webnovel

Internal Zone

Kehidupan setelah perang dunia ke empat benar-benar meninggalkan kenangan buruk bagi seorang anak kecil yang menderita Amnesia Disosiatif bernama Yuri. Bersama Ibu angkatnya Lousiana Matthew, mereka mencoba membuka satu per satu tabir yang akhirnya bendera putih pun dikibarkan dan menanggalkan kenangan masa lalu untuk dikubur selamanya. Bersama ke empat saudara angkatnya, Yuri saat ini menikmati kehidupan barunya di tempat penampungan yang dikelola oleh Ibu angkatnya tersebut. Dengan penetapan zona yang dilakukan pemerintah dan mengakibatkan konflik yang sering terjadi dan menjadi pemicu potongan-potongan kecil ingatan yang mulai kembali. Yuri mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu.

Redi_Indra_Yudha · Sci-fi
Not enough ratings
50 Chs

Reappear

Tanpa diduga Charlotte tersebut menarik kerah baju seragam kerja yang dipakai Yuri sehingga Yuri kembali terbaring dengan posisi di atas Charlotte dan tidak dapat bergerak sama sekali karena tiba-tiba saja tangannya memeluk erat tubuh Yuri.

"Tetaplah seperti ini untuk beberapa saat lagi, aku mohon, Yuri," bisik Charlotte ditelinga Yuri.

"Huuhhh," gumam Yuri singkat heran.

Tidak berselang lama kemudian, mereka berdua pun kehilangan kesadaran karena kurangnya pasokan oksigen dan terlalu banyak menghirup asap dari kebakaran tersebut.

******

******

"Bagaimana Dokter, keadaan Yuri? Apa ia baik-baik saja?" tanya Kapten yang telah menyelematkan Yuri kecil saat perang pecah.

"Keadaannya baik-baik saja, ia hanya pingsan akibat trauma yang dideritanya tempo hari," ucap dokter yang merawat Yuri menjelaskan kondisinya sembari menepuk bahu kapten dan melangkah pergi.

Yuri berada di rumah sakit yang masih bisa beroperasi saat perang terjadi, kebetulan saat ini Yuri bisa mendapatkan perawatan di rumah sakit tersebut berkat bantuan Kapten yang telah menyelamatkannya.

"Dimana aku?" tanya Yuri.

"Kau tidak apa-apa, syukurlah sekarang kau sudah sadar. Sekarang kau berada di rumah sakit, kemarin kau jatuh pingsan mendadak tanpa sebab setelah selesai menjalani pengobatan di rumah sakit ini sejak aku menolongmu ketika perang terjadi," ucap kapten tersebut menjelaskan.

Tidak berapa lama, Yuri kemudian menjalani beberapa tes kecil untuk memastikan dirinya bisa untuk diajak keluar dari rumah sakit tersebut. Hal ini dikarenakan, karena kondisi dan umur Yuri yang masih kecil sementara rumah sakit ini penuh dengan korban perang, daripada menambah trauma yang dideritanya maka kapten berusaha untuk membawa Yuri pulang ke rumahnya.

"Bagaimana, Dokter?" tanya kapten.

"Dia tidak mengalami luka yang serius, seperti dugaan pertama kali ia dirawat disini. Yuri mengalami sedikit trauma yang tidak terlalu serius dibagian kepalanya, tapi yang tidak disangka adalah trauma tersebut dapat timbul secara acak dan efeknya dapat kita lihat hari ini," ucap dokter tersebut menjelaskan untuk menghilangkan rasa khawatir Kapten.

"Jadi, bagaimana menurutmu, Dokter?" tanya kapten lagi meminta penjelasan tambahan.

"Kau tidak perlu merasa khawatir yang berlebihan seperti itu, meskipun pada saat ini kita dalam kondisi berperang, tapi masih ada beberapa wilayah yang belum terkena dampaknya sama sekali dipinggiran kota. Sekali-kali ajak dia berlibur dan menikmati pemandangan yang indah untuk menjadi bagian memorinya sehingga meminimalisir trauma tersebut muncul kembali," ucap dokter itu kembali.

"Baiklah kalau menurut Dokter seperti itu," ucap kapten.

Setelah berbincang-bincang diluar urusan Yuri, akhirnya kapten berpamitan dengan Dokter tersebut dan tidak lupa mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan terhadap Yuri selama masa perawatannya. Setelah bersiap-siap mereka pun segera melangkah pergi menuju pintu keluar rumah sakit untuk segera pulang ke rumah kapten.

