webnovel

Delapan

Anna hanya terdiam memandangi pemandangan yang tersaji di luar jendela mobilnya seraya menompang dagu. Tatapan matanya kosong dan pikirannya berada di suatu tempat yang jauh dari tubuhnya. Samar-samar dia mendengar Koby dan Han berbicara satu sama lain.

Setelah sepuluh menit pikirannya kembali. Anna mengejapkan mata seraya menghela napas panjang. "Tuan Harris, bersihkan tempat anda sebelum pukul sepuluh besok pagi." Pinta Anna dengan nada lembut dan tegas.

Koby menoleh ke Anna dengan wajah sedikit terkejut. Han hanya memandanginya dari spion depan. "Kenapa? Apa anda akan menginap?" goda Koby seraya menyentuh pipi Anna dengan jari telunjuk kanan.

"Tidak. Anak perempuan Tuan Baker akan datang. Tempatmu akan membuat dia tidak nyaman." Jawab Anna dengan tenang seraya memukul tangan Koby. Koby meringis seraya mengelus tangan kanannya dengan tangan kiri. "Mari kita bicarakan hal ini seraya menikmati makan malam." Ajaknya pada Koby.

"Kebetulan ada yang ingin saya tanyakan dan waktunya makan malam." Lontar Koby seraya tersenyum dengan tangan hampir menyentuh rambut Anna.

"Belikan aku roti di tempat biasa, Han!" titah Anna seraya menangkis tangan Koby. Koby kembali meringis dan Han mengiyakan perintah nona mudanya seraya tertawa kecil.

Anna menghampiri Han dengan kantong kertas coklat di dekapannya. Anna dengan cepat mengambilnya dan berlalu. Dia menghampiri seorang anak laki-laki yang berada di sekitar toko roti, meyerahkan kantong yang berisi roti, berjalan menghampiri Han, dan kembali masuk ke dalam mobil.

Anak laki-laki itu hanya memandangi Anna dengan tatapan kebingungan, mengambil roti yang perempuan itu letakkan di depannya, dan berlari menjauh. Anna hanya tersenyum tenang melihatnya. Sedangkan Koby yang berada di sebelahnya, hanya terdiam menatap pemandangan yang menurutnya luar biasa tersebut.

Koby tertawa kecil. "Nona muda, sepertinya anda tertarik dengan anak itu. Apa anda menyukai anak laki-laki dibandingkan orang dewasa?" Tanya Koby dengan tatapan menyelidik.

Anna menghela napas dan menyenderkan punggungnya. "Dia anak yang menarik. Pakaiannya terlihat lusuh, tapi jika diperhatikan dengan baik, pakaian yang dia kenakan memiliki kualitas terbaik. Bagaimana mungkin seorang anak jalanan memiliki pakaian seperti itu? Seorang dermawan memberikannya atau dia memiliki seorang teman yang cukup menarik perhatian, saya rasa tidak keduanya. Dia adalah anak seorang bangsawan yang telah di lempar jauh oleh keluarganya sendiri. Bukankah itu menarik?" Tanya Anna dengan wajah penuh antusias.

Koby menganggukkan kepalanya. "Sangat menarik. Penjelasan anda sangat tepat. Ini membuat saya semakin suka pada anda. Sedikit mengejutkan saat anda mengatakan dia sengaja di buang oleh keluarganya, tapi itu adalah kemungkinan yang tidak bisa dibiarkan. Apa yang akan anda lakukan? Kenapa anda sangat tertarik pada anak itu?" Tanya Koby dengan penasaran.

"Karena semua hal mengenai anak tersebut sangat menarik. Untuk sementara ini, saya tidak akan melakukan apa pun. Jika anda bisa merekrutnya menjadi anak buah Willy, saya sangat berterima kasih. Hal itu akan menghentikannya untuk mencuri lagi." Jawab Anna dengan santai.

