webnovel

Bonek?Piani?

mobil sport hitam melaju keluar dari gerbang sekolah. Berbaur dengan keramaian jalan raya yang padat, mobil itu berlaju cepat membelah jalanan dan lantas berhenti di minimarket pesisir kota. Keluar dari dalamnya, kemeja putih telah ia keluarkan. Ia tampak lebih tampan dengan gaya abstraknya memasuki minimarket, dan memiliki berbagai macam snack mulai dari ciki-cikian, biskuit, ice cream dan lain sebagainya 3 kantong plastik besar berhasil di bawahnya masuk ke dalam mobil matanya tidak sengaja tertuju pada toko musik dekat dengan tempatnya berdiri, sesuatu tiba-tiba mengingatkannya ia bimbang apakah ia akan melangkah ke sana?

senter ingat seseorang, ada sesuatu yang ingin ia beli, dan tampaknya toko musik itu baru berdiri "lain kali aja kali ya" pikirnya

Kendaraan beroda empat itu kembali membelah jalanan hanya sesaat sampai Seankembali berhenti dan memarkirkan mobil di garasi rumah bertingkat dua dengan taman luas yang penuh dengan alat bermain dan anak kecil.

melihatnya dari kejauhan seorang gadis dengan pakaian santai yang sedang sibuk menyuapi gadis kecil yang duduk disampingnya mereka duduk disalah satu kursi taman yang tersaji.  Sean Menarik sudut bibirnya dan keluar dari dalam mobil anak-anak yang sedang bermain menyadari akan kedatangan Sean sontak berkerumun mendekati " kak Sean!!!"petik mereka memeluk Sean.tawa renyah hadir, Sean membeli 2 plastik penuh makanan itu pada mereka dan berjalan menuju ke dua gadis itu.

"Kamu udah mandu Sora? "Tanya Emely seraya kembali menyuapi kadis kecil di depannya

"belum".

"Kok?"

"dia jatuh! Terus gimana aku mandunya? Gendong keliling  sekolah gitu ?nurunin  tangga aja udah begin encok "

Emily menghela nafas pasrah, apa yang harus ia lakukan jika Sean sudah seperti ini?

"Ya udah kamu temenin indah ya... aku mau bantu bunda di dapur "

"Indah... Kamu bareng kak sen dulu ya ..."ucap email di lembut pada gadis di hadapannya dia indah seorang gadis tunanetra kedua mata yang berwarna putih kelabu dengan sedikit keabu-abuan rambutnya panjang bergelombang menjuntai hingga pundak, kulitnya putih,bibirnya manis berwarna pink, ia tampak cantik meski kulitnya pucat, senyum terbit di wajahnya merekah berseri.

"Kak Sean? Kak sean tau gak? indah udah bisa mainin  Mozart minuet in c majork 6 yang kak Sean ajarin kemarin!" Ucapnya antusias gadis berusia 9 tahun itu memang cukup pintar bahkan ia bisa mengingat nama lagu yang terbilang cukup sulit diingat itu.

"Benarkah?"

"Iya....inda juga tau letak tiap notnya.."

"Yaudah..indah sembuh dulu..nanti kita nambah lagu oke.." ucap Sean

Mata indah tampak berbinar. ia sangat senang sekali "benarkah? Kak Sean janji ya..." Ujar indah seraya mengulurkan jari kelingkingnya, Sean membalasnya "janji"

***

Pagi ini Sora diantar Marcel menuku sekolah, padahal Sora telah melarangnya jika Marcel tak ada dirumah maka siapa yang akan membuka toko dan menjaganya ?

mentari pagi tampak indah, udara segar dapat dirasa, masuk dalam kaca mobil yang sengaja di buka, sekujur Jalan dapat ia lihat keramaian juga tampak memenuhi pasar menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang sekolah, lantas membuat Sora terheran.

"Kenapa Abang gak nyampe parkiran dalam aja? Kan lebih enak "

"Biar cepet! Kan kamu sendiri yang ngeluh buat cepat-cepat buka toko,bukan! "Papar Marcel yang seorang ketahui ada sesuatu yang abangnya sembunyikan Dari dirinya.

"Yaudah deh... Sora masukya...!"pamit Sora, Marcel mencubit batang hidung Sora.

"Abang..."ringisnya

"Inget jangan cari ulah"

"Iya..iya.. engga kok! Bye bang!!!"

cara melambaikan tangan begitupun sebaliknya Marcel menutup jendela kaca mobil dan mulai kembali pulang mobil itupun tak tampak lagi di hadapannya. Sora berjalan menelusuri trotoar sekolah

"Tadi siapa?" Tanya Emely yang tiba-tiba ada di sebelahnya.