"Apa ada yang tertinggal?" tanya Kapten untuk memastikan saja.

"Tidak ada apa-apa paman," ucap Yuri menjawab pertanyaan Kapten tersebut.

"Baiklah, ayo kita berangkat menuju ke rumah paman," ucap Kapten tersebut sembari memanggil ajudannya untuk membawakan mobilnya ke depan pelataran pintu masuk rumah sakit.

Sepanjang jalan, Yuri kecil hanya bisa menatap bekas-bekas kekacauan yang terjadi akibat perang, bahkan di sebagian kota yang mereka lewati masih terlihat jelas asap hitam membumbung tinggi di langit sore itu, meskipun apa yang ia lihat masih terlalu samar. Kapten hanya bisa memandangi Yuri dengan kesedihan mengapa anak sekecil ini ikut terlibat akibat urusan politik orang-orang dewasa.

"Apa kau mau mampir untuk membeli sesuatu Yuri, paman bisa meminta pak supir untuk berhenti sebentar kalau kau mau?" tanya Kapten.

"Hmm, Hmm," ucap Yuri sembari menggelengkan kepalanya.

"Baiklah," ucap Kapten singkat.

Butuh waktu yang cukup lama akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Sesampainya ditujuan, Kapten segera memberikan instruksi kepada supir yang merupakan ajudannya untuk membawa masuk barang-barang ke dalam rumah karena Kapten ingin memperkenalkan Yuri dengan anggota keluarganya yang lain.

"Aku pulang," ucap kapten sambil membukakan pintu masuk rumahnya dan diikuti oleh Yuri dibelakangnya.

Ternyata yang ada dirumah tersebut adalah istri Kapten dan seorang anak perempuan yang lagi asik bermain sendiri didekat perapian rumah mereka. Kapten pun memperkenalkan Yuri kepada istri dan anaknya, dan mereka pun menerima Yuri dengan tangan terbuka. Anak perempuan kapten itu sendiri terlihat senang akan kedatangan Yuri, karena ia mendapatkan teman baru yang bisa diajaknya bermain.

"Baiklah, kalian silahkan mandi dan berganti pakaian, aku akan ke dapur untuk memasak makan malam yang istimewa karena kita kedatangan tamu yang istimewa juga pada hari ini," ucap istri Kapten sembari tersenyum manis ke arah Yuri.

"Asiikkk, hoorrreee ... makan enak, makan enak," ucap anak perempuan mereka sambil melompat-lompat kecil didekat ibunya.

"Apa kau mau membantu ibu memasak hari ini, ...?" tanya istri Kapten tersebut kepada anak perempuannya.

"Baik, Ibu," jawab anak perempuan itu singkat sembari menganggukkan kepalanya dan tersenyum lebar.

Tidak berapa lama setelah Kapten dan Yuri membersihkan diri mereka dan berganti pakaian, Kapten sekeluarga pun mengajak Yuri untuk makan malam. Dan, ketika Yuri melewati sebuah jam tua yang menunjukkan pukul 19.00 tepat dan berbunyi, tubuhnya terdiam dan bergetar lemah, pandangannya mulai kabur dan tiba-tiba gelap.

******

******

"Apa kau mau ke tempat Yuri, Lune?" tanya ibu angkatnya yang dibalas dengan anggukan kepala Lune.

Begitu pula ibu angkat Yuri yang juga merasa khawatir pada dua orang anak angkatnya, yakni Yuri dan Bram. Ia yakin keduanya bakal baik-baik saja, meskipun demikian mereka telah dianggap sebagai anak kandung bagi dirinya. Hal itu yang membuatnya tetap merasa khawatir akan Yuri dan Bram.

"Hati-hati dijalan," ucap ibu angkatnya lagi.

Ibu angkatnya pun hanya berharap bahwa perasaan khawatir yang ada pada dirinya akan hilang dengan kembalinya mereka berdua. Karena kondisi dan keadaan yang tidak memungkinkan, maka ibu angkatnya hanya menitipkan doanya saja dari jauh melalui Lune yang pergi ke tempat kejadian.

"Yuri ... Bram, mudah-mudahan kalian tidak apa-apa, dan masih bisa kembali ke tempat ini dengan selamat," gumam Ibu angkat mereka.

******

******

Sunday, 04 December 2253, pukul 17:30:02, lokasi kejadian ( Mart'n Friends )

******

"Ugghhhh ... bayangan apa lagi ini," gumam Yuri sembari memegang kepalanya yang masih terasa pusing.

