webnovel

Indescriptible

Venusya Geova Kyle- Gadis dengan paras yang menawan yang mampu membuat siapa saja yang melihatnya jatuh hati padanya. Sikapnya yang dingin namun hatinya yang hangat bak bidadari itulah hal yang unik dan antik dari dirinya. Namun demikian tidak berarti semua laki-laki terpikat olehnya. Aldrich Alexander Supernova- satu-satunya laki-laki yang tak tertarik dengan semua hal unik dan antik yang mengenai gadis itu. Sikapnya yang dingin namun berhati peduli. Niat yang sangat kukuh dari seorang Venusya Geova Kyle untuk mendapatkan hati seorang Aldrich Alexander Supernova mungkin akan terlihat fana bagi siapa saja yang melihatnya. Apakah niat dari seorang gadis dingin yang bersikukuh untuk mendapatkan hati seorang Aldrich akan menjadi sebuah kenyataan?

whysrch · Teen
Not enough ratings
52 Chs

sixteen•Coklat

Tak banyak bicara,

Namun membuktikan sesuatu dengan tindakan;-)

-Venusya Geova Kyle

*******************

Venus terlelap dalam tidurnya setelah seharian berjibaku dengan para buku pelajaran. Setelah tadi cukup lama ia membaca buku dan novel yang ia suka, akhirnya Venus pun tertidur di kasur miliknya.

Cklekkk....

Pintu terbuka menampilkan sosok laki-laki bertubuh tinggi. Ia adalah Mars. Mars memasuki kamar Venus karena ada sedikit kepentingan. Namun, ketika ia mengetahui jika adiknya itu tengah tertidur pulas, Mars pun mengurungkan niatnya untuk membangun Venus. Ia tak tega untuk memancungkan gadis itu ketika gadis itu terlelap dalam tidurnya setelah cukup lama ia belajar.

Ketika Mars ingin keluar dari kamar Venus, ia tak sengaja melihat bahwa meja Venus cukup berantakan dengan buku-buku yang terbuka, kertas yang berantakan entah kemana dan bolpoin serta pensil yang sudah tak tertata. Ia kembali masuk dan menuju ke meja belajar Venus untuk membereskan barang-barang itu. Dengan sangat gesit, Mars membereskan semua dengan cepat. Ia tak sengaja melihat foto Venus bersama dirinya ketika Venus berulang tahun pada umur yang kelima tahun. Tampak bahagia gadis kecil itu dengan boneka gajah dan sapi yang berada di kedua tangannya.

Ketika Mars ingin mengembalikan foto itu, tak sengaja Mars membuka bagian belakang bingkai foto itu. Betapa terkejutnya dirinya ketika ia melihat ada tulisan yang tertulis di bingkang foto itu.

"You are my superhero." Dengan perlahan Mars membaca tulisan itu. Ia sangat bahagia sekaligus terharu dengan hal itu.

Walaupun banyak orang mengetahui bahwa sang adik itu adalah sosok yang dingin namun, ia yakin bahwa adiknya bukan sosok yang dibicarakan oleh banyak orang. Venus pernah berkata jika dirinya akan bersikap dan menunjukkan jati dirinya sesuai dengan caranya.

Mars menghampiri Venus di kasurnya. Ia mencium puncak rambut Venus dengan sangat lembut sembari mengatakan sesuatu." You are my litlle Angel."

Mars kembali ke kamarnya setelah cukup lama ia berada di kamar sang adik. Ia sangat bahagia mempunyai adik seperti Venus. Tak banyak bicara namun membuktikan sesuatu dengan bertindak.

************

05.30 waktu dimana menunjukkan bahwa sang pemilik jam harus segera bangun. Tak banyak bicara, Venus segera bangkit lalu duduk sebentar dan meminum air putih. Setelah ia rasa cukup, Venus memutuskan untuk mandi lalu bersiap.

Ia menuruni anak tangga untuk menuju ke bawah. Ia melihat telah banyak hidangan yang menunggu dirinya untuk menyantapnya.

"Kamu udah bangun sayang," sapa Hera sang mama.

"Udah ma," jawab Venus.

"Kak Mars mana mah?" tanya Venus mencari kiri dan kanan.

"Kakakmu masih di kamar, mungkin sebentar lagi dia datang." Tak lama kemudian laki-laki itu datang.

"Pagi semua," sapa Mars.

"Pagi sayang."

"Hmm," balas singkat Venus yang membuat Mars sedikit membulatkan matanya.

Ia duduk di sebelah kiri tepat Venus duduk." Heh Putri es."

Venus hanya diam tak menyahut apa yang dikatakan oleh kakaknya.

"Putri es." Panggilnya lagi.

"Venus?" tanya Venus sembari menunjuk dirinya.

"Iyalah siapa lagi," sahut Mars.

"Venus bukan putri es," Balas Venus.

"Hmm itulah pokoknya."

"Apaan?"

"Ntar kakak Anter, ok."

"Terserah."

Tak lama kemudian mereka telah menghabiskan makanannya dan sudah bersiap di depan pagar rumah mereka.

"Mah Venus berangkat dulu ya." Pamitnya mencium tangan Hera.

