webnovel

Namaku Sora

Bising nan ricuh itu yang terjadi di kelas x1-1, ketika Sora datang menjadi pndatang baru. Mereka sibu berbisik-bisik membicarakan anak baru berhoodie abu-abu yang baru saja memasuki kelas, mata hijau nya menangkap satu persatu para penghuni kelas. senyum tipis tergores indah sesaat.

"perkenalkan dirimu" titah sang guru.

"gue Sora Marselia, gue albino serah kalian mau manggil gue apa!" ungkapnya melepaskan hoodie yang menyeliputi kepalanya, Sora memperkenalkan dirinya tak sopan. ia tak berniat menjadi salah satu siswa ITC (International Talent School). Ini sekolah orang-orang berbakat,sekolah yang menjadi saksi bisu para musisi manca negara. tempat orang-orang saling berlomba menjadi bintang terang di antara bintang di langit.

memekan atau di makan mungkin itulah hukum alamnya, sora tak tau. jika bukan abangnya yang meminta ia tak akan pernah pernah mau berada di sini.

Ia tak memiliki bakat apapun!

Mr.Herry menghela nafas pasrah.

"yaudah kamu duduk bareng Sean" ujar Mr.Herry menunjuk ke arah sesosok pria yang duduk di pojok kelas. kursi paling belakang bertepatan dengan jendela yang berada di sebelahnya.

Pandangan yang awalnya tertuju keluar jendela tak tertarik dengan kericuhan yang terjadi, kin beradu pandang dengan Mr.Herry takterima, matanya terbelalak terkejut."tapi Mr..."

Brontak Sean dengan suara yang yang sedikit meninggi tak teria berbagi kursi dengan Sora.

"saya gak nerima penolakan"

"tapikan masih banyak kursi kosong, kenapa harus saya?"

"yaudah kalau Sean gak mau ama saya aja Mr. kan lumayan cewek cantik."

sela pria bernama juan yang duduk tepat dihadan Sean. "ia gak?" sambungnya seraya mengedip-ngedipkan mata.

Sora mendelik geli, memberi pandangan aneh yang seakan mengartikan bahwa dirinya tak akan pernah mau duduk bersama pria itu.

"Udah Sora duduk bareng Sean"lugas Mr.Herry memutuskan,Sean terpaku tak dapan menolak maupun mengelak.

Sora berjalan menuju kursi yang di tuju. Pria bernama Sean itu kembali mengarahkan pandangannya menuju jendela. Setelah memberi pandangan bengis pada Sora.

"baiklah mari kita lanjutkan pelajaran kemarin" lanjut guru perempuan yang berganti dengan Mr.Herry,Sora tak kenal,dan tak peduli, earphone menyumbat telinganya, tak ada buku pelajaran di hadapannya. Mengulurkan tangan, mengukur maja dan terlelap dalam bunga tidur menjadi pilihannya,

_______________________________________

"Kenalin gue Juan, sang juragan ganteng,lebih ganteng dari Sean Jurnathan, bahkan melebihi Justine Bieber sekalipun" ucap pria bernama Juan itu bangkit dari duduknya saat jam pelajaran telah usai yang berganti dengan jam istirahat.

  Ia dengan penuh percaya dirinya mengatakan bahwa Ia pria terganteng  , seraya mengulurkan lengan pada Sora dengan gigi yang menyerangnya seperti gigi kuda.

   Sean mendelik beli ketika namanya terbawa dalam percakapan Juan"ngapain bawa-bawa nama gue?"ketusnya

"Ah elah..... lu Kan kembaran gue"

"Kita kan sejoli" lanjutnya

"Serah lo"balasan singkat dan kembali menuju aktivitasnya dengan bermain gadget

   Sora memperhatikan dengan seksama,ya...  walaupun mengalah, dengan berat hati Sora mengakui Juan memang tampan,tubuhnya tinggi, kulitnya putih, hidungnya mancung, dilengkapi rambut berwarna coklat cerah.

   dengan berat hati sora membalas uluran tangan Juan. "Gua Sora"tutur Sora, ia berusaha melepaskan genggaman lengan Juan, tapi pria itu  tak kunjung melepaskan.

