webnovel

Lima

*

*

*

*

Happy Reading :)

Han segera melaksanakan perintah Anna. Dia melompat dari cabang pohon satu ke lainnya dengan cepat. Sesekali dia melompat ke udara dan menoleh ke kirinya memandangi jalanan yang kosong. Dia terus melakukan hal yang sama hingga dia melihat mobil silver tersebut memasuki padatnya kota London dari kejauhan.

Han mengembuskan napas dengan berat seraya menggaruk tengkuknya meski tidak terasa gatal. "Saya terlambat. Lebih baik saya kembali ke nona muda." Decaknya. Han memutar arah dan kembali melompat dari cabang pohon satu ke lainnya.

Sementara itu, Anna berjalan menyusuri hutan dengan memanfaatkan jalanan yang ada di atas kanannya. Tubuhnya berjalan dengan lemas. Suara auman dari perut sesekali berbunyi dengan keras. "Api kecil itu ... sepertinya dia sengaja membuang korek api dan pergi, tapi tidak ada bau bensin." Gumamnya pada diri sendiri.

Sesuatu membuat Anna terangkat ke udara. Han. Han menggendong Anna. Tangan kanan berada lengkukan lutut dan tangan kiri menompang punggung Anna. Anna membelalakan matanya. "Anda pasti lelah. Izinkan saya menggendong anda, nona muda." Sapa Han seraya tersenyum.

"Turunkan aku!" perintah Anna. Han dengan wajah kebingungan segera menurunkan nona mudanya. "Bagaimana dengan mobil itu? Maafkan aku yang telat memberi perintah." Sesal Anna. Han terdiam. Dia memandangi Anna dengan wajah kebingungan.

"Siapkan makan siang untukku. Aku akan mandi setelah makan dan bawa aku kembali ke jalanan itu." imbuhnya. Han menggendong Anna layaknya seorang putri. Dia melompat dalam sekali hentakan dan mendarat di jalanan. "Kembalilah dulu. Hanya dua puluh menit dengan berjalan kaki untuk sampai rumah." Han menurunkan Anna dan menerima uluran tas jinjing tersebut.

"Nona muda, mengingat kejadian yang baru saja terjadi saya tidak bisa membiarkan anda pulang sendiri." Tolak Han dengan pandangan khawatir. "Izinkan saya menemani anda!" pintanya.

"Pulanglah!" tegas Anna dengan nada dan tatapan dingin dia tunjukan pada Han. Han mengerutkan dahinya. Dia membungkukkan badan dengan tangan kanan menempel ke dada kirinya. Han dengan cepat pergi meninggalkan Anna sendirian di jalanan.

Anna melihat Han yang menjauh mengembuskan napas panjang. Anna berjalan menyusuri jalanan dan membiarkan rasa lapar sekaligus matahari menemani dirinya. Pikirannya berkelana jauh dari badannya.

...

Han masuk ke dalam rumah dengan tenang. Dia meletakkan tas jinjing Anna di ruang kerja nona mudanya. Setelah itu, dia pergi ke dapur. Menyiapkan bahan-bahan untuk makan siang. Han dibantu oleh Johan.

Johan, kepala koki di kediaman Holmes. Kemampuan memasaknya setara dengan Han. Sayangnya, dia tidak suka membuat makanan penutup maupun membuat cemilan dan kemampuannya dalam membuat makanan lebih lambat dari Han.

"Tuan Han, nona muda ada di mana? Bukankah anda pergi bersamanya?" Tanya Johan seraya memotong beberapa sayuran. Johan bertubuh jangkung, memiliki kepala yang lonjong, rambut ikal hitam kemerahan, hidung mancung, bibir merah yang penuh, dan guratan luka berbentuk garus di pipi kanannya.

"Nona muda memintaku untuk menyiapkan makan siang untuknya." Jawab Han seraya mengaduk sesuatu di dalam panci. Johan memasukkan sayuran yang telah dia potong ke dalam panci. Han mengambil daging dan memasaknya menjadi steak.

Mereka berdua selesai setelah tiga puluh menit memasak. Han membawa kereta makanan dan meletakkan makanan yang telah berada di piring untuk dia bawa ke ruang makan. Han meletakkannya di atas meja dan menatap pintu masuk ruang makan dengan wajah khawatir.

Perlahan pintu tersebut terbuka. Han dengan wajah penuh harap berubah menjadi wajah penuh kekecewaan. Seorang perempuan berambut merah, berkacamata bundar, dan mengenakan pakaian pelayan wanita.

"Tuan Han, nona muda meminta anda untuk membawa makanannya ke kamar." Ujar pelayan perempuan tersebut.

"Terima kasih Mey." Ucap Han seraya tersenyum. Mey menganggukkan kepalanya dan pergi meninggalkan Han sendirian.

Han mengetuk pintu kamar Anna dua kali. Tidak ada jawaban. Dia mengetuknya kembali. Tidak ada jawaban lagi. Han mengembuskan napas berat. Perlahan dia membuka pintu kamar Anna. Han melihat ke seluruh kamar Anna. Tidak ada tanda-tanda nona mudanya.

