1 CHAPTER 1

Di bawah sebuah pohon rindang nan sejuk terdapat seorang cewek yang tengah tertidur dengan sebuah buku novel menutupi wajahnya serta headphone yang menyumbat pendengarannya. Samar-samar terdengar suara dengkuran kecil dibalik buku novel itu yang juga sedikit bergetar. Tampaknya, ia sangat lelah sehingga sampai ketiduran di tempat umum seperti itu. Untungnya tempat itu cukup ramai karena berada di tengah kota ----Namun, masih asri karena banyaknya pohon besar dan rindang---- sehingga kemungkinan orang untuk berbuat jahil padanya tidak ada. Tempat itu adalah sebuah taman kota yang terletak di samping taman sebuah rumah sakit.

BUG!

Tiba-tiba gadis itu terbangun karena sebuah bola sepak kecil mengenai kepalanya. Tidak terlalu keras, tapi membuatnya begitu terkejut dan bangun dari posisi tidurannya. Beberapa langkah dari posisinya seorang anak perempuan berumur sekitar 6 tahunan mengampirinya.

"Maaf, Kak! Itu bola Riyal, Riyal nggak sengaja nendang kena, Kakak. Maafin Riyal ya, Kak!" ucap anak kecil itu dengan beraninya menatap wajah si cewek yang lebih tua darinya itu untuk meminta maaf.

"Ini bola milikmu?" sahut cewek itu mengabaikan permintaan maaf Riyal.

Anak kecil itu tidak langsung menyahut dengan suara melainkan hanya menganggukan kepalanya saja.

"Kenapa kamu bermain bola? Kamu kan anak perempuan. Lagipula, dengan siapa kamu bermain?" tanya cewek itu lagi. Kali ini anak kecil itu duduk di sampingnya tanpa disuruh.

"Memangnya anak perempuan tidak boleh bermain bola sepak, ya, Kak?" tanyanya dengan menatap kembali wajah si cewek. Cewek itu memiliki wajah yang sangat cantik, tapi sayangnya ia sangat irit dalam berekspresi, sehingga yang terlihat hanya wajah datarnya saja.

"Tentu saja boleh, tapi kenapa kamu bermainnya hanya sendirian? Kenapa tidak bergabung bersama mereka." tunjuk si cewek remaja mengarah ke segerombolan anak-anak perempuan yang sedang bermain sepatu roda.

Si anak kecil hanya menggelengkan kepalanya tanda tidak meinginkan.

"Sendiri itu lebih menyenangkan, Kak. Lagipula Riyal sudah terbiasa main sendirian," ucapnya sambil tersenyum memperlihatkan gigi depannya yang rongkang satu. Si cewek nampak sedikit terkejut lantaran si anak kecil bernama Riyal itu menyahutnya dengan jawaban seperti orang dewasa.

"Kak, sudah sore Riyal pulang duluan, ya. Dah kak...." Riyal menggantungkan kalimatnya karena tidak tahu dengan siapa dia berbicara.

"Namaku kakak Zarrel, kamu bisa memanggilku dengan Kak Za saja agar tidak panjang," katanya.

"Oke, Kak Za, Riyal pulang dulu, sampai jumpa lagi, kak Za!" ucap Riyal sembari berlalu meninggalkan Zarrel yang melengkungkan senyuman nyaris tak terlihat.

Zarrel POV

Sendiri itu menyenangkan. Iya, memang menyenangkan, saking menyenangkannya akan mengundang rasa hampa dalam kesunyian. Seterbiasa apapun pasti juga merindu akan keramaian.

Sunyi. Itu hidupku. Sepi dalam keramaian adalah takdirku saat ini.

Baru kali ini aku mau mengeluarkan suaraku lagi untuk anak kecil yang sudah mengusik ketenanganku. Setelah bertahun-tahun aku tidak suka berbicara pada seseorang selain mamaku. Aku baru saja pindah di kota ini, maksudku negara ini. Dulu aku tinggal di Manilla kota besar di Filiphina. Bermula dari bullying yang kerap aku dapatkan sewaktu sekolah dasar dulu membuatku menjadi pribadi yang amat sangat tertutup. Aku tidak tahu apa penyebab mereka mem-bully-ku, namun aku tidak ingin memikirkannya. Tapi, hal itu sudah lebih dari cukup membuatku tidak peduli sekitarku lagi alias cuek dan dingin.