"Seakan-akan bayangan ini terus muncul ke dalam mimpi ku seperti potongan-potongan ingatan yang aku sendiri tidak tahu betul siapa mereka," gumam Yuri.

Meskipun berbagai potongan-potongan memori lama Yuri mulai bermunculan, gambaran tersebut masih bersifat samar, baik dari wajah orang-orang yang seakan-akan telah dikenalnya maupun tempat-tempat yang dikunjungi tersebut. Selain itu, potongan-potongan tersebut tidak selalu datang setiap hari, bahkan tidak dapat diduga sama sekali.

"Apa kejadian yang menimpaku hari ini menjadi pemicu timbulnya potongan-potongan bayangan dan mimpi tadi malam," gumam Yuri.

"Apa aku harus membuat janji untuk konsultasi kembali ke dokter," gumam Yuri lagi.

******

******

"Yuri," gumam Lune merasa khawatir.

Sembari mempercepat langkahnya ke lokasi kejadian tanpa memperdulikan orang-orang disekitarnya, Lune beberapa kali harus bertabrakan dengan pejalan kaki lainnya. Beberapa kali ia hampir saja terjatuh.

"Maaf, maaf," ucap Lune tanpa memperdulikan perkataan orang-orang tersebut.

Lune pun melanjutkan kembali perjalanannya untuk menemui ke dua saudara angkatnya tersebut, meskipun yang paling diutamakannya adalah Yuri. Karena, tempat kerjanya menjadi sasaran kejadian baku tembak antara perampok bersenjata api dengan pasukan MOP.

"Yuri," gumam Lune singkat lagi.

"Bram, awas kau nanti ... bisa-bisanya kau membiarkan para kawanan penjahat tersebut kabur dari toko perhiasan dan berakhir ditempat kerja Yuri," gumam Lune kesal meskipun ia tahu sepenuhnya Bram tidak dapat disalahkan. Namun, itu tidak menjadikan Bram hilang dari daftar amukan Lune nantinya.

******

******

"Hhiiiiihhhhhh ... kenapa tiba-tiba tubuhku merinding seperti ini, apa aku masuk angin," gumam Bram sembari menggosok-gosokkan tangannya.

"Kau tidak apa-apa, Bram?" tanya Kapten Philip melihat tingkah aneh Bram.

"Ah ... tidak apa-apa, Kapten. Aku hanya sedikit merasa kedinginan saja," ucap Bram seadanya.

"Perasaan cuaca hari ini tidak terlalu dingin, dasar aneh," gumam Kapten Philip.

"Aku pergi dulu, Kapten. Kelihatannya yang satu lagi mulai sadar dari pingsannya," ucap Bram lalu melangkah pergi meninggalkan olah tempat kejadian perkara para perampok bersenjata api tersebut disaat ia melihat Yuri mulai sadar kembali dari tidurnya.

"Kapten, kami menemukan sesuatu," ucap salah satu anggota dari tim forensik.

"Baiklah, tunggu sebentar," ucap Kapten Philip.

Setelah menerima sebuah benda dari tim forensik dan melihat ke arah detektif bawahannya yang masih termasuk anggota MOP dan terlibat dalam pengejaran kawanan perampok bersenjata api tersebut, mereka pun sepakat.

"Jangan sampai Bram tahu soal ini," ucap Kapten Philip yang diikuti oleh anggukan kepala anggotanya.

"Ini hanya akan memperumit keadaan saja, untung saja ia tidak memperhatikan benda ini karena berada dibawah mayat sang pimpinan kawanan perampok dan bukan yurisdiksinya untuk memeriksa mayat apapun bentuknya sebelum tim forensik datang," gumam Kapten Philip khawatir.

******

******

"Kau sudah sadar akhirnya, Kak Yuri," ucap Bram.

"Oh ... kau Bram," balas Yuri sambil berusaha untuk duduk dari tidurnya dengan masih merasa sedikit pusing.

Setelah berhasil ditemukan oleh tim pemadam kebakaran, tim medis segera membawa Yuri dan Charlotte ke mobil ambulans untuk mendapatkan pertolongan pertama. Dan sesuai hasil, ternyata mereka berdua hanya pingsan dan tidak butuh perawatan yang lebih lanjut, kecuali kaki Yuri.

"Bagaimana kakimu, Kak? Apa baik-baik saja?" tanya Bram.