Pakaian Anna tergeletak di atas lantai di depan pintu masuk kamar mandi. Han menghampirinya dan mengambil pakaian tersebut. "Nona muda, apa perlu saya mengambilkan pakaian ganti untuk anda?" tawar Han.

"Aku lihat kau sedang sibuk memasak. Maaf. Aku mandi dulu." Ucap Anna dari dalam kamar mandi. Han mengambil pakaian ganti untuk Anna. "Letakkan saja pakaianku di atas ranjang dan pergilah." Pintanya.

"Baik, nona muda. Saya permisi." Ujar Han seraya meletakkan pakaian ganti Anna di ranjang. Anna keluar dari kamar mandi dengan tubuh basah tanpa handuk setelah mendengar Han menutup pintu kamarnya.

...

Ardian dengan riang berjalan masuk ke dalam ruang kerja Anna seraya membawa sebuah buku di tangan kanannya. "Anna!" panggilnya. Dia menutup pintu ruang kerja Anna. Anna hanya memandanginya dengan wajah kebingungan dengan tangan memegang beberapa lembar kertas.

"Erina memintaku memberikan ini." Ardian menunjukkan buku yang dia bawa. Sebuah buku berjudul "First Love" dia letakkan di atas meja kerja Anna yang sedikit berantakan. Anna hanya ber-oh ria.

Ruang kerja Anna terdiri dari dua rak buku yang menutupi tembok di kanan kirinya. Di hadapan pintu masuk terdapat sebuah jendela besar yang mengarah ke halaman depan. Kursi dan meja kerja Anna berada di depan jendela besar tersebut. Sebuah sofa merah panjang dan meja kayu di hadapannya berada di tengah ruangan menghadap salah satu rak buku.

Anna mengambil buku tersebut. "Kenapa dia memberikan buku ini? Apa yang kau lakukan di toko Erina?" Tanya Anna seraya membuka buku tersebut. Ardian duduk di sofa merah seraya meraih salah satu buku yang menumpuk di atas meja kayu di hadapannya.

"Kebetulan aku lewat dan ada urusan mendadak di sekitar sana. Dia bilang kau harus membacanya. Apa kau akan membacanya?" Tanya Ardian.

Anna menutup buku dan meletakkannya di atas mejanya. "Jika itu dari Erina, aku rasa akan membacanya nanti." Jawabnya dengan santai seraya melanjutkan kegiatannya yang tertunda.

Mereka berdua terdiam. Ardian membaca buku yang dia ambil. Anna sesekali menulis sesuatu di atas kertas. Kegiatan mereka hanya berlangsung sepuluh menit. Anna meregangkan tubuhnya. Ardian masih membaca sebuah buku bergeming sedikit pun.

Anna menghampiri sebuah meja bundar yang berada di dekat pintu masuk ruangannya. Sebuah cerek yang terbuat dari tembikar berwarna putih dengan gambar bunga berwarna biru di temani dua cangkir dengan warna senada. Dia menuangkan teh yang sudah tidak terasa panas ke dalam cangkir.

"Ardian, apa kau mau teh dingin?" tawar Anna.

"Boleh." Terima Ardian tanpa mengalihkan pandangannya.

Anna menuangkan teh ke dalam cangkir, membawanya dengan kedua tangan, dan meletakkan salah satu cangkir di atas meja. Anna duduk dengan tenang di dekat Ardian. Hening.

Ardian sedikit melirik ke arah adiknya lalu menjatuhkan kepalanya ke paha Anna. Anna sedikit terkejut mengangkat tinggi-tinggi cangkir yang berada di tangannya. Ardian tersenyum tenang dan meletakkan buku yang telah dia baca di atas dadanya tanpa menutupnya. "Sudah lama kita tidak berdua seperti ini. Bagaimana jika kita pergi berlibur? Hanya kita berdua." Tawarnya dengan penuh harap.

"Mungkin nanti setelah semua urusan kita selesai." Jawab Anna seraya meletakkan cangkir teh di sampingnya.

Ardian mendengus kesal. "Kita perlu liburan untuk merefreskan hati dan jiwa kita. Jika kau bekerja terus-menerus, tubuhmu akan merasakan kesakitan dan pikiran kotor dengan mudah merasuk. Oleh karena itu, kita perlu pergi berlibur." Tutur Ardian.

Anna hanya tersenyum. "Baiklah. Saudara tuaku pasti sedang kelelahan." Ejek Anna.

Suara ketukan membuat Ardian dan Anna menoleh ke arah pintu. Han membuka pintu ruang kerja Anna. Ardian kembali duduk dengan wajah kesal. "Makan malam telah siap." Han berdiri di tengah pintu dengan tubuh membungkuk dan tangan kanan berada di dada kirinya.

Ardian berdiri dari duduknya dan berjalan keluar mengikuti Anna. "Tolong bereskan cangkir itu dan berikan yang baru nanti. Terima kasih." Titah Anna seraya berjalan melewati Han.

"Baik, nona muda." Sahut Han. Dia berjalan masuk ke dalam ruangan Anna. Anna dan Ardian berjalan menjauh darinya dan menuju ruang makan.