webnovel

Kehilangan Sahabat Selamanya

Waktu yang terus berlalu dan serasa begitu cepat ingin ku ulangi kembali masa-masa itu masa di mana bersama sahabat  teringat di mana masa sekolah SMP unik namun penuh sejarah.

Nita adalah sahabat ku dan masih Keluarga dari Papa, hidupnya memang beda apa-apa selalu ada setiap kebutuhan selalu terpenuhi oleh keluarganya setelah menginjak SD sudah di tinggal sama orang tuanya dan orang tuanya merantau,Nita yang kadang-kadang tinggal di rumah Neneknya kadang di rumah ku, sebenarnya Nita lebih akrab  sama adik ku dari pada saya.

Waktu dulu saya  SMP selalu saja Nita berkata..

"  Anisa kamu kalo pulang sekolah jangan pernah jalan kaki nunggu saya keluar sekolah dulu"

waktu dulu saya sekolah memang jalan kaki dari rumah sekitar satu jam perjalanannya

hujan kehujanan panas kepanasan

" baik Nita nanti saya telpon " .!

"iya tungguin ya saya jemput arah sekolah mu sama sekolah ku kan tidak jauh-jauh banget"

"siap bos"

Nita yang punya sepeda motor selalu saja berusaha ada setiap saya butuhkan yang selalu ngebantuin orang tua saya ke ladang saat musim panin tidak hanya sebagai sahabat tapi seperti adik saya sendiri .

" Anisa saya jemput kamu ya..?"

"iya tapi saya masih belum keluar"

" tidak apa-apa saya tungguin kamu"

"baik lah tungguin kalo begitu"

tidak lama kemudian bel berbunyi Nita yang nungguin saya keluar kelas kelihatannya sudah sangat bosan menunggu..!

"Nita dari tadi ya nungguin maaf ya." saya yang sambil senyam-senyum kerena Nita kelihatannya sebal nungguin

" ayo naik saya kan harus sekolah lagi Ibtidaiyah nya iya kamu enak habis ini tidak sekolah"

" iya-iya oke siap"  di sepanjang menuju rumah selalu Nita bilang

"satu saat jika Mama mu sudah tua dan juga Papa mu tua jangan kecewakan mereka buat mereka bangga sama kamu kasian mama, papa mu jangan Nikah juga kalo kamu belum bisa bikinin mereka  Rumah  ." seolah-olah Nita lebih dewasa dari ku dalam nasihati

Waktu yang terus berlalu Nita saat itu sudah  menginjak kelas dua SMP dan saya lulus melanjutkan Sekolah SMA, dan kami pun berpisah Nita pergi ikut Papa, mamanya ke Jogja.

Di situlah kami yang biasanya sering tidur bareng hanya melalui telpon ngasih kabar, sempat saat Nita berpamitan mau pindah Sekolah ke Jogja dan mau pulang pas setalah dua tahun di sana, namun apalah daya Nita yang bilang dua tahun ternyata cuma  tinggal dua bulan di sana.

Kabar duka itu tiba-tiba datang dari keluarga Nita kalo Nita tidak sadarkan diri dan tiga hari tidak sadarkan diri padahal cuma mau bilang tidur saat itu juga Nita meninggal dunia. betapa terkejutnya padahal seminggu yang lalu masih sempat nelpon ngomongin tentang cita-citanya, ter ingat banget suara terakhirnya.

"Anisa saya kangen banget pengen pulang, tapi sayang ya satu saat nanti kalo saya pulang tidak tau kamu yang nikah"

" ngomong apa sih kamu kok ngaconya gitu kalo seumpamanya saya nikah ya kamu pasti ada kan bisa pulang cuma dari Jogja" pinta ku ke Nita

" kamu tau kan cita-cita ku besar saya ingin sekali pengin menjadi Guru"

" iya tau tapi kan kamu masih bisa pulang dan sayapun tidak mikir soal nikah atau apalah kan masih terlalu muda"

" iya sih bener boleh tidak saya berpesan sama kamu" Anisa yang bertanda tanya ada apa dan apa pesannya kerena aneh sifat Nita  tidak seperti biasanya dengan ragu Saya menjawab

" boleh kamu  ber pesan apa"?

" jaga ya mama papa mu bahagiakan dia selagi masih ada jangan di sia-siakan" saya  bingung apa maksudnya tiba-tiba ngomong begitu kerena telponnya putus-putus saat itu mati dan tidak nelpon lagi.

Alangkah terkejutnya ternyata itu adalah kata-kata Nita buat saya yang terakhir kalinya sebelum meninggal dunia, saya yang masih tidak percaya diri dan Nita tidak punya penyakit apa- apa tampa sebab meninggal dunia betapa hancurnya diri ini, mendengar semua bahwa teman bahkan saya mengangap nya sebagai Adik kandung sendri pergi untuk selamanya.

hari hari ku berasa tidak berarti begitu cepatnya Nita pergi dari dunia ini orang yang begitu sayang sama papa mama ku begitu perduli nya selama ini harus pergi selamanya. teringat sosoknya yang begitu perhatian sama saya membuat semua orang terasa ke hilangan sosok  seorang Nita.