webnovel

Duapuluh dua

Han menganggukkan kepalanya. Nona mudanya tidak akan menjilat lidahnya sendiri. "Kenapa anda pergi dari kamar saya? Bukankah anda ingin menemani saya tidur?" Tanya Han seraya memutar tubuhnya dan menatap heran Anna yang tengah duduk di atas sofa.

Anna berjalan melewati Han dan duduk di atas sofa di tengah ruang kerjanya. Anna sedikit terkejut dengan pertanyaan Han, tapi dia berusaha tetap tenang. "Bukankah sudah jelas? Aku tidak mau tidur denganmu." Jawab Anna dengan tenang. Han yang mendengar jawaban Anna hanya tersenyum. Dalam hatinya, dia merasa kesal.

"Bagaimana denganmu? Kenapa kau ingin mengajakku tidur di atas ranjang baumu?" Tanya Anna dengan tenang seraya meminum teh dingin dari cangkir yang telah dia isi kembali.

Han membulatkan matanya. Dia tidak menyangka nona mudanya akan menanyakan alasan dirinya. Dia tidak mungkin mengatakan sebenarnya. Dengan tersenyum Han menjawab, "Karena saya merindukan saat anda menangis dalam pelukan saya sepuluh tahun yang lalu. Saat saya memeluk anda, anda dengan tenang berhenti dan tertidur lelap. Sungguh, waktu sangat cepat berlalu."

Anna yang mendengarnya segera melempar air teh dalam cangkirnya ke wajah Han. Anna meletakkan cangkirnya ke atas meja, berdiri, berjalan menghampiri Han, dan berdiri di hadapannya.

Anna menatap Han dengan tajam. Anna tidak menyalahkan perkataan Han. Dia hanya tidak ingin mengingat kejadian terkelam dalam hidupnya karena memerlukan waktu lama untuk sembuh dan tetap dalam terkendali saat mengingatnya.

Han tetap berdiri di posisinya. Kepalanya sedikit menunduk. Aroma maple dari rambut Anna menari dari hidungnya. Aroma sampo baru yang dibelikannya untuk Anna beberapa hari lalu.

"Apa kau menyukai aromanya?" Tanya Anna seraya semakin mendekatkan tubuhnya pada Han.

Han mundur selangkah. Anna maju selangkah. Han menahan diri untuk tidak memeluk Anna. Dia tidak menyangka, aroma sampo pilihannya menjadi sangat menggoda jika berada di rambut gadis di hadapannya. Han terus mundur dengan wajah tenang hingga pinggulnya menabrak meja kerja Anna.

Anna terus mendekat dan menekan Han. Sudut kiri bibirnya terangkat. Tangan kanannya dengan cepat mengambil dua gulungan kertas yang berada di meja kerja sebelumnya. Anna membalikkan tubuhnya, membelakangi Han. "Cepat ganti pakaianmu dan kita pergi ke rumah Tuan Harris sekarang." Ujarnya.

Anna tersenyum puas setelah berjalan keluar dari ruangannya. Dia segera berlari ke lantai satu seraya menahan tawanya. Anna sedikit merasa senang setelah menggoda Han. Wajah khawatir dan bingung membuat Anna ingin menggodanya lagi.

Anna tahu aroma samponya adalah kesukaan Han. Dia tidak menyangka kalau Han masih bisa menahan diri. Setelah sekian lama, Anna bisa mengerjai Han.

Anna duduk di sofa ruang tamu sementara membiarkan Han berganti pakaian. Anna yang baru terduduk, dikejutkan dengan kehadiran Han yang telah berganti pakaian, berdiri di dekatnya.

"Jenis mobil apa yang ingin anda gunakan, nona muda?" Tanya Han dengan tenang. Anna segera menoleh ke sumber suara yang sangat dia kenal seraya membulatkan matanya.

"Kau ... Aku serahkan padamu." Jawab Anna tanpa mengalihkan pandangannya dari Han. Han menganggukkan kepalanya sekali dan pergi.

Anna memejamkan matanya, menghela napas, dan mengembuskannya dari mulut. Anna berdiri dengan tangan memegang dua gulungan kertas yang dia bawa dari ruang kerjanya dengan erat. Dia merasa beruntung tidak terkena serangan jantung.