   "Lepasin sih! Kasihan anak orang "

Seorang gadis muncul membantu cara melepaskan lengan, dia may"oh...ok,ok, santuy dong"

"Udah yu!lo ikut gue"ajaknya menarik lengan Sora. Juan dari kejauhan melambaikan dengan genit yang langsung menerima toyoran kepala dari Sean, Sora tersenyum tipis.

   May mengajaknya kantin. Sora membawa nampan makanan pesanannya, lantas duduk di kursi kantin bersama teman-teman May yang Sora tak kenal, , seperti mereka dari kelas lain . mereka sibuk beradu kisah, menggosip dan tertawa.

   Sora tak tertarik Iya hanya diam menghabiskan makanannya. Pandangannya diedarkan ke seisi kantin, seorang gadis berambut sebahu mencuri pandangannya duduk sendiri tanpa ada teman yang menemani siapa dia? itu yang terbesit di kepala Sora.

Sora mengedarkan kembali pandangannya titik kini tertuju pada Sean dan Juan yang baru saja tiba membawa nampan. mereka duduk tepat di kursi garis itu ia tampak akrab dengan pria menyebalkan itu gadis itu kini tertawa mendengar lawakan Juan. cantik, Iya amat cantik. Siapa dia?

_______________________________________

   Suara desingan air terdengar lembut, Sora membasuh wajahnya dengan air, menatap kaca wastafel. Nafasnya tak beraturan, beruntung ia sempat pergi sebelum orang-orang menyadari kejanggalan pada dirinya. Dua botol berukuran sedang keluar dari saku roknya, mengeluarkan beberapa kapsul obat dengan warna yang berbeda titik perlahan ia mulai meneguknya

"Hufh...."ia menghela nafas lega

Dua langkah diambilnya, suara dentuman terdengar dari pintu toilet yang terhalang sapu dan pel yang menyilang dilengkapi tulisan WC ini rusak

"Ah, salah denger kali "tutur Sora pada dirinya sendiri.

Dia kembali melangkah, suara itu terdengar kembali bahkan lebih keras, lalu diikuti oleh ringkasan seseorang. Sora yang tertelan rasa penasaran memberanikan diri untuk mengetuk pintu tersebut"a.... Ada orang dalam? "

"Ada. .... Yang diluar bisa tolong aku"

"Aku kekunci "Lapar gadis tersebut dengan ringkasan yang mengikuti. Sorapun membukannya.betapa terkejut dirinya mendapati gadis kantin yang ia lihat tadi, dia tersungkur di lantai, siku nya berdarah, sikunya berdarah, sepertinya ia mencoba untuk menaiki dinding WC namun terjatuh akhirnya.

Sora membantunya bangkit , "mau gue  anter ke UKS? "

"Ah nggak perlu, dibilas pakai air juga cukup kok "jelaskan isi dalam buku ia berjalan menuju wastafel membersihkan luka dengan sedikit meringis ngilu.

Sorahandphonenya membuka casing dan didapatinya sebuah hansaplast, Marcell selalu saja menyalibkannya, dia bilang untuk jaga-jaga doang nggak ada salahnya bukan ?

Cara memasangkan pada gadis itu, senyum manis terbit di wajahnya "makasih"

""Nama kamu siapa? "

"Sora"

"Sora?em..... Langit ya? "Gadis itu sedikit berpikir dia menyebut arti dari nama Sora yang  berarti dalam bahasa Jepang, negeri matahari terbit

"Mungkin orang tua kamu  ingin kamu selalu bersinar bagai langit biru, dalam menaungi orang yang kamu sayangi, mengorbankan diri jadi keputusan yang sering kamu ambil dalam hidupmu, karena kamu nggak mau orang-orang yang di sekitar kamu tersakiti "

   "Tetapi bagai langit yang luas kamu juga memiliki misteri dalam gelapnya malam, gak ngebolehin orang lain tahu dan penuh akan misteri "

   "Dari mana lo dapat deskripsi adalah gue ?"