"Mah Mars juga berangkat dulu ya." Mars bersalaman dengan Hera.

"Iya sayang, hati-hati di jalan ya. Venus belajar yang pinter ya, biar jadi kayak kakak." Pesan Hera.

"Sampai kapanpun Venus tetap cewek mah nggak akan pernah jadi kayak kakak," balas Venus polos.

Mars yang sudah sangat gemas dengan adiknya itu mengacak rambut Venus yang sudah tertata rapi." Lucu banget sih. Kenapa nggak ikut acara komedi aja sih lebih cocok."

"Terusin aja sampai nyemplung got." Venus berjalan memasuki mobil bermerk Pajero itu.

"Ven."

"Hmm."

"Emang nggak capek ya nggak ngomong seharian?" tanya Mars yang masih fokus memandang jalan raya.

"Nggak."

"Nggak pengen ada rasa buat ngomong gitu?"

"Nggak ada."

"Nggak ada niatan buat donasi perkataan gitu?"

"Nggak ada."

"Kenapa nyebelin banget sih jadi adek." Mars dibuat kesal oleh jawaban-jawaban Venus.

"Siapa." Venus melirik kakaknya itu.

"Tukang sapu got," jawabnya asal.

"Ohh."

"Hmm."

Setelah perdebatan yang cukup sengit, akhirnya Mars telah sampai mengantarkan Venus selamat sampai ke SMA Pancasila.

"Venus masuk dulu."

"Hati-hati Ven. Nanti kalau udah pulang kamu telfon kakak aja." Teriak Mars dari dalam mobil.

"Iya. Nanti Venus telfon kakak kalau udah pulang," jawabnya lalu pergi dari hadapan Mars.

Venus berjalan menyusuri koridor menuju ke arah kelasnya. Ia berjalan masih seperti hari-hari biasa. Wajah yang datar namun murah senyum itu merupakan ciri khas yang sangat unik dari dirinya. Bukan sosok yang banyak bicara namun tak melakukan apa-apa.

"Pagi Ven,"sSapa Nada dari balik pintu.

"Pagi," balasnya.

"Oh iya Ven, tadi dicariin sama Titan." Nada mengingat-ingat sesuatu yang ia lupakan.

"Ngapain?"

"Katanya mau ngomongin soal OSIS. Disuruh ke perpus katanya kalau lo udah dateng," ucap Nada.

"Ok. Makasih ya Nad," balas Venus.

Venus berjalan menuju perpustakaan untuk menemui Titan seperti apa yang dikatakan oleh Nada. Ia berjalan sembari memasukan kedua tangganya kedalam saku jaketnya. Dengan langkah sedang ia berjalan gontai menuju ke perpustakaan.

"Permisi," ucap Venus pelan.

"Ven."

"Ada apa Tan?" tanya Venus menarik kursi perpustakaan.

"Gue cuma mau bahas tentang OSIS."

"Ada kendala apa?"

"Nggak ada sih sebenarnya, cuma kan sebentar lagi sekolah kita ada DN kan. Gimana kalau kita adakan lomba khusus OSIS." Usul Titan.

"Terserah sih. Nanti coba kalau ada waktu luang kita bahas sama anggota OSIS lain aja biar ada persetujuan bersama," ucap Venus.

"Ok kalau gitu. Nanti biar gue yang ngatur waktunya."

"Yaudah kalau nggak ada yang dibahas, balik dulu ya," ucap Venus sembari mengembalikan kursi yang ia gunakan.

"Ok Ven. Hati-hati," ucap Titan.

Setelah Venus membahas sesuatu perihal tentang OSIS bersama Titan, akhirnya ia selesai juga dan kembali ke dalam kelasnya sebelum pelajaran dimulai.

"Gimana Ven? Udah kan?" tanya Nada memastikan.

"Udah kok Nad. Makasih ya," ucap Venus.

"Ok."

Venus melihat ada tangan yang sedang menyodorkan sesuatu di depannya. Ia menengadahkan kepalanya mengikuti arah tangan tersebut.

"Buat Venus seorang," ucap Zara bak seorang putis.

Venus menunjuk mukanya tak paham.

"Iya buat lo," ucap Zara menaruh kotak coklat itu.

"Dari?"

"Aldrich," jawab Zara enteng.

"Dalam rangka apa dia ngasih coklat?" tanya Venus yang masih tak percaya.

"Katanya sih cuma mau ngasih buat ucapan maaf kemarin pas nggak sengaja nabrak lo di kantor," ucap Zara panjang lebar.

"Ucapan maaf ?" tanya Venus tak mengerti.

"Iya Venusya Geova Kyle yang cantik jelita bak putri es dari kutub Utara," ucap Zara yang mulai kesal dengan kelambatan otak Venus dalam mencerna sesuatu.

Venus mengingat kembali kejadian di kantor itu. Dengan mudahnya ia mengingat kejadian yang terjadi di kantor ketika ia terlalu banyak membawa buku sampai ia tak bisa melihat arah depan dan ada seseorang yang menabrak dirinya.

"Oh Ok makasih," ucap Venus mengambil kotak coklat itu.