webnovel

Internal Zone

Kehidupan setelah perang dunia ke empat benar-benar meninggalkan kenangan buruk bagi seorang anak kecil yang menderita Amnesia Disosiatif bernama Yuri. Bersama Ibu angkatnya Lousiana Matthew, mereka mencoba membuka satu per satu tabir yang akhirnya bendera putih pun dikibarkan dan menanggalkan kenangan masa lalu untuk dikubur selamanya. Bersama ke empat saudara angkatnya, Yuri saat ini menikmati kehidupan barunya di tempat penampungan yang dikelola oleh Ibu angkatnya tersebut. Dengan penetapan zona yang dilakukan pemerintah dan mengakibatkan konflik yang sering terjadi dan menjadi pemicu potongan-potongan kecil ingatan yang mulai kembali. Yuri mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu.

Redi_Indra_Yudha · Sci-fi
Not enough ratings
50 Chs

Feels

Wednesday, 12 December 2253, 07:11:49

******

Hari berlalu dengan tidak ada yang insiden maupun peristiwa yang begitu menggemparkan hari ini di Kota Refugio maupun di tempat penampungan. Perbaikan Mart'n Friend juga masih berlangsung sampai saat ini. Meskipun tertunda dikarenakan cuaca Kota Refugio yang masih dilanda dengan hujan.

"Apa badai akan datang ke Kota ini?" Tanya Yuri kepada dirinya sendiri sembari memperhatikan keadaan diluar tempat penampungan dari jendela kamarnya.

"Fiiiuuuhhhhhh," Yuri menghembuskan asap rokoknya.

Dari kemarin malam, cuaca di Kota Refugio terlihat tidak begitu bersahabat. Intensitas hujan yang turun terus menerus dan tanpa henti, serta diiringi dengan beberapa kilatan cahaya yang menerangi gelapnya malam masih terlihat secara jelas.

"Hmm ...." gumam Yuri singkat sembari memperhatikan suatu hal yang menarik perhatiannya.

Yuri tertuju dengan munculnya kendaraan patroli MOP yang berhenti di tempat penampungannya meski tanpa menyalakan lampu sirine. Dan, tidak berapa lama Yuri pun mengenal dua sosok yang keluar dari kendaraan tersebut.

"Akhirnya mereka berdua pulang, lebih baik aku tidak ikut campur saja. Sudah cukup dari tadi aku melihat ekspresi Lune yang tidak biasanya," gumam Yuri.

"Daripada akan menjadi mimpi buruk untuk awal hari yang baru keesokan harinya," gumam Yuri.

"Fiiiuuuhhhhhh," Yuri menghembuskan asap rokoknya kembali.

Berita terkait insiden perkelahian yang terjadi di kawasan perdagangan kaki lima tersebut telah menjadi berita yang ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi, dan tayangan tersebut juga menjadi tontonan para penghuni tempat penampungan. Meskipun, pada saat penayangan berita tersebut Lousiana selaku ibu angkat Jack belum mengetahuinya.

"Drrtt ... drrrrrtttt," AD milik Yuri bergetar.

"Huuuhhh ... ini benar-benar menyebalkan," ucap Yuri melihat sebuah pesan yang dikirimkan kepadanya.

******

From: Lune

Subject: Ruangan Bram, Segera!!

Content:

Datang saja dan mudah-mudahan aku masih mempertimbangkan, dan tidak ingin masalah ini berlanjut di masa depan.

END.

******

"Apa maksud dari pesannya ini? Dan, mengapa aku harus ikut terlibat dengan perihal yang sebenarnya aku sendiri juga tidak ingin mengetahuinya," gumam Yuri kesal, namun berusaha untuk tidak terlalu menanggapi pesan tersebut.

"Drrtt ... drrrrrtttt," AD milik Yuri bergetar kembali.

Yuri sama sekali tidak menanggapi sama sekali, dan masih menikmati rokok yang disulutnya sembari memperhatikan keadaan di luar tempat penampungan melalui jendela ruangannya. Dimana, masih banyak warga yang melakukan aktivitas meskipun hujan masih mengguyur Kota Refugio.

"Drrtt ... drrrrrtttt," AD milik Yuri bergetar kembali tidak tahu sudah untuk berapa kali tanpa ditanggapi serius oleh Yuri.