Setelah kepergian Riyal, akupun segera bergegas menuju mobil katana-ku. Mobil ini sudah ku modif menjadi mobil yang sangat keren (menurutku). Aku segera meluncur menuju perumahan tempat tinggalku. Setelah sampai aku langsung melemparkan diri ke kasur untuk melanjutkan tidur yang sempat tertunda. Tidak perlu mandi karena sebelum pergi ke taman tadi aku sudah mandi.

____________________

Ini hari pertamaku bersekolah di negara ini, aku masih belum berniat membuka diri untuk berteman. Lagipula untuk apa? Selama ini aku bisa melakukan apapun semuanya dengan sendirian, kok. Omong-omong, kenapa aku bisa berbahasa Indonesia itu karena sewaktu masih tinggal serumah dengan papa ia sering mengajariku untuk berbahasa Indonesia di rumah, itu juga karena dia asli orang Indonesia.

Aku kemudian memarkirkan backy ----nama mobil katana-ku. Aku turun dari mobil dan menuju lorong kelas. Kusadari semua orang memperhatikanku. Ah, mungkin karena aku sekarang sedang memakai masker (penutup mulut dan hidung) makanya mereka melihatku seperti itu. Aku yang aneh apa mereka yang aneh, sih? Seperti tidak pernah melihat orang pakai masker saja. Aku lalu terus melewati mereka tanpa peduli pandangan mereka terhadapku. Tunggu... di mana letak kantor kepala sekolah? Aku kan siswa baru, bagaimana bisa aku menemukannya dengan sendirian? Ah, sudahlah jalan saja dulu nanti juga ketemu.

Aku sudah capek mutar-mutar hingga berkeringat, tapi tidak juga menemukan apa yang aku cari. Tiba-tiba bel masuk berbunyi dan aku masih seperti orang bodoh berada di tengah lorong sedang kebingungan. Adapun para murid yang masih di luar mereka juga tidak terlihat menegurku atau apapun. Katanya disini orangnya pada ramah, hah. Aku lalu melihat kantin, segera aku ke sana untuk membeli air mineral demi  melegakan rasa hausku. Setelah melakukan transaksi, aku kembali ke lorong melanjutkan pencarianku. Mungkin aku bodoh, kenapa tidak sekalian saja tanya sama orang kantin tadi?

"Ikuti aku, aku akan bawa kamu ke tempat yang kamu cari." Tiba-tiba seorang cewek yang cantiknya luar biasa mengejutkanku. Dia tahu apa yang sedari tadi aku cari? Kenapa baru saja ingin menolongku? Ah, sial, sejak kapan aku mengharapkan bantuan orang lain?

Aku tidak meresponnya, tapi aku coba untuk mengikuti langkah kakinya yang akan membawaku ke....

"Masuklah!" ucapnya dengan menunjuk pintu besar yang bertulisakan 'Kantor Kepala Sekolah'.

Aku melihat letak ruangan itu ternyata tidak jauh dari tempatku yang sedari tadi mutar-mutar. Ah, kurasa aku kurang teliti.

"Mak--" Lah? Kemana perginya anak itu? Cepat sekali perginya.

______________

Kini tiba saatnya aku harus memperkenalkan diri di depan semua orang yang memandangku dengan tatapan yang sulit aku jelaskan.

"Nama saya Zarrel Hanley Furally, saya pindahan dari Asteroid School Manilla, terima kasih." ucapku dengan memberi tatapan dingin dan wajah yang datar. [Read : Zerrel Henli Fareli]

"Oke, ada pertanyaan untuk teman baru kita anak-anakku sekalian?" Aku sempat melirik pada name tag yang tersemat disaku dada guru tersebut, namanya Kamza.

"Dari luar negeri, kok, bahasa Indonesianya sudah lancar?"

"Papa saya orang asli Indonesia." kataku.

"Ada lagi pertanyaan?"

