1 1

BAB 1

Disebuah ruangan yang besar dan agak gelap, samar-samar terlihat bayang-bayang empat orang lelaki tengah berdiri di atas panggung besar terdiam, dengan memegang alat musiknya masing-masing -gitar, drum, bass dan vocalis yang juga memegang gitar-, menunggu untuk memulai pertunjukan. Tak lama, dua lampu sorot pun menyala tepat diatas pemain drum dan gitar. Suara dentuman Drum dan gitar pun saling bertautan. Intro yang terdengar dari suara drum dan gitar itu sangat merdu untuk mengawali sebuah pertunjukkan musik. Tak ada penonton, yang ada hanyalah tiga orang juri yang sedang duduk menyaksikan dan menilai permomance para pemain band di depannya itu. Yaa, ini adalah babak penyisihan sebuah audisi band.

Lampu sorot mulai bergerak-gerak seakan memeriahkan suasana yang tanpa sorak sorai penonton itu. Dan tak lama lampu sorot itu terhenti di atas sang vocalis yang mulai bernyanyi dengan begitu merdu. Suaranya terdengar agak berat dan mantap, sambil mengocok gitar berwarna coklat mengkilap yang menempel di badannya. Suara bass pun akhirnya melengkapi irama musik itu.

Mereka adalah Starventure, sebuah band yang terdiri dari empat orang mahasiswa jurusan photographi di universitas AI. Dipimpin oleh Kenzie Mahesa sebagai vocalis dan gitaris. Seorang mahasiswa semester empat berusia 21 tahun berwajah tampan, berkulit putih dan badan yang tinggi semampai, rambut kecoklatan yang tidak disisir terlalu rapi sampai ketelinganya tapi tetap berpenampilan keren dan menarik. Sikapnya yang supel dan mudah bergaul, membuatnya dikagumi banyak orang baik lelaki maupun wanita dikampusnya.

Ryan Pratama sebagai Lead gitaris. Mahasiswa semester empat yang juga berusia 21 tahun. Rambutnya hitam pekat dan tersisir rapi, badannya tinggi dan selalu berpenampilan modis. Pria berkacamata ini memiliki wajah yang tampan, juga kulitnya yang putih membuatnya terlihat seperti seorang artis. Sikapnya sangat serius dan bertanggung jawab. Ryan merupakan anak orang kaya, dan penyumbang terbesar dalam band. Tapi ia tidak pernah perhitungan akan hal itu.

Alex sebagai Drumer. Merupakan anggota yang paling tua dengan usia 23 tahun. Ia merupakan mahasiswa semester enam dijurusan photographi. Rambutnya gondrong berwarna pirang alami, dan banyak freckles diwajahnya, banyak yang mengira ia seorang blasteran atau bule, tapi kenyataannya dia adalah orang Indonesia asli. Sikapnya sangat dewasa tapi juga sangat humoris, ia merupakan pencair suasana dalam band.

Dan Dean Wijaya sebagai bassis. Yang juga mahasiswa semester empat berusia 21 tahun. Ia bekerja part time di cafe Louise milik pamannya. Rambut pendeknya yang dicat biru, selalu di mouhak dengan gel rambut yang membuatnya tampak kaku. Memiliki tinggi yang tidak jauh berbeda dengan rekan-rekan bandnya dan kulit yang sedikit gelap, juga badan yang lumayan kekar. Ia seorang yang pendiam dan jarang memperlihatkan emosinya, tapi walaupun begitu ia seorang yang optimis dan sangat menginginkan kemajuan untuk bandnya. Di cafe pamannya inilah ia dan rekan-rekannya mulai memperkenalkan Starventure untuk pertama kalinya.

Ken, Ryan, Alex dan Dean, keempatnya mulai saling mengenal saat acara pementasan seni dan photographi yang diadakan 2 tahun lalu dikampus mereka. Saat dipameran itu mereka saling mengagumi hasil karya satu sama lain. Karena adanya kesamaan dalam foto-foto mereka yaitu sebuah konser musik. Karena hal itu pula mereka saling membuka diri dan sering bertemu untuk menyaksikan sebuah konser musik. seiring berjalannya waktu, mereka pun semakin dekat dan memutuskan untuk membuat sebuah band dan terbentuklah Starventure.