Sepuluh menit kemudian, dari arah pintu ruangan Yuri terdengar suara hantaman yang ingin segera masuk dan tidak sabar untuk menemui si pemilik ruangan. Bertepatan dengan akhir dari kenikmatan dunia yang baru saja dirasakan oleh Yuri untuk menghilangkan rasa letih setelah seharian membantu pekerjaan di tempat penampungan sambil menikmati hari-hari libur sebelum melanjutkan pekerjaannya pasca insiden tersebut.

"BAGHH!!! BAGHH!!!" Bunyi hantaman yang cukup kuat pada pintu ruangan Yuri.

"Sebenarnya apa yang inginkan?" gumam Yuri.

Sembari bersiap untuk melayani permintaan Lune dan agar dapat menyelamatkan, serta memperpanjang usia pintu tersebut pada akhirnya Yuri melangkahkan kakinya menuju sumber masalah tersebut.

"BAGHH!!! BAGHH!!! BAGHH!!!" Durasi hantaman semakin terdengar sangat berisik.

"Dia ini semakin berisik saja, apa rasa kesabaran dalam dirinya tidak ada lagi," gumam Yuri sembari bersiap untuk membuka pintu ruangannya.

Namun, alangkah terkejutnya Yuri. Ternyata yang menemuinya bukan sosok Lune yang sering mengganggu ketenangan Yuri, melainkan Susan.

"Jack" ucap Susan sembari mencengkeram lengan Yuri.

"To-tolong Jack, Kak Yuri," ucap Susan kembali sembari mengatur nafasnya.

"Kau tenangkan dirimu terlebih dahulu, berbicara yang pelan ... tidak perlu---" ucap Yuri tidak dapat menyelesaikan perkataannya karena cengkeraman Susan semakin kuat di lengan Yuri.

"Akkhh ... sakit" gumam Yuri..

Susan pada awalnya hanya mengikuti permintaan ibu angkat Jack untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi, dan apakah yang didengar dari rekan kerjanya memang benar-benar seperti itu. Namun, karena Lune yang sudah mencoba sedikit meredam emosinya mendengar hal tersebut tanpa diduga mendekati Susan untuk memberitahukan agar Susan tidak ikut campur terlalu jauh dengan urusan keluarga mereka.

Namun, dengan sedikit kekhawatiran akan Jack dan tidak ingin mencoba tindakan yang akan menambah daftar hitam oleh Lune terhadap dirinya, maka Susan mencoba untuk menemui Yuri. Sebab, tidak mungkin hal ini akan ia beritahukan kepada Lousiana, terlebih melihat ekspresi Lune yang semakin marah mendengar perkataan yang ia katakan.

"K-kak Yuri ... cepat, to-tolong Jack. Kak Lune sudah tidak dapat ditahan lagi," ucap Susan dengan nada khawatir.

"Tenang ... tenang, Lune tidak akan sampai melakukan tindakan yang melanggar hukum," ucap yuri berusaha menenangkan Susan.

"Meskipun aku sendiri percaya Lune bisa sampai sejauh itu," gumam Yuri.

Lune berhasil membongkar status dan rahasia yang berusaha untuk disimpan dengan rapat oleh Susan. Meskipun, Susan sendiri tidak mengetahui secara pasti darimana sumber informasi yang diperoleh Lune berasal selama ia berada di tempat penampungan tersebut. Pada akhirnya Susan hanya mampu mengikuti apa yang dikatakan oleh Lune, sebab hatinya sendiri juga mengatakan bahwa Lune bukan orang yang bisa dihadapi dengan sembarangan.

"Aku sebenarnya ingin membantu Jack, akan tetapi .... apa aku beritahu saja kepada Kak Yuri, bahwa Kak Lune bertindak seperti ini dikarenakan Ibu sudah mengetahui berita tentang Bram. Meskipun, hanya terbatas pada aksinya melawan para preman di pusat perbenlanjaan kaki lima" Gumam Susan..

"Tapi ... tapi ...." ucap Susan berusaha untuk menenangkan dirinya dengan mendengar apa yang dikatakan oleh Yuri.

"Ibu Lousiana mengetahui berita terkait insiden yang melibatkan Jack," ucap Susan.

"Darimana Ibu tahu? Bukannya Ibu baru kembali dari belanja kebutuhan untuk makan malam hari ini," ucap Yuri mencoba mencari tahu sembari memegang kedua pundak Susan dengan kuat.

"M-maaf ... maafkan aku, Susan," ucap Yuri tersadar telah berbuat tindakan yang dapat menyakiti Susan sembari melepaskan ke dua tangannya dari pundak Susan.