"Ah elo....! Lo liat?"

Emely mengangguk

"Abang gue"

"Oh,beneran?" Antusias Emely. Sorapun balik bertanya "apa lojuga punya kakak?"

"Ah... Aku sekarang anak tertua di panti, dulu ada tapi keburu diadopsi. Jaraknya cuma beda satu tahun sama aku "

Sora menganggukkan kepalanya mengerti, inilah naasnya menjadi anak panti, tak tau orang terdekat kita akan pergi kapan saja ke rumah barunya.

mereka sibuk berbincang-bincang kehidupan Emely di panti, yang tak dapat sora rasakan itu, Sora yang mendengarnya tampak tergiur di sana ramai tiada hari tanpa kebisingan mulai dari anak-anak yang berusia 5 tahun sampai 12 tahun totalnya berkisaran hanya 18 orang. percakapan berlanjut hingga mereka sampai di kelas.

"Hahaha...gue jadi pengen ke sana rasanya"ucap seraya menduduki kursinya. Begitupun email yang berada di tepat di depannya.

"Kapan-kapan mainlah "papar Emely menawarkan

"Eh...Juan kemana?" banyak suara menyadari kursi sebelah Emely yang kosong.

"Dia dapat libur,atas kemenangannya" Sora menganggukan kepala dan memutuskan untuk duduk di kursi Juan, dengan senang hati Emely memperbolehkannya

Mr.Herry masuk ke dalam kelas mengisi jam pertama kali ini pelajaran musik, lagi-lagi ia tak  tertarik. Ia  menyumbang telinganya mendengarkan lagu yang tiada bosan selalu ia putar. buku cerita fiksi di hadapannya.

"Ra...perhatiin Mr.herry " tegur Emely.

30 menit sudah berlalu sejak Mr.Herry memasuki kelas. Ia menjelaskan tentang cara bacanot dan memainkannya.

"Baiklah.. buka halaman 196, Sora ... Tolong bacakan partitur lagunya" pinta Mr.Herry, seketika Sora langsung menutup buku bacaannya. Ia berdiri dan mengambil buku yang di sodorkan Emely.

Bagaimana ini?

"Em... Sya gak bisa membacanya Mr...." Pasrahnya menjawab

"Oh begitu...lantas kenapa kamu sedari tadi tidak memerhatikan pelajaran saya? Kupikir kamu handal dalam membaca partitur?"

Apa gue harus baca? Tau sendiri gue gak suka musik

"Maafkan saya Mr..." Ucap Sora dengan nada yang ia rendahkan.

"Duduk dan jangan ulangi"

Sora menurut, ia lantas duduk kembali.

Mr.Herry tampak kembali bertanya . Kali ini beliau memilih Sean untuk membaca pufh..  Sora barusaja hendak tertawa namun ia uringkan memgingat seluru siswa dan guru yang masih berada d dalam kelas.

Bukan main... Sean dapat membacanya dengan sempurna tampa sadar Sora terpaku mendengarkan, pria itu menatap remeh Sora sesaat, lantas gadis itupun tersadar dan mengalihkan pansangan kembali ke depan.

Dapat dilihatnya raut wajah Mr. Herry yang tampak girang, senyum di wajahnya

"Kamu memang yang paling bisa saya andalkan, sebagai imbalannya, apakah saya memberimu nilai A+ untuk minggu ini?"

Riak suara seketika terdengar, perkataan Mr. Herry itu ditentang keras oleh para siswa.

"Gak bisa gitulah Mr.... Asia kontes aja di embat apalagi yang beginian?" Brontak salah satu siswa.

Mr. Herry hanya tampak menggeleng, Sora memutar kepalanya menatap Sean dengan saksama yang dibalas dengan tatapan datar "apa?" Ketusnya

Tak membalas Sora memalingkan wajah, satu hal yang baru Sora sadari bahwa ia memang pernah melihat beberapa kali wajah yang tampak familiar itu di televisi maupun  poster .

"Emang dia siapa?"tanya Sora pada Emely.

"Dia Sean Jernathan.K. pemenang kontes seasia tahun ini! Hebat bukan?" Jelas Emely dengan wajah girang dan seulas bulan sabit yang mengambang cantik di wajahnya.

Pertanyaan Emely itu hanya di balas dengan dehaman kecil.

Gue gak mau terbelit masalah yang serupa

***

Mr. Herry keluar dari kelas setelah mengucapkan salam, para gadis sontak langsung menghampiri Sean memuji dan bertanya bagaimana dia bisa melakukannya. Mereka ricuh sekali bagai lebah yang berdengung kencang.

betapa sibuknya mereka memuji Sean yang sudah menjadi pianis handal, Sora tampak jengkel dan mendercak kesal " Ck...apa hebatnya pianis?"

