webnovel

implicit: it's just you and me

Seorang gadis SMA yang pendiam, terlihat seperti nerd, dan merupakan pindahan dari sekolah lain yang bernama Hana bertemu dengan lelaki biasa di kelasnya karena kejadian tak disangka! Kejadian yang sangat memalukan dan menjijikannya itu dilihat oleh teman laki-laki dikelasnya itu. Karena itu Hana harus melayani lelaki itu agar apa yang dilakukannya tidak tersebar seisi sekolah. Namun seiring berjalannya waktu mereka sering memanfaatkan satu sama lain demi kepentingan pribadi mereka masing-masing, hingga suatu saat mereka sadar ada yang berbeda diantara mereka.

MackenCloy · Teen
Not enough ratings
39 Chs

Kita dekat meskipun jauh.

Bukannya aku ingin mengusik kehidupan Rey, tapi masih banyak sekali warna abu-abu dalam dirinya. Aku memang sudah cukup dekat dengannya, malahan kami pernah memuaskan nafsu satu sama lain.

Entah mengapa aku penasaran sekali dengan Rey.

Aku sudah mengirim pesanku pada adiknya Rey, Rena. Aku ajak dia ketemuan, dia membalas bahwa dirinya ingin bertemu di kafe pada hari Jumat sore sepulang sekolah.

*****

Hari itupun datang, kita janjian di kafe yang lumayan bergengsi, harga makanan dan minuman di sini lebih tinggi dari kafe manapun. Memang tempatnya sangat bagus, dan pelayanannya sangat lengkap, sembari menunggu Rena aku mengunduh satu musim anime yang baru kubeli online.

Tak lama, Rena datang. Seperti sebelumnya, dia memakai pakaian yang sangat mewah bahkan bagiku. Rena adalah perempuan yang anggun dalam pandanganku, rambutnya tergerai, wajahnya terlihat halus, sepertinya dia seringkali merawat dirinya. Dia memesan minuman, lalu duduk di hadapanku.

Aku mulai basa basi.

"Hai Rena, aku Hana Karina Putri, aku teman seke----------"

"Aku udah tau namamu." Ujarnya memotong omonganku.

"Ah, kalau gitu salam kenal.."

"Buruan, bilang kamu mau apa."

"Aku hanya ingin tau kala-------"

"Kalau kamu ingin pacarin Kak Yan nyerah aja. Gabakal bisa." Omonganku di potong lagi olehnya.

Dia ini mengesalkan.

"Bu-bukan gitu..."

"Terus apa? Ngomong yang jelas dong."

"Gimana aku bisa ngomong jelas kalau kamu potong terus?!" Sahutku dengan agak kesal.

"Oh iya. Maap.." Dia langsung terdiam.

Wajahnya langsung datar, seakan dia kaget bahwa aku juga bisa marah. Akupun melanjutkan kembali percakapannya, tapi aku bingung harus mulai darimana, dia membuatku lupa.

Ah aku teringat sesuatu!

"Apa Rey punya alergi?" Tanyaku.

"Alergi? Engga ada tuh." Sahutnya.

"Terus kenapa sekitar sebulan lalu, setelah Rey makan bubur dia langsung merah semua badannya?"

"Hah?! Seriusan?! Kok aku engga tau?"

"Emangnya Rey engga bilang ke kamu?"

"Engga. Lagian sejak kapan Rey suka makan bubur? Selama ini dia ga pernah mau makan bubur."

"Loh? Engga pernah?"

"Iya. Ga pernah."

Kami sama-sama bingung, aku juga terheran mengapa dia tidak mengetahui hal itu. Padahal dia terlihat seperti protektif terhadap Rey.

"Apa dia alergi sama kacang?" Tanyaku.

"Kacang? Oh iya dia pernah bilang engga suka kacang!" Sahutnya.

"Oh begitu.."

Setelah itu, Rena langsung membuka gawainya dan terlihat seperti mengetik sesuatu.

"Ayo, sebutkan lagi yang aku tidak tahu dari kak Yan!" Ujarnya dengan semangat.

"Kok jadi aku yang ditanya sih? Kan aku yang mau nanya.." sahutku.

Akhirnya aku memberi tahu tentang Rey yang aku ketahui setelah dua bulan duduk disampingnya. Dia itu sebenarnya pintar, walaupun memang pemalas. Rey suka mendengarkan musik menggunakan earphone, musik yang ia dengarkan banyak yang instrumental dan merupakan musik latar dari film-film. Dia juga bermain game di gawainya, walaupun tidak sesering pada cowok biasanya. Yang kutahu dia seringkali streaming YouTube tentang kamera, videografi, dan review mobil. Hal yang paling kuingat adalah dia suka sekali mengemut permen saat jam pelajaran, setiap sehabis istirahat pasti Rey membawa satu plastik penuh dengan permen.

Sembari mendengarkan perkataanku, Rena mengetik di gawainya, sepertinya dia mencatatnya. Aku terkejut, bagaimana bisa adiknya tidak mengetahui hal-hal tersebut, jika dilihat dari antusiasmenya mendengarkan ceritaku, dia benar-benar tidak tahu apa-apa tentang Rey.