"Rekan kerjanya yang secara tidak sengaja menyebutkan perihal tayangan berita kepada Ib---" ucap Susan yang tidak dapat menyelesaikan perkataannya karena ekspresi Yuri yang langsung berubah mendengar perkataannya.

"A-ada apa, Kak Yuri?" Tanya Susan semakin khawatir apa yang akan terjadi dengan Jack.

"Mengapa aku sampai tidak berpikir sejauh ini, akhh ... aku sungguh ceroboh. Aku kira Lune akan seperti biasanya, cukup memberikan peringatan kecil. Kalau sudah seperti ini ...." gumam Yuri.

Dengan cepat tanpa menanggapi ucapan Susan, Yuri segera menutup pintu ruangannya dan segera menuju ruangan Bram sembari memeriksa beberapa pesan yang dikirimkan oleh Lune kepadanya.

"Sungguh betapa bodohnya aku, semoga saja aku masih bisa untuk menghentikan Lune agar ti---," gumam Yuri yang tidak dapat menyelesaikan pemikirannya saat melihat beberapa pesan yang dikirim oleh Lune.

******

* Pesan 1

From: Lune

Subject: Ruangan Bram

Content:

Apa kau sungguh tidak ingin datang, Yuri.

END.

******

* Pesan 2

From: Lune

Subject: Aku Masih Menunggu

Content:

Kau dimana, Yuri? Apa kau benar-benar tidak ingin datang?

END.

******

* Pesan 3

From: Lune

Subject: ???

Content:

Baiklah, kalau itu keinginanmu, aku tidak akan mengganggumu lagi

END.

******

******

Bram yang melihat kejadian tersebut juga tidak dapat melakukan apapun setelah pembelaan yang dilakukan sebelumnya gagal total dengan pemberian hadiah di wajah Bram oleh Lune, dan mengakibatkan darah segar keluar dari mulutnya. Kelihatannya belum ada orang yang mampu menandingi dan meredam emosi Lune yang dulu sudah pernah merasakan kerasnya hidup seorang diri setelah ditinggal orang tuanya yang menjadi korban perang.

"Sekarang kau tahu bukan akibat yang akan muncul dari tindakanmu yang tidak kau pikirkan baik-baik itu!!" ucap Lune sembari melayangkan pukulannya ke arah wajah Jack yang langsung jatuh dan mengeluarkan darah dari mulutnya.

Bram hanya bisa berdiri dan tidak berani untuk ikut campur atas kejadian yang berlangsung diruangan tersebut. Emosi Lune kelihatannya sudah tidak dapat dibendung lagi, terlebih akan kejadian buruk yang selalu terjadi di sekitar Jack.

"Uhuuuukkk, uhhuuukkkk, pffuuaahh ..." Jack terbatuk lalu mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Huuufft, huuuffftt ... jangan sekali-kali kau berpikir untuk teriak dan kabur dari ruangan ini, Huuufft, huuuffftt ... kalau ibu sampai tahu, aku sendiri yang akan mencabut nyawamu saat itu juga," ucap Lune sembari menghela nafas.

"Meskipun pada akhirnya ...." Gumam Lune tidak menyelesaikan asumsinya.

"Kau ini, memang---" ucap Lune tidak selesai dan langsung kembali memberikan beberapa serangan yang membuat Jack hanya bisa bertahan dalam kondisinya yang sedang terbaring di lantai ruangan Bram.

Jack yang diketahui berhasil melarikan diri dari pertempuran memperebutkan prototype, serta berhasil bertemu dengan Bram setelah terlibat insiden di kawasan perdagangan dengan para preman yang ingin mengambil uang keamanan tidak dapat berbuat banyak.

"Huuhhh ... Huuhh ...," desah nafas Lune sembari menghentikan aksinya terhadap Jack.

Tiba-tiba tanpa aba-aba yang jelas, Lune berjalan mendekati Bram dan meraih Dessert Eagle miliknya. Bram hanya pasrah dan tidak dapat berbuat banyak untuk mencegah Lune mengambil senjata kesayangan tersebut. Terlebih Bram tahu konsekuensi yang akan diterimanya bukanlah karena mengalah dengan wanita, melainkan hidupnya sendiri yang akan menjadi taruhannya.

"K-kak Lune," ucap Bram gugup.

"Aku tidak ada memberikan kesempatan kepadamu untuk berbicara, bukan!!" ucap Lune dengan tatapan dinginnya, sembari menekan ujung laras Dessert Eagle pada dagu pemilik aslinya.