Sontak penghuni kericuhan itu menatap tajam sora yang sedang berada dalam posisi kepala yang terbenam .

"Voba lo ulang!" pinta Sean dengan nada jengkel kepalanya. menjadikan Sora dalam posisi duduk tegak.

"Pianis itu gak ada 'hebatnya' mereka gak lebih dari boneka."tutur Sora menegaskan kalimat bertanda kutip.

"Boneka?"Sean kembali bertanya emosi semakin meluap. rahangnya tampak mengeras

"Boneka yang cuma bisa ikutin apa yang tercantum di partitur. Dan bakat itu gak lebih dari pembawa kesengsaraan"

"Tau apa lo yentang musik?" Nada suara Sean semakin menyeramkan bagai mengancam. Sora tak memedulikannyav, ia tampak bersikap tenang nan acuh.

"Ya... Gak lebih tau dari lo"

"Eh..udah,udah, Sean. Sora. Jangan berantem" ucap Emely melerainya

" Jangan sekali-kali lo sok tau padahal nyatanya lo gak tau apa-apa!!" ucap sean dengan jari telunjuk yang mengarah pada sora emosinya benar-benar meluap, intonasi suaranya keras ia benar-benar marah.

"Sean udah...!" Tegas Emely.

Sorot matanya sesaat tertuju pada Emely, "Camkan itu."

Sean kembali duduk. guru berikutnya masuk ke kelas, suasana kelas yang sempat menegang perlahan mulai mencair kembali . Sora tampak tak peduli dia hanya tak ingin Sean mengalami apa yang dirasakannya. tak lebih.

sekarang pelajaran kimia sedang berlangsung. guru sedang membagikan kelompok untuk tugas lab yang akan mereka laksanakan, bukan main, mengapa Sora harus bersamadebganya? Sora mengumpat begitupun sebaliknya. Tak cukupkah ia bersama Sean hanya dalam kelas saja?

***

"Hey... Sora, Sean kmn?" tujuan pada emely yang sedang duduk menyendiri di salah satu kursi kantin.

"Juan?kok?"

seakan mengetahui keheranan Emely yang melihat Juan di  kantin sekolah sedangkan keterangan di kelas ia itu sedang diizinkan tak sekolah

" Hehehe... gue kabur dari nyokap, masa gue diminta buat gitungin semut yang lewat di dapur? Kan Kurang kerjaan banget!"

Emely sontak terbelalak. Apa anak dan ibu itu sama saja? Memang buah tak jauh dari pohonnya.

"Eh no sisiapan.!" Pekin Juan pada Sean yang baru saya datang dengan wajah yang ditekuk dengan sora yang berada di belakangnya mengekor.

"Dari mn lo?"

"Tanya aja no ke cewek titisan iblis samping loh "

"titisan iblis? Enak banget lo ngomong." Sora tak terima dirinya di cemooh oleh Sean yang juga sama-sama menyebalkan itu.

"Emng bener bukan? Semenjak lo datang. hilang semua kehidupan tenang gue "

"Eh... Ini kenapa, perasaan baru gue tinggal sehari ni keaadaan makin panas aja."

"Mau gue jelasin ampe lo bertelor juga lo gak bakal ngerti" celos Sean pada juan yang menjadi pelampiasan itu.

Juan memasang wajah kecewa yang dibuat-buat, Sora mendelik geli apa-apaan pria itu?

Letih bertingkai, juan pun pasrah, iapun bertanya pada Emely. Yang dibalasnya dengan senang hati. Ia menjelaskan tentang Sean dan Sora yang tak sengaja memecahkan sepaket tabung reaksi di lab kimia tadi.

"Hahaha...mampus lo" ledek Juan pada sean yang tak membalas ia masih dalam madw bad moodnya

" Udah yu... Dari pada lo bad mood , mening lo nyanyi bareng gue. Ia gak mang?" Tawar Juan pada kedua insan itu, dan mamang bakso yang berada tak jauh dari dirinya berada.  yang langsung ditolak keras oleh tukang bakso "jangan! Bisa-bisa dagangan Mama nggak ada yang beli.

Karna ada suara kamu nong, jangankan manusia semut aja nggak ada yang  mau lewat".

tiba-tiba sesuatu terbesit dalam otak kosong Juan, dia bangkit dari duduknya.

"Mau kemana Lo?"tanya Sean heran

"Balik...gue mau nyoba nyanyi di dapur , siapa tahu di sana nggak ada semut yang mau lewat, jadi gue nggak perlu ngitungin lagi deh pintar bukan "

Semua temanggu mendengarnya. Tak habis pikir dengan pria satu ini.