1 Prolog

Raja melihat sekelilingnya. Dan merasa dejavu tengah menimpanya. Di restoran cepat saji penyedia makanan Jepang ini, Raja duduk bersama Felix dan Mirza. Sementara Sei diseberang sana duduk sendirian, dengan tenang menikmati makanannya dan tak acuh pada sekitarnya. Dirinya dan kedua temannya saling tunjuk dan menuding siapa yang harusnya menemui gadis itu untuk menyampaikan bahwa Roa ingin menemui gadis itu, besok, ingin bisa bersamanya sehari saja karena dia akan datang jauh jauh dari Jepang dan memang hanya sehari saja dia punya waktu.

Raja terdiam sejenak sementara teman temannya masih meributkan siapa yang akan menyampaikan pesan Roa pada Sei. Pria itu mengingat ingat lagi apa yang tengah menimpanya, karena dia tahu, harusnya Roa dan Sei sudah saling bertemu kemarin dan saat ini tengah menyiapkan pernikahan mereka. Mereka bertiga turut repot mengurusi pernikahan keduanya, dan mereka juga yang selalu kesana kemari bersama Sei selama sebulan ini demi persiapan pernikahannya. Jadi kenapa mereka harus gambreng untuk menentukan siapa yang akan menghampiri Sei karena tak tahu harus bersikap seperti apa didepan gadis itu.

"Lu, Ja!" seru Felix dan Mirza berbarengan. Raja tak bisa berbuat apa apa saat melihat kedua temannya yang berbicara lambat lambat padanya, seolah slow motion effect sedang mereka peragakan.

Raja menoleh pada Sei, gadis itu tengah merokok saat ini. Raja melihat Sei sempat melirik padanya dari ujung mata elangnya yang bersorot tajam. Baru kali ini dia melihat binar setegas itu dimata seorang gadis. Dan itu membuatnya hanya bisa membeku di tempat. Seolah seluruh tubuhnya dijegal dari segala arah hingga bahkan untuk menggerakan otot diafraghma agar dapat bernafas normal saja jadi sulit dilakukan.

Sei beranjak bangkit. Gadis itu akan segera pergi, dan dia harusnya segera menghampirinya dan menahannya ditempat sampai mendengar semua pesan yang harus didengarnya. Tapi Raja merasa tubuhnya sangat berat, seolah paku menancapkan kedua kakinya di lantai dengan sangat kuat. Lalu dia melihat Felix bangkit dan menghampiri Sei, seluruh rangkaian gerak yang tertangkap matanya masih saja berupa slow motion. Dan percakapan antara Felix dengan Sei berlangsung begitu lama, membuatnya penasaran setengah mati melihat ekspresi di wajah Sei berubah ubah dengan cepat, jauh berbeda dengan efek slow motion yang sejak tadi dilihatnya. Lalu mata Sei melirik padanya sekali lagi, dan gadis itu beserta Felix bangkit kemudian berjalan beriringan menghampirinya. Dunia disekelilingnya seolah lenyap begitu saja, hingga hanya menyisakan sosok Sei yang makin mendekat padanya, gadis itu sungguh jelas terlihat menawan. Dengan satu senyuman separuh bibir saja dia mampu meniadakan dunia disekelilingnya.

"Dia buat lu, Ja." Suara Felix terdengar mantap, "Lupain aja Roa, lu juga layak dapetin cinta lu."

Seluruh tubuh Raja terasa gemetar hebat, perasaan bahagia yang tak pernah dia kenal sebelumnya mendekapnya hingga terasa seolah akan meremukkan seluruh belulangnya. Tangan kiri Sei meraih tangan kanannya, lalu gadis itu memberikan satu senyuman utuh yang hanya sekejap saja sebelum senyum itu raib dari pandangannya karena bibirnya menempel di bibir Raja. Raja tak kuasa menahan diri dan menolaknya, tak mampu berbuat apapun kecuali membalas ciumannya, mencumbunya dalam dalam dan memeluk tubuhnya dengan kuat.

"Raja!" Teriak Mirza, "Anj*ng lu, bangun!" lanjutnya, dan Raja terasa terenggut seutuhnya dari dunia yang mempesona itu, ditarik kembali pada realita yang meyakitkan.

Raja bangkit duduk dengan malas, seraya menyeka keringat yang membasahi seluruh permukaan kulitnya yang terasa dingin. Pria itu menyeka lehernya.

"Lu malah enak enakan tidur disini. Dari tadi kita nungguin lu, kampret!" kata Mirza lagi, benar benar terdengar kesal. Pria itu duduk menghadapnya dengan sebelah kaki yang bersila di tempat tidur. Sementara Felix berdiri seraya berkacak pinggang di depannya.

"Ngapain kalian dikamar gua hari gini?" tanya Raja saat melihat jam ditangan kanannya yang menunjukan 02:43PM.

"Ngapain lu bilang?" protes Felix. "Bukannya lu yang bookingin table buat kita ngumpul dan minum minum? Kita nungguin lu dari jam sebelas tadi, onta!"

"Oh, shit!" keluh Raja, "Gua bener bener lupa."

"Anj*ng lu!" cetus Mirza, "Bikin orang jantungan aja. Kita pikir lu kenapa napa."

"Tahu nih, gua cape dan ngantuk banget tadi." Keluh Raja.

"Ya udah lah. Sana tidur lagi. Jangan lupa, besok gua akan take off jam satu." Kata Felix.

"Ngapain?"

"Wah, kampret lu beneran." Protes Mirza lagi.

"Apaan sih?"

"Gua kudu nemuin si Roa buat Fitting bajunya, lu inget?" tanya Felix.

"Oh, iya iya." Kata Raja akhirnya. "Berangkat jam berapa dari rumah?"

"Jam tujuh dari tempat Sei, Lu yang anterin dia ke Travel ya!" Kata Mirza seraya bangkit berdiri dan menghampiri Felix.

Raja mengangguk pelan.

"Kita nunggu lu di tempat si Sei ya?" kata Felix. "Awas kalo lu telat." Lanjutnya. Raja mengangguk anggukan kepalanya seraya mengacungkan kedua jempolnya.

avataravatar