1 Seorang Teman..?

Ketenangan begitu terasa ketika aku memasuki ruangan yang belum sepenuhnya tersinari cahaya itu. Saat kaki mulai ku langkahkan, aroma khas spidol yang masih menempel pada papan tulis dan wanginya pengharum ruangan meraba hidungku.

Di tengah keheningan, kutarik dan kududuki sebuah kursi. Kuambil pula sebuah buku dari tas hitamku.

Dengan ditemani kicauan burung serta gemersik dedaunan pohon, ku nikmati pagi yang damai ini. Namun, seandainya aku tau akan terjadi hal buruk hari ini mungkin tidak datang adalah pilihan terbaik.

Saat aku tengah terlarut dalam duniaku terdengar sebuah langkah kaki yang perlahan mendekat.

Ketika ku lepas pandanganku dari buku, aku menyadari bahwa waktu telah berlalu cukup lama. Kelas yang beberapa saat lalu tampak sepi dan tenang kini sudah terisi oleh para siswa. Suasana kelas pun semakin ramai.

"Oi! Ditt!" Seru seorang siswa bernama Fikri, menghampiri temannya.

"Baca apaan tuh, Dit? Serius banget sampe ngga jawab." Lanjut Fikri.

"Eh Fik, Belajar nih buat ulangan nanti." Jawab Adit yang masih terfokus pada bukunya.

"Eh, Nanti ada ulangan?"

"Iya, kan udah aku bilang kemarin."

"Lohh bukannya itu hari Rabu ya?"

"Ya sekarang kan Rabu Fikk."

"Rabu dari mana? sekarang kan hari Kam.. is.." Ucap Fikri, tampak teringat akan sesuatu. "Lah iya Rabu ya? Kukira Kamis lohh.. heheh." Fikri menyeringai, lalu berkata. "Duhh Ditt.. kalo gitu.. nanti aku-"

"Nggak." Potong Adit.

"Busedd.. belum juga bilang apa-apa loh."

"Paling mau minta contekan buat nanti kan? Nih, Fik, terakhir kali nyontekin terus jadi ikutan kena hukum tuh salah siapa??"

"Ye maap.. lagian kamu nya sulit banget di contekin." Ujar Fikri tanpa rasa bersalah. "Ah, ayolah, Ditttt! bantuin aku. Kita temen kan? Nanti ku traktir cilok dehh."

Adit yang sudah lelah dengan kebodohan si Fikri hanya cuek dan melanjutkan belajarnya.

"Hkahhhh~" Hela nafasku, seraya melirik datar pada dua orang yang sedang ribut di depanku. Manusia, selalu saja penuh dengan kebohongan dan egoisme. Memanfaatkan orang lain demi diri sendiri dan membual tentang "teman". Lalu, apakah tujuan sebuah "pertemanan" itu agar kita bisa saling memanfaatkan orang lain tanpa di anggap buruk oleh mereka?. Batinku.

Reynold Arsenio, Itulah aku. Seorang siswa SMK biasa yang berusia 17 tahun. Aku tipe orang yang malas berurusan dengan orang lain, terkecuali jika itu menguntungkan ku. Aku tidak peduli dengan apa yang dikatakan atau dilakukan orang lain, aku hanya melakukan apa yang menurutku benar.

"Yo! Reyy!! Masih pagi udah badmood aja. Mikirin ulangan nih yaa?" Seru seorang lelaki bertubuh tinggi seraya menepuk bahuku.

Ah.. dia lagi. Gumamku dengan wajah masam.

Lelaki yang tampak bersemangat ini adalah Rendy Efendi, satu dari sedikit orang yang dekat denganku. Yah, walau dia yang asal mengajakku bicara sih.

Berbeda denganku, Rendy merupakan tipe yang terbuka kepada siapapun dan suka ceplas-ceplos. Dia juga sebenarnya cukup populer karena kepribadiannya itu. Terutama di kalangan para siswi. Kata-kata seperti "Wahh cakepnya" Atau "Aaa! Keren bangettt!" Sudah tidak asing lagi jika pergi bersamanya.

"Hahh..? Mm yah gitulah." Jawabku datar, lalu kembali pada buku yang tadi kubaca. "Emang kamu udah belajar, Ren? Nyantai gitu."

"Oh jelas belum dong! Ulangan gini doang mah gampang. Sambil merem juga bisa kali!" Ujar Rendy tertawa kecil.

"Ohh.. gitu ya." Ucapku datar. "Pasti karna minggu lalu lolos remedial tuh. Palingan nanti juga dapet nilai 50 lagi kaya biasa."