"Oh, iya, kakiku ... syukurlah. Ternyata hanya luka memar," ucap Yuri sembari memegang kakiknya yang terjepit runtuhan bangunan saat kejadian.

"Itu bukan hanya memar biasa, kakak tidak akan bisa berjalan dengan baik selama beberapa hari ke depan, kakak tahu sendiri apa reaksi Kak Lune saat kakak pulang nanti," ucap Bram sembari menggarukkan kepalanya yang tidak gatal.

Yuri pun hanya bisa terdiam dan tertunduk lesu mendengar kalimat tersebut, karena ia tidak ingin melihat ibu angkatnya maupun Lune dalam kesedihan apalagi sampai merepotkan mereka.

"Apa kau telah menghubungi Tom? Karena aku kelihatannya tidak dapat masuk kerja mulai hari ini untuk pemulihan sementara," ucap Yuri masih tertunduk lesu.

"Tenang saja ... dia sudah datang tadi saat tahu tempat kerja kakak menjadi lokasi kejadian. Dia berpesan agar kakak fokus istirahat untuk pemulihan kaki kakak terlebih dahulu, sisanya dia yang urus, begitu katanya," ucap Bram.

Tom memang datang untuk melihat keadaan kejadian tersebut karena sedikit khawatir dengan keadaan Yuri, terlebih ia mengetahui bahwa lokasi kejadiannya adalah tempat kerja paruh waktu Yuri. Meskipun ia tidak bisa menemani Yuri yang terbaring pingsan sampai dengan siuman dikarenakan jam kerjanya, maka ia hanya bisa menitipkan pesan kepada Bram. Namun, Tom tidak datang sendiri, ada dua karyawan lain yang memang sudah dekat dengan Yuri ikut datang ke tempat kejadian.

"Bagaimana keadaan Charlotte?" tanya Yuri yang tiba-tiba teringat dengan keadaan Charlotte.

"Siapa ... Oh, wanita itu. Ia juga tidak mengalami luka yang serius, saat ini ia sedang memeriksa keadaan ruang kerjanya, katanya ada yang ingin ia periksa dan semoga saja itu tidak ikut lenyap," ucap Bram.

"Ohh ... syukurlah. Pasti ia lagi memeriksa berkas terkait laporan yang akan ditunjukkan pada rapat pimpinan kepala cabang untuk bulan depan. Baguslah kalau ia tidak apa-apa," gumam Yuri yang kemudian bisa bernapas dengan lega mendengar jawaban tersebut.

Beberapa menit setelah kejadian, kondisi sudah mulai dapat diatasi oleh tim pemadam, tim medis, dan tim pasukan MOP yang sibuk menjauhkan wartawan agar tidak terlalu mendekati area lokasi kejadian.

"Apa kakak sudah mau pulang, biar aku antar. Tapi, aku tidak ikut masuk ya karena tidak mau berurusan dengan kak Lune, nanti biar aku yang ajak wanita tersebut untuk mengantar kakak pulang, bagaimana?" tanya Bram.

"Terserah kau sajalah, yang penting aku ingin segera beristirahat dan pergi dari tempat ini," ucap Yuri sembari mencoba untuk berdiri.

Akan tetapi, di saat Yuri ingin mencoba berdiri dari duduknya tiba-tiba Charlotte datang dan langsung memeluknya bahagia tanpa memperdulikan Bram yang ia dorong menjauh untuk menolong Yuri berdiri.

"Huh ... dasar," ucap Bram kesal.

"Yuri, Yuri, Yuri," ucap Charlotte yang tiba-tiba mengeluarkan air mata bahagianya melihat keadaan Yuri.

Yuri pun belum dapat berbuat banyak, ia biarkan dulu Charlotte merasa puas dan menenangkan dirinya dulu. Meskipun, ia sendiri cukup kurang nyaman dengan keadaan tersebut apabila melihat raut muka Bram yang seakan mengejek dirinya.

"Tenang ... tenang, aku tidak apa-apa kok, Char," ucap Yuri yang berusaha mencoba untuk menenangkan Charlotte meskipun belum bisa melepaskan pelukannya.

"Yuri ... hikss, hiks, Yuri," ucap Charlotte masih menangis.

"Sudah ... sudah. Aku tidak apa-apa," ucap Yuri lagi.

"Terima kasih, Yuri. Hikss ... hikss, terima kasih kau sudah berusaha menolongku, hikss ... hiks, terima kasih, Yuri," ucap Charlotte.

