1 Impoten Without You part 1. Permainan di club malam

...

Club malam Boom Boom Room, New York, Amerika Serikat.,

Malam hari.,

Dentuman suara musik terdengar sangat keras. Lagu DJ yang sedang diputar membuat seluruh penghuni yang ada di dalamnya semakin berjoget ria menikmati malam. Ruangan yang hanya di hiasi oleh lampu kelap-kelip menambah kesan eksotis di dalamnya.

Banyak pengusaha kelas menengah ke atas yang datang kesini hanya untuk mendapatkan hiburan. Melupakan segala masalah dan mencari kesenangan yang hanya bersifat sementara. Tidak hanya para pengusaha muda. Para pencari uang dengan menjajakan dirinya juga banyak.

Apalagi para gigolo yang mempromosikan para pekerjanya. Mereka berlomba untuk mendapatkan pelanggan agar bisa membayar mereka dengan harga fantastis. Jika itu bisa didapatkan, maka servis kepuasan yang akan diberikan, bisa melebihi dengan bayaran mereka.

Di tempat yang tidak jauh dari meja bar tender, terdapat lima orang wanita yang sedang tertawa ria menikmati permainan yang sedang mereka lakukan. Permainan dengan memutar botol minuman. Salah satu di antara mereka yang ditunjuk oleh botol tersebut, maka harus menerima tantangan dari yang lainnya.

"Sekarang tantangannya adalah."

"Siapa pun yang ditunjuk oleh botol itu, harus mencium orang yang baru saja melewati pintu masuk."

"Tidak peduli laki-laki atau perempuan, mereka harus mencium bibirnya dengan mesra dan mengucapkan kata-kata manis," ucap Emily memberikan saran kepada yang lain.

Dan mereka berempat, hanya mengangguk setuju dengan pendapat yang diajukan oleh Emily.

"Okey. Sekarang waktunya aku yang memutar. Dan siapapun yang kalah, wajib melakukan tantangan itu," ujar Gudytha dengan antusias. Kemudian dia memegang botol itu dan mulai memutarnya.

Permainan yang mereka lakukan memang cukup adil. Mereka bergiliran memutar botol tersebut. Dan tantangan harus selalu di setujui oleh mereka semua yang menang. Sehingga yang kalah tidak bisa mengelak ketika tantangan jatuh padanya.

"Aku sangat berharap yang mendapatkan kekalahan kali ini Auristella."

"Sejak tadi kita berempat selalu mendapatkan bagian kekalahan. Sementara Auristella, sekalipun belum merasakan tantangan itu," sungut Cristal dengan bibirnya yang maju ke depan.

Dia sudah sangat geram. Karena sejak tadi mereka melakukan permainan, dia yang mendapatkan kekalahan paling banyak. Bersyukur tantangan yang dia terima termasuk ringan jika dibandingkan dengan yang dilakukan oleh Violeen.

"Aku harus memikirkan tantangan yang sangat pas untuk Auristella. Karena dia paling sedikit menerima kekalahan setiap kali kita bermain," gumam Violeen sembari menatap lekat botol yang sedang berputar.

Dadanya berdegup kencang. Dia tidak mau lagi kalah untuk saat ini. Karena baru saja dia mendapatkan tantangan untuk merayu pasangan gay yang sedang bermesraan. Dan dirinya harus berakhir dengan tatapan tajam serta aura permusuhan yang lekat dari salah satu pasangan itu.

"Hey. Ini hanya lah hoki dalam hidupku. Aku tidak melakukan kecurangan apa pun."

"Dan kalian tahu sendiri bukan, sejak tadi kita bermain. Semuanya berjalan dengan adil tanpa rekayasa." Auristella membela dirinya. Dia hanya tersenyum miring melihat wajah masam para teman-temannya yang sangat menginginkan kekalahan dirinya.

"Dan aku tidak suka dengan hoki dalam hidupmu itu Auri," gumam Violeen tanpa mengalihkan pandangannya dari botol itu. Dia tidak ingin jika ada yang curang sedikit saja di antara mereka.

"Yah. Aku setuju untuk itu. Hoki yang selalu kamu bangga-banggakan. Aku sangat ingin menghancurkannya." Gudytha menyambung kalimat Violeen.

Dia juga masih memperhatikan botol yang semakin lambat berputar. Tapi sesekali, matanya melirik ke segala arah. Dia ingin mencari pria yang bisa dijadikan mangsanya malam ini.