"M-mm ...." ucap Bram tidak tahu lagi apa yang ingin dikatakannya.

"Apa lebih baik aku mengorbankan salah satu organ dalam, atau gigi, atau tangan maupun kaki agar dapat menghentikan tindakan Kak Lune, meskipun persentase kemungkinannya hanya 3%," gumam Bram tanpa mencoba membuat Lune bertambah emosinya.

"Kalau kau ingin menghentikanku, silahkan saja. Kalau kau tidak berhasil setidaknya kau akan menemani Jack supaya tidak sendirian di alam selanjutnya," ucap Lune.

"Ahhh ... lebih baik aku tidak bertindak yang aneh, kalau aku mati malam ini ... tidak akan ada yang merindukanku. Tenang saja Jack ... akan aku jaga Susan untuk dirimu," gumam Bram.

"Dimana peredam suaranya?" Ucap Lune dengan raut wajah yang serius.

Tanpa banyak basa-basi dan segera menghilangkan keinginannya untuk mencoba menghentikan tindakan Lune pada saat ini, Bram segera merogoh kantong di sebelah kantong peluru cadangan pada tali pinggangnya untuk mengambil peredam suara yang diinginkan Lune.

"I-ini ... Kak Lu---" ucap Bram terbata-bata dan tidak dapat meneruskan perkataannya karena Lune langsung mengambil dan segera berbalik badan.

"Bergeser sedikit saja ...." ucap Lune singkat sembari memasang peredam suara ke senjata milik Bram tersebut yang dibalas dengan anggukan kepala meskipun Lune tidak memperhatikannya.

"Kak Yuri ... dimana kau?" Gumam Bram dan tidak terasa keringat dingin keluar dan mengalir di pelipis kanan, sembari terdiam menyaksikan langkah kaki Lune menuju ke arah Jack.

Lune kemudian menghampiri Jack yang masih tergeletak di lantai dengan menahan sakit yang diterimanya. Meskipun tubuh Jack cukup besar dan atletis dari Lune, Jack tahu tidak akan ada yang bisa meredam kemarahan Lune kecuali ibu angkat mereka. Meskipun, terkadang Yuri juga cukup efektif apabila emosi Lune tidak lewat dari batasnya.

"Duduk," ucap Lune singkat.

Tanpa banyak basa-basi, Jack segera berusaha untuk mengangkat tubuhnya dan bersandar pada dinding ruangan Bram sembari memperhatikan Lune yang semakin mendekati dirinya. Saat ini, Jack hanya bergantung pada keberuntungan apabila ia masih diberikan kesempatan untuk melewati ini.

"Huuuuhhh ...." Desah Lune sembari menarik kursi untuk duduk tepat dihadapan Jack dengan masih memegang senjata yang ia ambil dari Bram.

"Kalian tahu sendiri kalau aku tidak ingin membuat Ibu merasa sedih, kecewa, khawatir, maupun tidak nyaman dengan tindakan anak-anaknya," ucap Lune yang sudah duduk sembari menundukkan kepalanya tepat dihadapan Jack.

"Apa kalian tahu dan pernah merasakan ... rasa kosong dan hampa saat melangkahkan kaki di kehidupan ini meskipun tahu bahwa dimana pun tujuan yang akan dituju, tidak ada rasa hangat dari orang terdekat," ucap Lune sembari menyandarkan ujung Dessert Eagle tersebut tepat di kepala Jack, meskipun masih menundukkan kepalanya.

"Meskipun aku tahu hal tersebut dan tetap harus melangkah, meskipun aku tidak mau, aku harus berjalan, meskipun aku tidak ingin namun perasaan ini sangat tidak nyaman," ucap Lune kembali.

"Apa yang dikatakan oleh Kak Lune. Aku tidak dapat mendengarnya dengan jelas," gumam Bram yang tidak mengerti akan perkataan Lune namun dapat memperlebar kesempatan Jack untuk tetap hidup.

Jarak dari Lune dengan Bram tidak begitu jauh, meskipun yang dapat mendengar secara jelas adalah Jack. Meskipun demikian, sekecil apapun kesempatan yang diberikan oleh Lune baik secara sengaja atau tidak sengaja membuat kesempatan Jack bertahan untuk hidup semakin besar.

"Kau tahu, Jack. Aku ...." Ucap Lune.