Sebenarnya, Charlotte sudah kembali pada kesadarannya setelah cukup lama memeluk Yuri. Namun, ia tidak tahu harus berbuat apa karena malu atas tindakannya yang secara spontan memeluk Yuri. Charlotte pun hanya bisa menyembunyikan gugupnya dalam topeng tangis bahagianya tersebut.

"Adduuhhhh ... malluuunyaaa, dasar akuuunyyyaaa," gumam Charlotte meskipun ada perasaan senang didalam hatinya bisa memeluk orang yang pernah menolak pernyataan cintanya tersebut.

"Aduuhhhh ... tubuhku ini masih belum begitu pulih, masih terasa ngilu dari memar yang ada di tubuhku ini, Charlotte," gumam Yuri yang tidak bisa berbuat banyak.

Yuri pun berusaha untuk memberi kode kepada Bram untuk menolong dirinya. Akan tetapi, Bram enggan ikut campur dan berusaha untuk segera pergi menjauhi mereka berdua meskipun Bram tahu betul apa yang dimaksudkan dengan kode tersebut.

"Kakak meminta bantuanku disaat seperti itu, aku saja belum pernah merasakan bagaimana rasanya dinyatakan cinta oleh wanita ... dasar," gumam Bram kesal.

"Ahhh ... sial," gumam Bram terkejut ketika membalikkan badannya karena merasa campur aduk tersebut melihat tingkah Charlotte dan Yuri di tempat umum meskipun masih terbilang normal karena berdasarkan situasi yang terjadi saat ini saat melihat sosok yang benar-benar dan tidak ingin dijumpai pada situasi dan kondisi seperti ini.

Tidak disangka, ternyata Lune sudah berada di tempat kejadian dan memasang raut muka yang sedikit marah dan kesal. Terlebih ia melihat bahwa Charlotte masih berada pada posisi memeluk Yuri. Dan, entah kenapa Yuri pun merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh Bram.

"Sungguh hari yang buruk bagiku," gumam Yuri melihat raut wajah Lune yang berada dihadapannya tersebut.

Lune pun berjalan perlahan mendekati Bram lalu menepuk bahu Bram yang belum selesai merasakan bagaimana terkejutnya ia bahwa yang dihadapannya adalah sosok yang apabila dapat dihindari, maka ia akan menghindarinya sejauh mungkin.

"Apa kau bisa mengantar kami berdua pulang ... Bramm," ucap Lune dengan nada sedikit marah dan tatapan yang seakan-akan ingin melenyapkan sesuatu hingga tidak tersisa ke arah Bram.

"Ba-bbaaaikkkk, baik, tunggu sebentar, Kak Lune," ucap Bram, lalu bergegas mencari kendaraan yang bisa digunakan untuk mengantar Lune dan Yuri pulang ke tempat penampungan.

Charlotte merasa sedikit canggung dengan kehadiran Lune, sementara Yuri hanya bisa terdiam dengan berusaha untuk tersenyum meski dengan sedikit terpaksa. Sedangkan, Bram merasa bahwa ini akan berbuntut panjang untuk beberapa hari ke depan.

"Sungguh sial sekali aku hari ini," ucap Bram sembari menyalakan mesin mobil pasukan MOP untuk mengantarkan mereka pulang.

******

******

"Haaahhhh ... hhaaahhhhh," desah nafas sang hantu kelelahan.

"Hebat juga dia mampu menandingi kehebatanku, meskipun ia telah pensiun. Tapi, skill yang ia dapat dari pelatihan agen masih ada dalam dirinya, hanya jiwanya saja yang sudah terlalu banyak dikotori oleh janji-janji busuk mafia," ucap sang hantu.

Tidak jauh dari tempat kejadian, sosok sang hantu kelihatannya berhasil mengecoh para pengejarnya berkat informasi yang diberikan oleh rekannya. Meskipun demikian, ia berhasil menghabisi mantan agen pemerintah yang menjadi bawahan mafia yang dianggapnya akan menjadi sebuah ancaman di masa-masa yang akan datang.

"Akhirnya," ucap sang hantu.

"Aku ingin segera cepat pulang dan makan sepuasnya," gumam sang hantu.

Sembari berjalan tertatih-tatih akibat luka perlawanan yang diberikan oleh sang mantan agen pemerintah tersebut, sang hantu menghilang seiring dengan terbenamnya matahari di sore hari itu.

Jangan lupa untuk like, comment, rate, dan share jika anda suka dengan cerita ini. Terima kasih banyak.

Redi_Indra_Yudhacreators' thoughts