Aku kehabisan hal untuk diceritakan, masih banyak hal yang belum kutahu dari Rey. Meskipun begitu, sudah 30 menit aku berbicara tanpa henti.

"Sudah kan? Sekarang aku yang bertanya ya..." Ujarku.

"Oke oke, silahkan..."sahutnya sembari meminum minumannya.

"Jadi, apakah kalian ini beneran kakak adik?"

Dia langsung tersedak, seperti kaget dengan pertanyaanku.

"Ya iyalah! Emangnya kamu kira apa?!" Sahutnya dengan suara yang agak tinggi.

Orang-orang di sekeliling kami langsung melihati kami.

"Ya maaf, aku kan hanya nanya.." sahutku.

"Hmmmm."

"Oh ya, Rey kan punya kamera. Merknya Sony kalau engga salah. Rey itu beli atau bagaimana?"

"Ya beli lah! Masa nyolong!" Sahutnya dengan tinggi lagi.

Orang-orang di sekeliling kami melihati kami lagi.

"Bisa gak sih jawabnya santai aja?" Ujarku.

"Ya gimana mau santai, pertanyaannya gabener semua..." Sahutnya.

"Maksudku itu apa dia beli sendiri atau dibelikan orang tuanya?"

"Oh, dia beli sendiri. Menabung kalau tidak salah" sahutnya sembari memalingkan wajahnya.

Hebat juga Rey, bisa menabung sebesar 7 juta untuk membeli kamera itu. Terlihat dia sangat menginginkan kamera itu. Pastinya barang yang paling berharga untuknya.

"Oh ya, tadi katamu aku engga akan bisa dapetin Rey. Apa Rey udah punya pacar?" Tanyaku.

"Engga ada sih..." Sahutnya dengan wajah menunduk.

Akupun melihat jam tangannya yang mewah itu. Akupun teringat. Aku ingin bertanya tentang status Rey. Karena tidak bisa bertanya apakah Rey kaya atau miskin, aku bertanya hal yang lain.

"Oh ya jam tangan itu, kamu beli itu dimana?" Lanjutku.

"Oh ini? Aku dibelikan ayahku saat sedang ke belanda.., emangnya kenapa?" Tanyanya.

Ternyata ayahnya memang orang kaya. Berarti Rey memang orang kaya.

"Engga apa-apa, aku cuma punya yang mirip kayak itu" sahutku sembari menunjukkan jam tanganku.

Kebetulan jam tangan ayahku ada di apartemenku. Aku sengaja membawanya untuk hal seperti ini.

"Wah kok kamu punya sih..., Aku pengen banget yang edisi ini. Tapi sayangnya udah abis pas ayahku mau belikan.." jawabnya.

Aku baru tahu kalau jam tangan ayahku ini adalah edisi terbatas, terlihat sepertinya dia sangat menginginkan jam tanganku. Kami lalu berbicara soal jam tangan lumayan lama, sampai akhirnya Rena harus pulang karena hari sudah malam. Aku menemaninya hingga seseorang datang menjemputnya, sepertinya itu adalah supir pribadi.

Setelah dia sudah pergi, aku lalu membuka gawaiku dan hendak memesan ojek daring. Aku tidak suka dijemput oleh supir pribadi. Membuatku tidak bebas ingin kemana-mana. Tepat sebelum aku menekan tombol pesan pada aplikasi, sebuah motor berhenti tepat di depanku. Saatku lihat, itu adalah Rey.

"Mba Hana ya? Sesuai aplikasi ya.." ujarnya sambil tersenyum menawarkan helmnya padaku.

"Eh, Rey? Kok kamu di sini? Aku baru mau pesan ojol..." Sahutku.

"Aku tahu kamu ada di sini. Mau ku antar ga?"

"Emang gapapa?"

"Gapapa dong.."

"Oke"

Aku lalu memakai helm dan menaiki motor Rey. Lalu kami langsung meninggalkan kafe itu. Aku masih bingung kenapa Rey bisa tahu aku di kafe itu. Mungkin adiknya yang memberi tahu. Tapi mengapa Rey sampai repot-repot mengantarku pulang?

"Rey? Mengapa kamu tidak pulang bareng Rena?" Tanyaku.

"Ya karena aku mau menjemputmu. Lagipula rumah kami engga searah.." jawabnya.

Aku tersipu. Mungkin kata-katanya biasa saja. Tapi aku merasanya dengan berbeda. Lalu aku bingung. Mengapa Rey tidak tinggal bersama adiknya?

"Mengapa kamu engga tinggal bareng adikmu?" Tanyaku lagi.

"Kenapa ya, karena aku mau aja sih.." sahutnya.

Aneh aja sih, aku tahu dia orang kaya dan punya uang untuk menyewa kos. Tapi kenapa dia harus ngekos juga?