"Aku hanya ingin menikmati kesempatan ini dengan baik ... tapi---" ucap Lune tidak menyelesaikan perkataannya sembari mengangkat kepalanya yang tertunduk untuk menatap Jack.

Tiba-tiba Lune berhenti bicara dan membuat suasana menjadi lebih tidak menyenangkan untuk Bram dan Jack. Sebab, mereka tahu bahwa untuk saat ini Lune tidak menganggap apa yang ia lakukan hanya untuk menakuti Jack. Hal ini dikarenakan, kejadian seperti saat ini pernah terjadi beberapa kali dan tidak ada satu orangpun yang masih bisa menikmati hari esoknya kembali seperti biasa.

"Kok malah berhenti curhatnya, Kak Lune. Ayo ... lanjutkan lagi, sehingga Kak Yuri masih memiliki waktu untuk datang kemari dan menghentikan tindakan yang akan kau perbuat terhadap Jack," gumam Bram.

"Apa kau ada permintaan terakhir, Jack?" Tanya Lune sembari bersiap untuk menarik pelatuk senjata yang ia genggam tersebut.

Jack tahu bahwa Lune selalu menepati perkataan terakhir dari orang-orang yang akan menemui akhir dari kehidupannya seperti saat ini, namun Jack menerima segala konsekuensi akibat dari perbuatannya dan tidak berkata apa-apa lagi sembari menutup ke dua matanya secara perlahan.

"Kau tahu diri juga, aku senang seperti itu. Sehingga, aku tidak bersusah payah untuk melakukan permintaan terakhir dari orang yang tidak tahu diri sepertimu," ucap Lune tanpa adanya ekspresi pada raut wajahnya.

Meskipun Bram pernah terlibat dengan para mafia, lalu berhenti untuk bekerjasama dengan Billy dan kemudian bertemu dengan Philip untuk menjadi bagian dari kesatuan MOP sampai saat ini. Namun, itu semua dilakukan hanya untuk memberikan rasa nyaman kepada ibu beserta saudaranya. Akan tetapi, apa yang terjadi di depan matanya saat ini sungguh diluar perkiraan.

"Aku harus mampu bertahan agar tidak melibatkan orang lain atas kesalahan yang aku perbuat, maupun kelemahan yang masih ada pada diriku," gumam Jack yang masih menutup mata sembari mengharapkan kesempatan kedua dari Lune, apabila masih diberikan pilihan.

"Seperti yang pernah kau ajarkan kepada kami semua, Kak Lune," gumam Jack kembali.

Jack sadar akan kelemahan maupun kesalahan yang ia lakukan. Sehingga, Jack hanya bisa untuk tidak terlalu membuang energinya dalam menghadapi berbagai serangan yang diluncurkan oleh Lune. Jack hanya berfokus pada bagaimana ia jangan sampai kesadarannya hilang dan membuat Bram menjadi sasaran Lune berikutnya. Terlebih emosi yang terlalu meluap dari Lune belum hilang sepenuhnya.

"Hmm ...." Ucap Lune melihat sikap Jack yang telah siap menunggu konsekuensi atas tindakan yang dilakukannya.

"Dimana kau, Kak Yuri?" Gumam Bram merasa khawatir dengan keadaan Jack.

******

******

* Pesan 4

From: Lune

Subject: ---

Content:

---

END.

******

"Semoga saja aku tidak terlambat untuk mencegah Lune bertindak terlalu jauh hanya karena masalah ini. Bagaimanapun Jack masih saudara," gumam Yuri sembari mempercepat langkah untuk menuju ke ruangan Bram.

"Jack," gumam Susan.

Dengan jarak yang tidak terlalu jauh antara ruangan Bram dengan Yuri karena masih sama-sama berada pada lantai pertama di tempat penampungan ini, namun bukan berarti Yuri memiliki kesempatan untuk dapat menolong Jack. Sebab, dari awal Yuri tidak terlalu memperhatikan apa yang sebenarnya diinginkan oleh Lune.

"Jangan sampai kejadian yang tidak diinginkan seperti dulu akan terulang kembali," gumam Yuri.

******

******

"DEESSTTCCHHH ... DEESSTTCCHHH!!!" bunyi senajata Dessert Eagle milik Bram yang digenggam oleh Lune mengeluarkan peluru panasnya ke arah Jack.

Jangan lupa untuk rate dan power stonenya agar cerita ini terus berkembang. Terima Kasih.

Redi_Indra_Yudhacreators' thoughts