Meski sudah tinggal selama sepuluh tahun bersama Han, Anna masih belum terbiasa dengan kehadiran cepat Han. Anna tahu betul kecepatannya, tapi saat mengalaminya sendiri, dia sendiri masih belum terbiasa dengan baik.

Anna keluar dari rumahnya dengan perasaan kesal. Wajahnya tersenyum dengan tenang. Dia melihat sebuah mobil Roll Royce Phantom IV terparkir beberapa meter di hadapannya. Dia berjalan masuk ke dalam mobil tanpa menunggu Han keluar untuk membukakan pintu belakang mobil. Tanpa menunggu perintah, Han segera menginjak pedal gas.

Han sesekali melirik spion depan. Spion depan yang menampilkan pantulan Anna yang sedang menundukkan kepalanya. "Kenapa? Apa ada yang perlu kau bicarakan?" Tanya Anna dengan tenang tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas yang dia bawa.

Anna terus merasa Han memperhatikannya. Dia tidak merasa terganggu dengan tatapan Han. Dia hanya tidak ingin Han tidak mengatakan apa yang ada di pikirannya karena Han selalu terbuka padanya saat dia meminta.

"Bukankah aku pernah mengatakan untuk mengungkapkan semua pikiranmu?" Tambah Anna dengan tenang.

Han tertawa lirih. "Apakah anda memintanya?" Tanya Han kembali dengan lembut.

Anna mengembuskan napas panjang tanpa mengalihkan pandangannya. Anna tahu tidak ada dari perkataannya untuk meminta Han mengungkapkan apa yang menyebabkan dia, tapi bukankah dia sudah memintanya dengan halus? Dia berpikir, pasti Han sedang memikirkan sesuatu tentang dirinya.

Han sekali lagi melirik ke spion depan. Bibirnya melekung ke atas. Tatapan tenang dan senyuman lembut memandangi Anna. Dia merasa senang sampo pilihannya digunakan oleh Anna. Han memikirkan bagaimana caranya untuk membuat Anna jatuh dalam pelukannya. Han hampir saja kehilangan dirinya. Dia hampir menyerang Anna. Hal yang membuat dia terkejut adalah Anna secara agresif mendekatinya.

Han tidak berpikir kalau Anna menggodanya. Dengan senyuman bangga dia tidak membiarkan Anna menunggu terlalu lama dan segera melaksanakan perintahnya. Apakah nona mudanya sudah menaruh hati padanya? Tidak. Han segera menempis pikiran tersebut. Bagaimana bisa seorang Anna yang tidak pernah membaca atau mempelajari hal berbau romantisisme bisa mengetahu namanya cinta? Jika dia memahami hal tersebut, sudah pasti Anna tidak akan memilih untuk memutuskan pertunangannya dengan Andrew Smith.

"Cari tahu kegiatan sehari-hari Tuan Alex Baker dan keluarga Tuan Holan Baker seminggu sebelum kejadian dan setelah kejadian pembunuhan. Besok pagi sebelum sarapan kau harus sudah menyelesaikannya." Perintah Anna dengan tenang.

Han memandangi spion depan dengan wajah bingung. Anna telah memutuskan akan diam, tapi dia meminta untuk mencari tahu lagi? Apakah ada yang salah dengan laporannya pagi ini? Tidak. Semua informasi mengenai pabrik yang didirikan oleh Alex Baker secara rinci telah dia laporkan.

"Apakah anda akan mengambil lagi kasus ini? Bukankah anda memutuskan untuk tetap diam hingga Tuan Harris menemukan motif di balik pembunuhan Tuan Holan Baker?" Tanya Han dengan wajah bingung sekaligus heran.

Anna melipat kedua tangannya di depan dada setelah meletakkan kertas laporan Han di sampingnya. "Benar. Aku hanya ingin tahu dan memperkuat semuanya. Apa kau bisa melaksanakannya?" Tanya Anna dengan tenang.

Han tersenyum miring. "Tentu saya akan melakukannya untuk anda." Jawabnya dengan bangga. Dalam waktu semalam adalah waktu yang cukup panjang. Han adalah iblis. Dengan kekuatannya, dia bisa pergi kemana pun dengan cepat dan menebar racun manis untuk mendapatkan informasi secara akurat untuk nona mudanya. Dalam sekejap mata, banyak informasi yang memenuhi kepalanya. Tidak seperti manusia pada umumnya, yang memerlukan waktu berhari-hari dan uang banyak untuk mendapat sebuah informasi.