webnovel

Tujuhbelas

Han tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Secara kebetulan saya berada di sekitar Anda. Nona muda, anda lebih baik cepat beristirahat. Seorang gadis harus menjaga kesehatan kulitnya." Ujar Han seraya mendorong bahu Anna untuk menidurkannya.

Anna hanya diam menurut. "Han, kau sungguh pembohong." Ujar Anna seraya tersenyum miring memandangi Han.

Anna tahu Han tidak mengatakan sebenarnya. Han hanya tersenyum dan menyelimuti Anna. Han mendekatkan bibirnya ke telinga Anna. "Nona muda, iblis sangat pandai bermulut manis." Bisiknya dengan lembut. Han dengan cepat menegakkan tubuhnya. "Selamat malam, nona muda." Pamitnya lalu pergi meninggalkan Anna yang masih terjaga.

Anna tertawa lirih setelah Han menutup pintu kamarnya. Perlahan Anna mengingat sesuatu hingga dia membulatkan matanya. Han mungkin menjadi saksi pembunuhan Holan Baker, tapi Anna melupakan untuk mencari tahu tentang perusahaan Alex Baker.

Anna berpikir, kematian Holan Baker hanya sebagai peringatan dari sebuah persaingan yang tidak terduga. Atau mungkin sebuah dendam pribadi dengan cara memanfaatkan orang lain agar tangannya sendiri tidak berkubang dengan darah.

Anna menyingkirkan selimut dari dari tubuhnya, bangun, dan pergi mencari Han. Dia tidak ingin membuang waktu. Anna ingin segera mengetahui dan menyelesaikan dengan cepat sebelum sesuatu hal diluar perkiraannya terjadi.

Han merasakan ada seseorang yang berjalan di lorong sekitar kamarnya. Dengan waspada dia berjalan menghampiri pintu kamarnya. Kamar pelayan di kediaman Holmes cukup luas. Ukurannya sebesar lima kali lima meter. Setiap kamar pelayan disediakan ranjang ukuran king size, sebuah lemari kayu, meja dan kursi kerja, serta sebuah meja laci.

Anna yang berdiri di depan pintu kamar Han, dia hendak mengetuk pintu dengan tangan kanannya. Namun, belum sempat melakukannya, Han membuka pintu dan membuat dahi Anna terbentur dengan keras.

Anna meringis kesakitan seraya memegang dahinya yang luar biasa sakit dan rasa pening yang muncul. Han dengan wajah terkejut segera membawa Anna masuk ke kamarnya dengan wajah sedikit merasa bersalah.

"Maafkan saya, Nona muda. Saya tidak mengira anda akan berada di balik pintu kamar saya. Maafkan saya." Sesalnya seraya menundukkan Anna yang masih meringis kesakitan di atas ranjangnya.

"Han bodoh! Apa kau sengaja melakukannya? Sakit sekali!" Ujar Anna dengan wajah kesal. Han segera meninggalkan Anna di dalam kamarnya.

Anna hanya terdiam seraya mengusap lembut dahinya. Anna memikirkan kayu Ek yang hanya dijadikan pintu cocok untuk pertahanan diri meski, ada kemungkinan tidak cukup kuat untuk menahan peluru. Dengan menahan rasa sakit, Anna memperhatikan kamar Han.

Kamar Han sangat bersih dan rapi. Setitik debu tidak perlihat sama sekali. Anna tidak merasakan dahinya sakit, dia berjalan menghampiri meja kerja yang berada di dekat pintu masuk kamar Han.

Anna melihat sebuah amplop berwarna merah tergeletak di atas meja. Anna tidak menyentuhnya dan kembali duduk di atas ranjang Han. Anna sedikit merasa penasaran dengan isi dari amplop tersebut, tapi dia menahannya. Anna berspekulasi kalau amplop tersebut pasti undangan dari acara perkumpulan iblis. Tidak mungkin bagi Han akan mendapatkan undangan pesta atau lainnya kecuali, Han adalah iblis yang senang berada di tengah-tengah padatnya manusia.

Anna memikirkan ulang pikirannya barusan. Tidak menutup kemungkinan Han mendapat undangan sebuah pesta atau acara minum teh dengan gadis lain, tapi siapa yang akan melakukannya? Anna mengembuskan napas panjang. Dia merasa sedikit berlebihan dalam memikirkan hal tersebut.

Han membuka pintu kamarnya seraya membawa sebuah ember kecil dengan handuk berwarna putih. Dia berjalan mendekati Anna. Han meletakkan ember kecil tersebut di dekat kakinya, memasukkan handuk putih tersebut ke dalam air, dan menempelkannya pada dahi Anna.

Anna hanya terdiam tidak menunjukka ekspresi apa pun. Tangan kirinya memegang handuk kecil tersebut. Air yang terserap terasa dingin. Anna menduga kalau Han mengambil air es untuk mengkompres dahinya agar tidak terlihat bengkak.

"Letakkan ember ini di atas mejamu. Aku bisa melakukannya sendiri." Ujar Anna. Han menganggukkan kepalanya. Anna berpindah duduk di atas kursi kerja Han. Han masih berdiri dan memandangi Anna.