Lagian juga kenapa Rey menaiki motor? Bukannya seharusnya sudah memiliki mobil pribadi? Dilihat dari kemewahan perhiasan yang adiknya pakai, tentunya mobil pribadi bukanlah hal yang sulit bagi keluarganya kan? Apalagi Rey sering kali melihat video review mobil. Sebelum pertanyaanku sempat aku pikirkan, kami telah sampai di apartemenku. Setelah aku melepaskan helm dan memberikan kepada Rey, dia bertanya kepadaku.

"Besok kamu sibuk engga?"

"Eh? Engga sih. Besok kan Sabtu.." sahutku.

"Kalau gitu, mau temenin aku?" Lanjutnya dengan agak malu.

"Eh, nenenin?" Sahutku yang sedang tidak fokus.

"Te-temenin! Bukan nenenin..." Ujarnya dengan agak malu.

"Boleh aja. Emang mau ngapain?"

"Mau hunting dari pagi..."

"Hunting? Berburu apa?"

"Ada deh, besok kamu tahu sendiri"

Lalu kami saling setuju. Aku masuk ke kamarku dan langsung merebahkan tubuhku ke kasur. Tadi saat di kafe aku kebanyakan minum susu, aku tidak suka kopi. Rasanya mataku sudah sangat berat, aku sangat ngantuk. Tanpa sadar, aku sudah tertidur lelap.

*****

Yang kuingat aku terbangun karena matahari yang menyilaukan mataku. Aku langsung memeriksa gawaiku, ternyata ada 50 panggilan tak terjawab dari Rey. Sejak pukul 5 lagi, hingga sekarang pukul 8 pas.

Aku baru ingat kalau ada janji dengan Rey pada pukul 5 pagi. Aku ketiduran semalam dan belum sempat mengatur alarm. Aku lalu langsung turun dari kasurku dengan wajah berantakan seperti singa. Aku langsung membuka pintuku. Di samping engsel pintuku, terdapat Rey yang terlihat rapih dengan kemejanya dan tas selempangnya sedang bersandar ditembok. Sepertinya dia terlelap.

Aku membangunkannya.

"Rey..ma-maaf. Aku ketiduran.." ujarku memelas.

"Ah, Hana....., tidak apa-apa.." jawabnya dengan wajah yang mengantuk.

"Ayo masuk dulu, aku mau mandi dulu."

Aku mempersilahkannya masuk. Sembari dia duduk di sofa di ruang tengah jika ingin melanjutkan tidurnya. Aku lalu beranjak ke kamar mandi untuk membasuh tubuhku. Rasanya nikmat sekali mandi di pagi hari setelah aku ketiduran malamnya. Setelah selesai, aku baru teringat. Bahwa aku lupa membawa handuk. Aku juga terlupa membawa baju ganti. Biasanya tidak ada orang di rumahku, setelah mandi aku langsung berganti baju ke kamar dengan keadaan telanjang. Karena tidak ada juga yang melihat. Dari kamar mandi ke kamarku, harus melewati ruang tengah di mana ada Rey di sana. Aku tidak bisa membiarkan dia pergi ke kamarku untuk membawakan baju dan celanaku. Setidaknya aku meminta dia untuk membawakan handuk.

Aku membuka pintu kamar mandi sedikit, dan memanggil Rey.

"Rey???"

"Hana? Ada apa?" Sahutnya dari sofa.

"Ah tolong dong ambilkan handuk dari kamarku. Aku terlupa.

"O-oke.."

Tak lama dia datang dengan membawa handuk di tangannya. Dia mendekatiku dengan menutup mata dengan tangannya, padahal aku bersembunyi di balik pintu kamar mandi.

"Kenapa tutup mata? Kan kamu sudah melihat tubuhku saat telanjang.." ujarku dengan malu.

"Ya tetap saja. Ini situasinya beda.." jawabnya dengan malu juga.

Aku lalu menerima handuk itu dan segera membaluti tubuhku dengan handuk. Lalu aku keluar dari kamar mandi dan melewati ruang tengah. Sembari aku berjalan, Rey tidak melepaskan pandangannya dariku.

Setelah itu aku masuk ke kamarku dan mulai memakai baju. Hari ini aku mengenakan baju kesukaanku. Sebuah baju tanpa lengan dengan memakai outer dan rok pendek, entah mengapa aku menyukainya. Setelah selesai, aku mengepang rambutku seperti yang aku lakukan setiap ingin berangkat ke manapun.

Saat aku keluar kamarku, Rey langsung melihatku dengan serius.

"Kamu cantik sekali hari ini.." ujarnya.

"Te-terima kasih.." jawabku dengan tersipu.

Akupun siap untuk berangkat. Kami lalu keluar dari apartemen. Aku mengunci apartemenku. Lalu kami turun ke parkiran apartemen, Rey menaruh tasnya di gantungan yang ada di tengah injakan kaki pada motor skuternya. Aku tidak mengetahui apa yang ada di dalam tas Rey, aku tidak mengetahui mau kemana kami, aku juga tidak mengetahui apa yang mau Rey lakukan kepadaku. Tapi entah mengapa, aku merasa tenang saat di dekatnya. Tak ada pikiran negatif sedikitpun tentangnya.

Aku hanya merasa aman dan nyaman saat bersamanya...