Satu tahun berlatih distudio, dengan penampilan perdana mereka di Cafe Louise, akhirnya mereka memberanikan diri untuk mengikuti audisi. Walaupun beberapa kali mereka lolos audisi untuk acara pementasan musik di kampus ataupun di acara-acara musik lainnya, tapi mereka belum pernah berhasil lolos untuk masuk dalam label musik Indonesia. Dan saat ini adalah yang kesekian kalinya mereka mengikuti audisi tersebut. Berusaha agar bisa masuk kedalam label perusahaan musik terkenal di Indonesia.

Lagu yang mereka bawakan saat ini terdengar sangat nyaman di telinga. Alunan irama pop rock namun tidak membuat kebisingan pendengarnya, sampai-sampai ketiga juri pun memejamkan matanya menikmati. Juri-juri itu terlihat sangat stylis dan paham akan musik. Tampak dari sisi kanan, juri lelaki paruh baya berkulit gelap dengan rambut ikal gondrong, memakai baju yang ketat membuat otot-otot di badannya yang lumayan kekar itu tampak terlihat dan tatapannya yang santai tapi juga serius. Ia merupakan vocalis band legendaris di Indonesia yang sangat terkenal. Sedangkan di sisi tengah, seorang artis cantik berkulit gelap, berambut pirang panjang dan sudah go International, dengan kemejanya yang terlihat kebesaran namun tetap terlihat seksi dengan menampilkan sedikit belahan dadanya. Dan yang terakhir adalah seorang pakar musik berkepala gundul. Pria ini sudah mencipatakan banyak lagu untuk penyanyi-penyanyi terkenal Indonesia, ia mengenakan kaos bertuliskan MUSIK dan dilapisi jaket kulit yang sangat mahal dan berkelas.

Permainan musik Strarventure nyaris sempurna, saat tiba-tiba salah satu senar gitar Ryan terputus dan ia berhenti memainkan gitarnya. Ken yang masih terus bernyayi dan kedua personil lainnya yang masih memainkan alat musik mereka, menoleh kearah Ryan dan membuatnya terkejut lalu melanjutkan permainan gitarnya kembali. Lagi-lagi, kali ini pun tampaknya dewi keberuntungan masih belum memihak mereka. Semuanya terlihat saat ketiga juri menggelengkan kepala mereka dan menunduk seraya menandakan ketidakpuasan mereka. Tangan mereka pun terlihat membuat tanda silang pada secarik kertas dihadapan mereka. Ya, Starventure dipastikan tidak dapat lolos dalam audisi kali ini karena tempo irama mereka yang makin lama kian berantakan.

***

Langkah kakinya terdengar lemah dan tak bertenaga. Tangannya dimasukan kedalam saku sweaternya, Ken berjalan tertunduk menutupi hampir separuh wajahnya dengan hodie yang ia kenakan. Didepan sebuah toko eletronik langkahnya tiba-tiba terhenti. Terlihat berbagai macam merek televisi dijual disana, dan banyak pula yang menayangan suatu acara. Tapi tatapannya hanya tertuju pada satu buah televisi dihadapannya di balik kaca toko yang menayangkan sebuah konser musik band international. Hujan mulai turun dan terus bertambah lebat. Tanpa mempedulikannya, ia membiarkan dirinya terbasahi air hujan, matanya yang bersinar melihat acara itu kian memudar lantaran ia mengingat kejadian memalukan yang ia alami saat audisi bandnya tadi.

***

Disebuah kamar yang tidak terlalu besar dan memanjang, terlihat beberapa majalah musik berserakan di lantai. Diantara tumpukan-tumpukan majalah itu, berjejer sebuah gitar akustik dan elektrik yang ditaruh di stand gitar. Dan disamping kirinya terdapat sebuah sound kecil dengan kabelnya yang tidak terpasang. Dibelakang gitar-gitar itu terdapat rak buku berukuran sedang yang menyimpan banyak buku-buku, majalah musik serta komik. Kamar ini lumayan terlihat rapi, untuk seorang remaja lelaki, karena tidak terlihat adanya tempelan-tempelan poster di dinding kamar, semuanya sangat bersih, yang ada hanya sebuah cermin panjang yang tertempel di dinding di depan ranjang. Dan foto para personil Straventure berukuran empat kali enam dengan bingkai kayu, terpampang di meja belajar yang bersampingan dengan tempat tidur. Tampak pula tetesan air dan jejak kaki yang basah dari pintu masuk kamar hingga ke tempat tidur dan terlihat Ken sedang tertidur menengadah dengan kaki terjuntai dari tempat tidurnya dan wajah yang tertutup handuk mandi.

Terdengar suara derapan kaki yang begitu keras datang menuju ke kamar Ken dan membuka pintu kamar dengan kencangnya dan tidak sabaran.

