kau baik-baik saja duduk seperti itu, Yuri? Kalau tidak bisa, kemari dan duduklah disebelah aku," ucap Lune sembari memalingkan tubuhnya menghadap ke arah Yuri dengan maksud bercanda.

Yuri dan Charlotte sama-sama terkejut mendengar dan melihat atas tindakan yang Lune lakukan. Meskipun pada akhirnya Charlotte mengambil inisiatifnya juga.

"Ka-kalau ... kau tidak nyaman ... dan ingin istirahat ... kau bisa bersandar dibahuku, Yuri. Aku tidak keberatan," ucap Charlotte gugup sembari menguatkan dirinya.

"Huuuhhh," ucap Yuri dan Lune hampir bersamaan.

"Apa yang kau maksud dengan perkataan tadi, Charlotte? Yuri lebih baik duduk sembari menjulurkan kakinya ditempat tidurnya sendiri, bukan malah dibahumu," ucap Lune yang kemudian bangkit dari tidurnya.

"Kau ... kau sendiri mengatakan hal yang bukan-bukan, Lune," ucap Charlotte masih merasa dalam situasi yang canggung namun tetap memberanikan dirinya.

Yuri hanya bisa mendengarkan perdebatan di antara mereka berdua tanpa mendapatkan kesempatan untuk berbicara dan mengeluarkan pendapatnya sendiri untuk didengarkan oleh mereka berdua.

"Ayo Yuri, kemari," ucap Charlotte dengan menarik lengan Yuri agar mendekat kepada dirinya.

"Kau ini, apa yang kau lakukan," ucap Lune kemudian bangun dari tempat tidurnya dan berusaha menggapai lengan Yuri yang satunya lagi.

"Mereka berdua ini, memangnya aku ini barang murahan yang dengan gampangnya untuk ditarik kesana-kemari," gumam Yuri sembari merelakan tangannya untuk dijadikan sebagai bahan tarik menarik antara Lune dan Charlotte.

Pada akhirnya, setelah satu jam berlalu dan mereka berdua ( Lune dan Charlotte ) menyerah, selain dengan kehabisan tenaga, Yuri akhirnya dilepaskan dan terjatuh di atas tempat tidurnya. Sementara, pekerjaan yang akan dikerjakan oleh Charlotte sama sekali tidak tersentuh.

"Menghadapi tingkah Charlotte saja sudah cukup menghabiskan tenagaku, terlebih lagi tadi aku hanya sarapan pagi sedikit sekali," gumam Lune sembari menyeka keringatnya.

"Huuhhhh, lelah sekali," gumam Charlotte sembari tiduran dilantai.

"Apa kalian sudah selesai?" tanya Yuri sembari berusaha bangkit dari tempat tidurnya.

"Aku pinjam kamar mandi dan pakaianmu dulu, meskipun tidak mengeluarkan keringat terlalu banyak seperti menghajar Bram semalam tapi aku merasa gerah sekali, tidak nyaman rasanya," ucap lune kemudian meninggalkan perangkatnya ditempat tidur Yuri dan pergi untuk mengambil beberapa pakaian, lalu menuju ke kamar mandi.

Charlotte yang bangun dari tidurannya hanya bisa melihat dengan heran mengenai tindakan yang dilakukan oleh Lune yang seakan-akan sudah terbiasa melakukan hal tersebut.

"Apa hubungan mereka ini lebih dari saudara angkat saja," gumam Charlotte mencoba menarik kesimpulan.

"Kau ini, sebenarnya kau bisa saja pergi ke ruanganmu sendiri," ucap Yuri yang tentu saja tidak didengarkan oleh Lune yang langsung menutup pintu kamar mandi.

"Mereka ini, membuatku sangat iri dan sedikit kesal," gumam Charlotte.

Charlotte pun kemudian bersiap untuk membuat dirinya sibuk mengerjakan laporan yang harus dipersiapkan untuk rapat kepala cabang bulan depan, dan berusaha untuk melupakan rasa iri yang timbul dalam dirinya sembari berkata, "Apa kau bisa membantuku, Yuri?"

"Baiklah, tapi aku belum bisa untuk duduk dengan posisi kaki dilipat terlalu lama, maaf apabila hal tersebut membuatmu tidak nyaman nanti," jawab Yuri.

"Terima kasih," ucap Charlotte singkat.

Jangan lupa untuk like, comment, rate, dan share jika anda suka dengan cerita ini. Terima kasih banyak.

Redi_Indra_Yudhacreators' thoughts