"Ah, ngga mungkiiin. Gampang lah ini." Ujar Rendy sembari menarik sebuah kursi di depanku dan mendudukinya. "Lagi pula kan sekarang aku udah punya cara itu! Mweheheh." Lanjutnya menyeringai.

"Terserahmu deh, Ren." Ucapku masa bodoh, kembali fokus pada buku yang kubaca. Namun, tak lama gelak tawa sekelompok gadis kembali merebut perhatianku.

"..si Iyan kasian juga ya? Ngejar sampe segitunya. Padahal mah si Bela udah ada cowo ya." Ujar seorang siswi sembari tertawa. Diikuti pula tawa siswi lain yang turut mendengarkan.

Saat kucoba untuk tak peduli dengan ocehan mereka, aku tertarik dengan satu hal yang mereka ucapkan.

"Eh, By the way kalian udah denger rumor yang lagi rame itu belum? Rumor yang katanya ada penampakan Monster di sekolah ini??" Ucap salah satu siswi.

Yap, mendengar kata "Monster" membuatku jadi sedikit tertarik.

Salah satu siswi menyahut. "Hah? Monster? Rumor dari mana itu??"

"Eh iya! Aku tau rumor itu." Ujar siswi lain. "Aku denger dari kelas sebelah! Katanya sih temen mereka ada yang liat sekilas. Serem buangett katanya!"

"Naah! Dengerin nih. Aku baru dapet info, kalau katanya monster itu udah makan orang loh! Dan korbannya itu ternyata anak instalasi yang meninggal kemarin!"

"Ih, yang benerr?? Serem sih kalo gitu.. lagi pun para Agen Matroo kemana sih? Ko ngga ada yang kesini? berita juga ngga ada ya?"

"Bodoh." Ucapku lirih. Padahal udah jelas kalo itu cuma rumor palsu yang dilebih-lebihkan oleh seseorang yang sedang mencari sensasi. Sangat tidak logis. Batinku, melepas perhatian dari obrolan mereka.

"Rey reyy.. gimana menurutmu?" Tanya Rendy, melirik ke arahku. "Tentang monster itu.. apakah mungkin-"

Tragedi D-Rift akan terjadi lagi?" Sahutku. "Yah.. mungkin? siapa tau kan? Mungkin itu juga hal yang bagus untuk dunia yang sudah penuh dengan para "sampah" ini. Sepertinya itu akan-"

Brakk!! Suara dobrakan meja itu mengejutkan satu ruangan. Membuat sorot mata tertuju pada kami. Rendy yang sudah berdiri menatapku dengan serius.

"Gila!! Ga lucu kali Rey! Kalo bener kejadian gimana coba?!" Sahut Rendy dengan muka kesal.

"Hahh? Bagus lah kalo gitu! Biar binasa mereka." Ucapku lantang. Sorot mata masih tertuju pada kami. Bisikan-bisikan busuk mereka membuatku sedikit terbawa suasana.

"Lagian, coba kamu pikir deh tentang rumor tadi. Kalo itu emang bener ya sekarang kita ga mungkin masih hidup lah. Monster mana coba yang ngga tergiur ngeliat banyaknya manusia di sini??"

Rendy tertegun dengan ucapanku. "Rey.. bener sih katamu. Tapi kan kalo gitu sama aja kamu itu.." Ucapnya kian lirih. Ia pun tampak tak bisa berkata-kata lagi. Membuatnya perlahan kembali duduk.

Aku melirik ke sebuah jendela yang berada tepat di samping kiri ku. "Ren.. Manusia, monster dan Neybys itu tidaklah berbeda jauh. Bahkan manusia itu.. bisa jauh lebih buruk."

107 tahun yang lalu dunia mengalami bencana mengerikan yang merenggut jutaan korban jiwa. Bencana ini dinamakan Dimensional Rift atau D-Rift. Bencana yang disebabkan oleh para "Neybys", makhluk mengerikan dari dimensi lain yang menyerupai iblis manusia.

Mereka membuat keretakan antara dua dimensi dan menciptakan gerbang dimensional. Menjadikannya sebagai jembatan yang menghubungkan kedua dimensi.

Dengan dipimpin oleh Raja Malphas pemimpin para Neybys, satu persatu kota mulai dibumihanguskan.

Para manusia berusaha melawan namun, walau sudah berbekal senjata modern mereka masih kesulitan mengalahkan pasukan Raja Malphas yang memiliki sihir.

Ketika para manusia mulai kehilangan harapan, ada satu orang yang tetap berdiri tegar dan menyuarakan semangatnya yang berapi-api. Tak ada yang tahu siapa dia sebenarnya, namun orang-orang mulai tergerak karenanya.

Pada suatu saat, "orang itu" mencoba untuk memasuki gerbang dimensional. Dia melakukannya tanpa takut akan resiko yang mungkin terjadi.

