webnovel

Impoten Without You part 3 Pasangan Gay

"Apakah kita bisa memulainya sekarang, ladies? Aku sudah tidak sabar untuk memutarnya." Emily sangat antusias mengatakannya. Karena dia yang sekarang mendapatkan giliran untuk memutar botol itu.

"Jangan sampai kamu berakhir seperti Gudytha, Nona Dorothy. Kamu yang memutar, kamu juga yang mendapatkan kekalahan."

"Beruntung kalau kamu bisa seperti putri keluarga besar Bashri karena mendapatkan mangsa yang tampan. Jika kamu harus bersama dengan seorang lesbi, aku tidak akan menjamin bagaimana akhir dari bongkahan belakangmu," ejek Cristal karena melihat Emily yang sangat antusias memutar botol minuman itu.

Emily, wanita yang sering dipanggil dengan nama marga keluarganya, Nona Dorothy. Dia hanya mencebikkan bibirnya saja mendengar perkataan Cristal. Kemudian dia membuka suaranya.

"Tentu saja aku tidak akan seperti itu. Aku tidak ingin pagar makan tanaman," ujar Emily menanggapi perkataan Cristal.

"Aku ingin kita mendapatkan kesenangan malam ini. Dan kesenangan yang kita nantikan adalah ...." Emily tidak melanjutkan kalimatnya. Tapi matanya melirik ke arah di mana Auristella berada.

"Tapi itu tidak membuatku senang sama sekali," sungut Auristella yang mengetahui maksud ucapan Emily. Sedangkan para sahabatnya, hanya tertawa melihat Auri Kitty mereka yang sebal dan bermuka masam karena sudah digoda oleh Emily.

Auristella langsung duduk tegak dari posisi santainya. Dia melihat sesuatu yang membuat matanya menjadi terang benderang. Wajahnya yang semula bermuka masam, langsung berubah menjadi berseri-seri. Dia melihat ke satu objek yang sangat dinantikan kedatangannya.

Sementara yang lain, mereka mengikuti ke arah mata Auristella memandang. Mereka jadi mengerti, mengapa aura yang dipancarkannya berbeda. Semuanya tersenyum sembari saling memainkan alis.

Hanya Auristella, wanita di antara para sahabatnya yang tetap jatuh pada satu pria. Sedangkan yang lain, mereka sering bergonta-ganti pasangan. Dengan alasan belum menemukan pria yang cocok untuk di jadikan pelabuhan hati.

"Apakah aku tetap harus memutar botol ini, atau kita langsung main tunjuk saja siapa yang kalah?" tanya Emily membuka suaranya menyadarkan mereka semua. Terutama Auristella yang sejak tadi tersenyum sendiri.

"Aku rasa kita tidak perlu memutarnya. Kita sudah menemukan siapa yang kalah kali ini," sahut Cristal dengan semangat. Dia tidak sabar untuk menggoda Auristella agar mau mendekati pria itu.

"Aku rasa, kali ini kita harus bermain terus sampai kekalahan menjadi miliknya. Jangan pernah berhenti sebelum dia mendapatkan tantangan itu." Gudytha menanggapi seraya mengedipkan sebelah matanya.

Pria yang bersamanya tadi masih terus menunggu sampai dia dan para sahabatnya pulang. Karena mereka sudah janjian akan bertemu setelah ini. Dan melanjutkan sesuatu yang tertunda.

"Hei! Apa maksud kalian?" pekik Auristella yang sudah mencium sesuatu tidak adil di sana.

Kelebihannya yang sangat peka dengan keadaan sekitar, membuat semua sahabatnya sangat sulit membohongi dia. Padahal mereka berencana untuk berbuat curang. Tapi sayang, Auristella bukan gadis yang bisa dengan mudah mereka tipu.

"Kami hanya memuluskan jalanmu untuk menuju padanya."

"Seharusnya kamu bersyukur untuk itu. Kami sahabat yang baik. Mau membantumu untuk lebih cepat bersamanya," ujar Gudytha dengan senyuman khas dirinya. Dia sudah mempunyai banyak rencana jika memang itu akan terjadi.

"Kalian bukan ingin membantuku. Kalian hanya akan mempersulit diriku dengan tantangan tidak masuk akal." Auristella menanggapi.

Dia masih duduk tegak dengan wajahnya yang masih berseri-seri. Tapi, tidak lama kemudian, semuanya menjadi hilang dalam sekejap. Cahaya yang hadir di wajahnya berubah menjadi gelap gulita. Badannya melemas, dia kembali duduk bersandar di sofa. Bibir Auristella maju ke depan. Tidak ada sedikit pun senyuman di sana.