"Heeiii.. KENZIE MAHESAAA..!! Kenapa kau tidak menelponku kalau kau kehujanan? Hujannya sangat lebat. Bagaimana nanti kalau kau sakit haah? Aku kan bisa menjemputmu! Lihat kau basah sekali, kasurmu... Ah, kau harus cepat-cepat mandi!" teriak seorang perempuan sambil menarik-narik kaki Ken yang menjuntai di tempat tidur.

Ia adalah Karina Silvia. Biasa dipanggil Karin. Kakak satu-satunya Ken. Sejak ayah mereka meninggal, ia menjadi tulang punggung keluarga. Ia memiliki paras yang cantik, mata bundar, rambut hitam pekat yang panjang dan badan yang langsing, karena itu banyak berdatangan tawaran sebagai model untuknya. Dan ia hanya mengambilnya untuk paruh waktu saja. Baginya pekerjaan yang penting baginya saat ini adalah pekerjaan tetapnya di Jaya Corp, sebuah perusahaan properti terbesar di Indonesia.

"Haah.. Aku sangat lelah kak... Dan, aku pasti akan mandi. Sekarang aku mau tiduran dulu sebentaaar saja. Lanjut nanti lagi saja ceramahnya, oke?" jawab Ken yang masih tertidur malas dikasurnya.

"Ken, aku sudah dengar dari Ryan kalau audisimu hari ini gagal lagi. Dia terus menelponmu setelah audisi tadi. Karena kau langsung pulang begitu saja setelah audisi dan kau tidak mengangkat teleponmu sama sekali. Ryan menghubungiku, dia bilang 'dia sangat menyesal karena tidak teliti dengan gitarnya dan dia terus meminta maaf. Dia takut kau akan kecewa dan marah padanya'" ucap sang kakak lembut.

Ken terdiam.

"Uhmm... Aku pikir kalian sedang tidak beruntung saja kali ini. Aku yakin kalau tidak ada adegan senar putus itu kalian pasti lolos audisi. Aku yakin sekali akan..."

"Kaak... Aku mohon. Aku benar-benar lelah kali ini. Dan aku tidak ingin membicarakan hal itu sama sekali, oke!"

"Baiklah kalau itu maumu," Karin beranjak keluar dari kamar Ken tapi kemudian berpikir dan menghentikan langkahnya dan menoleh kembali, "Hmm.. Atau, bagaimana kalau kuperkenalkan seorang produser musik saja. Aku yakin dia akan suka musik kali...."

"Kakaaaakk... Aku mohoooon!"

"Yaa.. baiklah. Aku mengerti. Kalau kau butuh sesuatu kau bisa panggil aku Ken." balas kakaknya sambil berlalu meninggalkan kamar Ken dan menutup pintu.

"Hmm.. Terima kasih atas pengertiannya." jawab Ken dengan nada malas.

Ken terdiam. Suasana di kamar pun begitu hening. Ia mulai beranjak dari tempat tidurnya menuju cermin yang berada tepat di depan ranjangnya. Ia menatap matanya sendiri dalam-dalam di depan cermin dan mulai bergumam.

Hei Ken. Apa yang bisa kau lakukan seorang diri, hah? Membawa bandmu untuk lolos audisi saja tidak bisa, selalu saja gagal. Lihatlah kakak perempuanmu itu! Hatinya berkata seolah berbicara pada dirinya sendiri.

Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat, dan membenturkan kedua kepalan tangannya itu ke dinding di samping cermin, Ibumu pasti sangat bangga padanya. Ia bahkan bisa bekerja di beberapa bidang sekaligus. Koneksinya begitu banyak, walaupun ia hanya seorang model paruh waktu. Bahkan di kantornya ia sudah mempunyai jabatan yang tinggi sebagai manager keuangan. Lalu kau? Apa yang sudah kau lakukan untuk ibumu? Kau bilang mau mencari uang dari band? Selalu saja band band dan band, tapi tidak pernah ada hasil yang memuaskan.

Ken terdiam.

"Haaah.. Apa yang aku pikirkan? Apa aku harus menerima bantuan kakak? Tapi aku sangat tidak suka bergantung pada orang lain," ucap Ken sambil menyandarkan dahinya kecermin.

"Aku... " ucapnya lirih. Sesaat ia mengingat kembali kejadian yang ia alami saat dipanggung audisi tadi dan tayangan konser musik ditoko elektronik.

"… Apakah mungkin bisa melakukannya?".

BAB I FIN

avataravatar