Kulihat murid-murid lain seperti tidak berminat untuk bertanya. Baguslah, aku juga tidak tertarik untuk menjawab tanyaan yang tidak begitu penting.

"Baik, Nak Zarrel, kamu bisa duduk di belakang di kursi kosong pojok sebelah kanan itu!" Perintah Pak Kamza lalu dilanjutkan dengan penjelasannya tentang hukum archimedes yang sempat tertunda karena kedatanganku.

Aku melihat gadis cantik yang mengantarkanku tadi --- ah, bukan mengantar tapi menunjukanku letak kantor Kepsek tadi. Ternyata aku sekelas dengannya. Wajahnya yang nampak putih pucat memberikan senyuman manis padaku. Aku membalasnya walau tidak terlihat karena aku masih menggunakan masker, lagipula jika aku lepas mana mungkin juga ia bisa mengetahuinya.

Tak begitu lama kemudian, bel istirahat pun berbunyi, semua orang pergi menyerbu surganya sekolah ---kantin.

"Kamu nggak ke kantin?" tanyanya padaku. Aku hanya menggeleng.

"Hai, Zarrel, gue Azzaryn Falen Loop panggil aja Azzar." ucap seorang cewek yang duduk di baris depanku memperkenalkan diri. Aku hanya menyambut uluran tangannya tanpa berkata sepatah katapun. Selanjutnya teman sebelahnya juga memperkenalkan diri, namanya Terrena. Mereka mengajakku ke kantin, lagi-lagi kujawab dengan gelengan kepala.

Entah keberanian darimana aku ingin bertanya, "Nama kamu siapa?" aku bertanya pada gadis cantik yang duduk di sebelahku, ia tidak segera menjawab melainkan hanya memberiku senyuman yang amat sangat manis. Apa aku salah bertanya?

______________

Sepulang sekolah aku tidak segera langsung pulang, melainkan menunggu sampai lorong sepi baru aku mau keluar dan pulang. Aku lihat si gadis aneh yang melebihi ke anehanku itu tidak sedikitpun beranjak dari kursinya untuk pulang. Aku ingin bertanya lagi padanya, tapi kuurungkan karena aku malas kalau semisal nanti ia hanya akan memberikan jawaban dengan senyuman manisnya itu lagi.

Lorong sudah cukup sepi, aku beranjak meninggalkannya yang masih menundukan kepala di atas meja. Tidurkah? Ah, terserah dia saja.

Aku pun keluar menuju parkiran di mana Becky berada, tapi sebelum sampai di area parkir aku melihat ada tiga anak laki-laki dengan dandanan yang seperti preman tengah berjalan di lorong. Memang sih, sekarang sudah jamnya pulang, tapi juga tidak harus berpakain sesemrautan begitu juga kali selagi masih di area sekolah. Dan... mereka membawa tiga botol berbentuk kotak kecil menuju... kelasku?! Di sana kan ada si cewek aneh itu. Kalau dia sampai diganggu bagaimana? Apalagi dia cantik banget, walaupun aneh, sih. Tanpa pikir panjang aku memutuskan untuk segera berlari sebelum tiga cowok itu masuk kekelasku.

Mana dia?! Kok hilang?!

Sumpah demi apapun aku tidak melihatnya keluar dari kelas. Apa dia punya kekuatan the flash? Secepat itu untuk menghilang? Astaga, ini dunia nyata mana ada orang seperti itu. Sembunyikah dia?

"Eh, ada cewek, nih. Lumayan, Bro," ucap salah satu cowok yang aku lihat tadi masuk dengan gaya yang... absurd(?)

Sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, aku langsung menyeruduk mereka yang sedang berdiri berjajar di depan pintu. Berhasil! Aku keluar dan mengakibatkan salah satu dari mereka terjungkal ke belakang. Aku tidak peduli terus memilih lari menuju becky berada.

"Hah?! B-bagaimana bisa?!" saat aku membuka pintu mobil, aku terkejut sampai nyaris lupa bagaimana caranya napas, untung tidak sampai jantungan. Dia, si gadis cantik yang tidak aku tahu namanya itu berada dalam mobilku. Sumpah demi Tuhan siapa dia sebenarnya?

...

avataravatar
Next chapter