Saat dia tau bahwa di balik gerbang dimensional merupakan dimensi yang sebelumnya sudah di ambil alih oleh Raja Malphas, dia berharap, ada cara agar para penghuni dimensi itu mau bekerjasama untuk melawan balik dan mengambil kembali tempat mereka.

Perjuangannya tak sia-sia, setelah semua rintangan yang ada, kesepakatan antar dimensi terjadi. Penghuni dimensi sebrang membantu dalam mengajari ilmu sihir, dan kami, para manusia lah yang menjadi bidak utama dalam perang ini. Dikarenakan sifat sihir para manusia yang begitu dahsyat.

Langit kelam bergemuruh, dengan api kehancurannya menyelimuti dunia. Hanya ada debu, puing-puing bangunan, dan mayat yang dapat terlihat. Semangat para pejuang sungguh luar biasa. Kehancuran terus menyebar dalam perang yang tak usai reda. Menjadikan ini sejarah kelam yang takkan terlupakan.

Setelah dua tahun pertempuran, Malphas dan pasukannya berhasil dikalahkan berkat orang itu. Ia pun dijuluki sebagai Sang Penakluk atau The Conqueror.

"HAHAHAHA!! Luar biasa! Kalian benar-benar menghiburku, Manusia!" Teriak Malphas, tersenyum lebar dengan fisiknya yang sudah tak utuh lagi.

"Dan kau!!" Lanjutnya, menunjuk ke arah Sang Penakluk. "Suatu saat! Suatu saat kita pasti akan bertemu lagi.."

"Dan kekuatan itu.."

"Pasti.. Pasti.." Ucap Malphas yang terurai menjadi abu.

Walau tragedi D-Rift telah berakhir dampaknya masih terasa. Pembangunan kembali, penyelamatan warga di tempat-tempat lain, dan tidak sedikit pejuang yang menyalahgunakan kekuatan yang mereka dapatkan. Akhirnya pemerintah pun membentuk Asosiasi Pertahanan Matroo Atau Asper Matroo untuk membentuk tim penyelamatan serta tim pengawasan terhadap para pemilik kekuatan.

* * *

"Oii! Reyyy!!" Suara yang terdengar familiar itu menghampiriku saat aku sedang berjalan menuju kantin.

Benar.. Rendy. Dia lagi. Sebaiknya abaikan. Tanpa menghiraukannya aku pun mempercepat jalanku.

"Reyyyyyy!! Ayok lah! tolong ajarin aku buat remidi besok!!" Teriak Rendy yang dengan cepat menyusul ku.

"Katanya gampang? Coba deh minta ajarin ke orang yang pernah bilang 'ulangan gini doang mah gampang!' tuh." Ujarku. Tanpa mengindahkan ocehan nya aku pun lanjut berjalan menuju kantin.

Aku membeli dua roti manis dan langsung kembali secara diam-diam agar tidak diketahui Rendy. Namun, aku teringat akan ramainya kelas pada jam istirahat pertama. Melihat adanya tempat kosong dekat lapangan memberiku ide untuk makan disitu.

"Akhirnya aman." Ucapku lega. Aku membuka roti yang kubeli tadi dan mulai memakannya. Namun.. Brakkk!!!! Tiba-tiba saja sebuah bola voli menghantam mukaku cukup keras sampai membuatku terjatuh bersama kedua rotiku.

Tapi yang lebih parah dari ini sudah pasti karena hal semacam ini akan menarik perhatian semua orang di sekitar dan itu menyebalkan.

"Payah." Ucapku yang masih terbaring menatap langit.

* * *

Di keseharian ku yang biasa-biasa ini, tak pernah terbayangkan apalagi memimpikan tentang aku yang akan menghancurkan dunia. Masa depan yang penuh kesengsaraan dan kepahitan. Namun, itu adalah cerita ku di lain waktu.

To be continued.. (•_•)

***

Halo semuanya! gimana nih menurut kalian untuk Chapter ini?? Fyi ini novel pertama yang aku bikin. Jadi maaf kalau masih ada banyak salah kata ataupun tata cara penulisannya ya ^ ^

(Disclaimer) Cerita ini murni dari ide-ide yang kudapat saat berimajinasi/gabut, jadi kalau mungkin ada yang mirip itu hanyalah suatu kebetulan saja.

Omong-omong bakal ada hal apa lagi yang menunggu mereka ya? Apakah kehidupan Rey akan terus biasa saja?? atau malah..? mending kita langsung cek Chapter berikutnya aja yuk!!

°°°

Chapter selanjutnya: "Kenangan Masa Lalu."

avataravatar