Dia kecewa dengan apa yang dilihatnya. Pria yang sejak tadi di nantikan olehnya, datang ke tempat itu. Namun, pria itu tidak sendirian. Dia datang bersama dengan seorang laki-laki yang juga tidak kalah tampan dengannya. Mereka mencari tempat duduk yang tidak jauh dari Auristella. Di tempat yang sedikit lebih terang. Sehingga apa yang mereka lakukan, bisa terlihat jelas olehnya.

Pria itu, berbicara begitu akrab dengan laki-laki yang bersamanya. Seolah mereka sudah saling mengenal sejak lama. Auristella kecewa, dengan pria yang menjadi CEO di tempatnya bekerja. Dia ingin mematahkan gosip itu. Tapi CEO itu malah seolah bersikap membenarkan semuanya.

"Oh, ternyata CEO tampan kita sudah datang?" tanya Violeen memancing pembicaraan mereka tentang pria itu.

"Tapi lihat. Siapa yang bersama dia?"

"Apakah laki-laki itu pasangan Gay dia, eh?" tanya Cristal menanggapi seraya bertanya. Dia sangat suka jika ada yang menjadi bahan godaannya.

"Sepertinya iya. Karena mereka terlihat sangat mesra sekali. Bahkan tadi, dia sempat memegang tangan laki-laki itu dengan sangat mesra. Oh, sungguh pasangan yang sangat serasi sekali." Gudytha menambah dengan lebih mendramatisi.

Dia juga melebihkan cerita yang dibuatnya. Sebenarnya pria itu tidak sengaja memegang tangan laki-laki di sebelahnya. Tapi karena Gudytha tahu, jika Auristella sedang tidak melihat adegan itu, maka dia menambahkan cerita agar terdengar sangat romantis.

"Apa kamu tidak akan menyesal jika nanti berakhir dengannya, Auri Kitty?" tanya Emily dengan senyuman miringnya.

"Kalian sungguh terlalu. Tidak bisakah kalian mendukung aku sekali saja, huh?"

"Kalian selalu mematahkan hatiku. Aku sudah sangat bosan," ucap Auristella yang kembali meminum anggur miliknya. Dia masih berwajah masam. Sesekali matanya melirik ke arah pria yang dia sukai.

'kenapa mereka terlihat mesra sekali? Apa dia tidak tahu, jika selama ini aku selalu berjuang untuk melihatnya dengan normal di segala sisi,'

'tapi dia tidak pernah mendukung aku sekalipun,' batin Auristella menggerutu seolah dia sudah biasa berinteraksi dengan CEO yang menjadi incarannya.

Padahal selama ini, Auristella sama sekali belum pernah berinteraksi dengan pria itu. Ketika di perusahaan, dia juga belum pernah berhadapan secara langsung. Karena dia hanya seorang office girl. Dia hanya melihat dan mengagumi pria itu dari jauh.

"Oh, jangan seperti itu Auri Kitty. Aku tidak ingin permainan kita hanya berhenti sampai di sini saja."

"Aku ingin kita melanjutkan sampai selesai," ucap Gudytha semangat.

"Yah. Kami ingin permainan ini baru selesai ketika kamu sudah mendapatkan kekalahan itu," sambung Cristal dengan cepat.

"Dan setelah itu, kami akan memberikan tantangan untukmu merayu dia. Duduk di pangkuannya dengan mesra."

"Mengecup bibirnya, kemudian mengajaknya bermalam bersama. Menghabiskan malam panjang dengan sangat panas. Dan merekamnya," sahut Violeen dengan pikirannya yang mulai traveling ke mana-mana. Dia juga sudah tersenyum membayangkan jika itu benar-benar terjadi.

"Lalu kami akan melihatnya bersama." Emily menambahkan dan kemudian mengundang tawa mereka semua kecuali Auristella yang semakin bertambah jenuh berada di sekitar sahabatnya.

Tawa mereka yang sangat bahagia, membuat seseorang yang sedang duduk tidak jauh dari sana memandang dengan seringaian misterius miliknya. Dia sudah memperhatikan mereka semua sejak tadi. Namun, tidak ada satu pun yang menyadari tentang hal itu.

"Kamu terlihat semakin cantik dan seksi, sweety," gumamnya sembari terus menatap dengan senyuman miringnya.