"Apa yang membuat anda datang ke mari, Nona muda? Bukankah saya sudah meminta anda untuk beristirahat?" Tanya Han dengan wajah penuh keheranan.

"Aku lupa memberitahumu. Cari tahu tentang Pabrik Tea Ker Inc. di Waterloo. Aku dengar Tuan Alex Baker adalah pemiliknya. Aku masih mencurigainya karena dia terlihat lebih tenang saat mengetahui saudaranya tewas. Meski gerak-geriknya tidak mencurigakan, aku yakin dia masih menyembunyikan sesuatu." Jelas Anna dengan tenang. Anna memasukkan handuk kecil tersebut ke dalam ember, memerasnya hingga tidak mengeluarkan air, dan menempelkan handuk tersebut ke dahinya.

Han mengembuskan napas dan memandangi Anna dengan tatapan penuh kecewa. Anna yang melihatnya hanya memandangi Han dengan wajah kebingungan.

"Kenapa? Aku akan memberikan kau, Mey, dan Johan waktu libur saat acara perkumpulan iblis. Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu." Tambah Anna. Han yang mendengarnya hanya mengembuskan napas panjang. Anna semakin heran. "Kenapa? Ada apa? Apa kau tidak senang?" Tanya Anna dengan wajah penuh kebingungan.

Han menggelengkan kepalanya. "Saya akan melaksanakan perintah anda. Saya senang mendengar anda meringankan pekerjaan saya dan memikirkan pelayan yang lain. Akan tetapi, apa anda datang kemari hanya untuk mengatakan hal tersebut?" Tanya Han.

Anna menganggukkan kepalanya dengan wajah kebingungan. Dia tidak memahami maksud Han. Apa perlu maksud lain untuk masuk ke dalam kemar pelayan iblis maupun pelayan lainnya? Meski sudah sepuluh tahun bersama Han, Anna masih belum memahami betul siapa Han. Anna tidak memperdulikan siapa Han, dia hanya ingin Han membantu untuk mencapai tujuannya.

Han tertawa lirih. Tangannya mengambil handuk yang masih berada di dahi Anna dan meletakkannya ke dalam ember kecil di atas meja kerjanya. Anna hanya terdiam dan menatap Han dengan wajah kebingungan.

"Nona muda, tolong tetap merasa waspada pada saya. Saya merasa ... saya tidak bisa mengendalikan diri saya." Mohon Han seraya memegang kedua lengan Anna dan membuat nona mudanya berdiri. Anna memiringkan kepalanya. Anna tidak mengerti maksud Han. Kenapa dia harus merasa waspada padanya?

Han mengembuskan napas berat. "Nona muda, apakah anda mau menemani saya malam ini? Saya ingin tidur bersama dengan anda." Pintanya dengan tenang.

Anna ingin tertawa dalam hati. Jika hanya itu, kenapa dia harus waspada pada Han. Anna mengganggukkan kepalanya. "Apa iblis juga memiliki trauma? Aku akan menemanimu malam ini. Seperti kau menemaniku dulu." Ujar Anna dengan seraya tersenyum tipis.

Han membulatkan matanya. Nona mudanya lebih polos dari dia duga. Han ingin memukul dirinya sendiri. Nona mudanya orang yang sedikit kejam, tapi kenapa pikirannya sangat polos seperti anak kecil.

Han ingin tidur dengan Anna, tapi bukan hanya tidur. Dia ingin menandai kalau Anna adalah miliknya. Han tahu dia akan memiliki jiwa Anna setelah gadis tersebut menyelesaikan tujuannya, tapi perasaan aneh dalam dirinya sudah muncul semenjak nona mudanya melepas status masa remajanya.

Seorang iblis harus menandai pasangannya dengan berhubungan intim. Han merasa dia sudah jatuh hati pada Anna. Dia ingin menandainya. Semenjak Casper datang, Han merasa sedikit waspada. Han tidak mempermasalahkan jika ada manusia yang mendekati Anna, tapi dia tidak ingin sesuatu terjadi pada Anna.

Han menghela napas dan mengembuskannya melalui mulut. "Baiklah, nona muda. Tolong ingat untuk tidak melakukannya dengan laki-laki lain termasuk, Tuan Ardian!" Ujar Han dengan nada serius.

Han perlahan menggiring Anna ke atas ranjangnya. Anna dan Han menidurkan tubuh mereka dengan posisi saling berhadapan. Anna hanya memandanginya dengan wajah kebingungan.

"Kenapa? Apa artinya hanya boleh melakukannya denganmu?" Tanya Anna.

Han menarik selimutnya untuk menutupi tubuh Anna. "Benar, nona muda." Jawab Han seraya mengelus lembut pipi Anna.

Anna mengkerutkan dahinya dan terduduk. "Lebih baik aku tidur sendiri. Selamat malam." Pamitnya dan segera keluar dari kamar Han. Han hanya tersenyum tipis setelah sedikit terkejut karena Anna memutuskan pergi.