"Oh, shit! Kenapa harus aku?"

"Aku yang memutar, kenapa aku juga yang mendapatkan kekalahan," umpat Gudytha ketika mengetahui jika botol itu berhenti tepat menuju ke arahnya.

"Anda belum beruntung malam ini, Nona Bashri," ejek Auristella seraya menyandarkan tubuhnya ke sofa.

Dia mengambil segelas anggur miliknya. Meminumnya sedikit kemudian melirik kearah pintu masuk.

"Dalam hitungan ke tiga," lanjut Auristella sembari menghitung mundur.

Mereka berlima melihat ke arah pintu masuk. Ingin melihat siapa yang akan menjadi mangsa Gudytha dalam permainan mereka kali ini.

Setelah hitungan itu berakhir, tidak satupun orang yang masuk ke dalam club itu. Mereka sudah menunggu hingga lima menit. Namun pintu club itu masih belum ada yang melewati.

"Hah ... Aku sangat berharap jika yang melewati adalah seorang lesbi yang sedang mencari pasangannya," gerutu Cristal yang sudah bosan menunggu. Dia ingin kembali melanjutkan permainan ini dan membuat Auristella mendapatkan kekalahannya.

"Sepertinya Anda terlalu banyak berharap malam ini, Ratu Cristal," sindir Violeen dengan senyuman sinis terukir di bibirnya.

"Kenapa harus dia yang masuk? Seharusnya aku yang mendapatkan kekalahan saat ini. Agar aku bisa menjadikan dia mangsaku di kamar hotel," sungut Emily tidak terima.

Karena yang baru saja melewati pintu masuk, adalah pria tampan dengan tubuh atletis dan rahang yang tegas. Siapa pun dapat di pastikan akan meleleh di hadapannya. Tidak terkecuali mereka yang duduk di sana.

"Sayang sekali, Nona Dorothy. Sepertinya aku yang akan berakhir di kamar hotel dengannya."

"Apakah kalian ingin menyaksikan itu? Aku akan dengan senang hati merekamnya dan memperlihatkan pada kalian semua." Gudytha bangga karena mendapatkan mangsa yang sangat menawan untuk dilahapnya malam ini.

Dengan perlahan dan percaya diri, dia berjalan menuju ke arah pria yang menjadi tantangan untuknya. Dia menampilkan senyuman mengejeknya kepada mereka semua. Tapi, baru beberapa langkah dia berjalan, Gudytha kembali kepada mereka dan membuka suaranya.

"Apa kalian yakin tidak ingin menambahkan tantangan untukku dengan pria itu?"

"Aku akan dengan senang hati menerimanya," ujar Gudytha kepada mereka semua.

Hanya Violeen yang membuka suara di antara mereka berempat. Sementara yang lain hanya memutar bola matanya malas.

"Cepat lakukan atau tidak usah sama sekali," cibir Violeen tidak suka. Dia sangat kesal dengan pria yang didapatkan oleh Gudytha. Mengapa sahabatnya yang satu itu lebih beruntung dari pada dirinya.

Mereka berempat, Emily, Cristal, Violeen dan Auristella. Mereka hanya melihat Gudytha yang sedang berjalan lenggak-lenggok bagai model. Ditambah postur tubuhnya yang sempurna, semakin mendukung perawakannya untuk disandingkan dengan seorang model.

Mereka masih melihat bagaimana Gudytha sedang menjalankan tugasnya menerima tantangan yang dia dapatkan. Mencium pria yang baru saja melewati pintu masuk club. Tapi sepertinya, Gudytha akan melakukan lebih dari sekedar mencium pria itu. Pikir mereka semua.

"Aku tidak yakin, Gudytha hanya akan melakukan tantangan yang kita berikan," gumam Auristella masih memperhatikan sahabatnya dari jauh.

"Yah, aku setuju untuk itu." Emily menanggapi seraya menganggukkan kepalanya setuju.

"Dia pasti akan melakukan lebih dari sekedar menciumnya saja," lanjutnya.

"Ada dua kemungkinan. Antara Gudytha hanya akan menciumnya saja dan melanjutkan bermain lain waktu."

"Atau dia akan langsung bermain saat ini juga," sambung Cristal menanggapi sembari meminum anggur yang berada di tangannya.

avataravatar
Next chapter