   "Tolong jangan herowhin perkataanku"ucap gadis itu seraya menutup wajahnya yang tersipu malu . "Gak apa-apa kok, tenang aja "

   "Emily dari mana kamu?"suara seorang pria tiba-tiba terdengar ia berjalan mendekat, betapa terkejutnya Sora ketika melihat seorang pria itu adalah Sean ia manggil aku kamu?

"Oh.... Em..... Baru selesai dari bu Riska yan"bohong gadis itu yang sora tahu bernama emely  .sepertinya ingin menutupi apa yang terjadi di dalam kasus nya di kamar mandi."kamu bohong,Fahda udah sampai dari tadi"faktor yang menyebabkan teman email yang juga dipanggil Riska, email dan Fahri adalah anak pustakawan.

"Ya udah sih ribet banget "ucap Sora mencoba membantu emely kejadian tersebut. Lagipula positif banget jadi sepertinya  mereka pacaran deh....

Pikir Sora.

"Apa lo?"ketus sean berkata

"Wih santai dong Gak usah ngegas "

"Dasar cewek brengsek "kerupuk Sean jengkel dengan muka masam nya, mengalikan, mengapa dia jadi seperti ini?

"Daripada lo! Cowok tapi mulutnya kayak bebek"balas sora

Sean terendam dalam emosinya, ia sempat melempar kan lengan pada suara namun tertahan oleh Emely.saya mencoba untuk meredam emosinya dan lantas mereka memilih pergi dan menjauh darinya " Dasar emosional "umpat sora jengkel.

_______________________________________

"Gimana sekolahnya?"tanya Marcel ketika sora baru saya sampai di rumah. "Ya begitu takut salah melepaskan rasa dan Hoodie yang membalut tubuhnya.  dia langsung meraih celemek dan mengikat rambutnya. Ia mengambil alih bagian dapur yang sedang dipegang oleh Marcel.

"Begitu gimana?"tanya Marcel kembali seraya mencuci lengannya yang penuh dibalut tepung terigu. "Apa kamu ketemu cowok ganteng ? "

"Apaan sih bang! Boro-boro ganteng yang ada " Marcel terkekeh pelan mendengar celoteh adiknya yang berbicara dengan wajah masa itu. " Awas jangan gitu..... Lama-lama kamu suka gimana tanya? "

"Phf.... Mana mungkin, lagian dia bukan lagi yang dulu "

"Dia juga udah punya cewek kok "

"Cemburu nih ceritanya "Marcel mengerjai adiknya dengan mencolokkan adonan terigu pada wajah Sora.Sora bercak kesel. "Ck... Bang Marcel hobi banget sih bikin Sora kesel"

"Hahaha... Tau gak kalau kamu marahtuh rambutnya langsung nnaik kayak kucing garong "adik Marcel yang duduk di sofa sembari menekan panel merah yang ada pada ada remote TV. Berukuran 42 inci yang melekat pada tembok.

Bibir Sora mengerucut maju ke depan"tapi tenang aja adek Abang masih cantik kok "

kerucut dan bibir hilang dari wajah Sora "bang Marcel bis-"

"Karena cuma kamu cewek di rumah ini ... hm... Coba ada dua... Mungkin kamu tersaingi.."

potong Marcel, yang langsung mendapatkan amukan sora titik yang mengantar adonan terigu dan lekas cuci tangan dengan wajah masam ia suara berjalan menuju kamar. " lah kok pergi?"Sora tak menjawabnya, hanya suara hentakan kakinya yang terdengar menggema. "Terus siapa yang masak?"

Tetap hening, Sora tak menjawab ia masih dalam pendiriannya

"Ra... Kamu mau bikin Abang mati kelaparan? "

"Alay! Lebai.. Bikin aja sendiri"kesal sora serayan membanting pintu kamarnya, menghilang dari balik daun pintu menyisakan Marcel yang diam termangu menyesal telah menghargai adiknya.

****