Han menutup pintu dengan keras setelah duduk di kursi pengemudi. Kedua orang yang berada di kursi belakang terperajat. Tatapan kebingungan mengarah pada Han. Dia hanya sedikit memutar badannya seraya tersenyum dan menyerahkan satu kantong penuh berisi roti.

Han berbalik mencoba menyalakan mobil. "Nona muda, anda tidak boleh makan terlalu banyak karena sebentar lagi waktunya makan malam." Tegur Han saat Anna hendak memasukkan sepotong roti ke dalam mulutnya terhenti. Anna perlahan mengembalikan roti yang dia ambil ke tempatnya seraya menutup mulut dan menyerahkannya pada Koby. Koby menerimanya, menutup mulutnya, dan membuang muka mencoba menahan tawa.

"Jangan tertawa, Tuan Harris. Saya bisa menendang anda keluar dari mobil selama perjalanan." Ancam Anna seraya tersenyum. Koby segera menegakkan punggungnya dan sesekali melirik Anna yang terlihat kesal di balik senyumannya.

Anna mengembuskan napas panjang. "Han, cari tahu keadaan rumah Tuan Baker dan selidiki lebih lanjut mengenaik laki-laki bernama Alex Baker tersebut. Cari tahu hingga detail terkecil maupun titik hitam yang berada di pikirannya. Kembali sebelum restoran tutup." Perintah Anna. Han memakirkan mobil di pinggir jalan yang padat orang berlalu lalang.

"Nona Holmes, apa anda tidak merasa terlalu kejam pada pelayan anda? Bagaimana bisa dia melakukan itu semua dalam waktu tiga jam?" Protes Koby.

Koby membiarkan pintu terbuka dan Anna perlahan menyusulnya keluar dari tempat Koby. "Dia bisa melakukannya. Saya percaya dengannya." jawab Anna dengan santai.

"Terima kasih atas perhatian anda, Tuan Koby Harris. Selamat menikmati makan malam anda berdua." Ujar Han dari dalam mobil.

Koby hanya menatap khawatir Han dan Anna secara bergantian. Dia menghela napas panjang, memijat pelipisnya, dan menutup pintu mobil seraya menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Baiklah. Saya rasa tidak bisa membantah perkataan majikan yang sadis dan pelayan yang masokis." Sindirnya seraya mengedipkan mata kirinya. "Nona Holmes, mari berbicara panjang lebar dan menikmati makan malam hari ini." ajaknya seraya mengulurkan tangan kanannya.

Anna yang berdiri di sebelah kanannya hanya tersenyum memandanginya. Tangan kirinya menerima uluran dari Koby. Mereka berdua melegang masuk setelah melewati beberapa orang yang berlalu lalang. Anna melingkarkan tangan kirinya di lengan kanan Koby. Han hanya memandangi mereka berdua dengan tatapan dingin.

"Apa yang membuatnya begitu berbakat menarik lawan jenis?" tanyanya pada diri sendiri.

Koby dan Anna memandangi restoran yang penuh. Seorang laki-laki mengenakan baju pelayan dengan tangan kiri membawa sebuah kain putih bersih mengarahkan mereka berdua menuju lantai dua dan duduk di dekat jendela yang menghadap ke jalanan.

"Apa yang kau dapatkan?" Tanya Anna seraya membuka buku menu.

Koby menghela napas setelah berbincang mengenai pesanannya pada pelayan. Dia memperhatikan Anna yang menyebutkan pesanannya hingga pelayan itu pergi. "Tidak banyak." Jawabnya seraya merogoh saku dalam jasnya. "Catatan kecil dan beberapa surat." Imbuhnya. Koby mengeluarkan sebuah buku kecil bersampul kulit berwarna merah tua dan beberapa lembar kertas yang telah terlipat di atas meja.

Anna mengambil lembaran kertas dan membacanya. "Saya mendapatkannya dari salah satu laci di meja rias Nyonya Baker dan buku ini dari meja kerja Tuan Baker. Siapa menyangka kakak beradik mencintai seorang perempuan yang sama. Bukankah itu sebuah kejutan?" Tanya Koby dengan semangat.

"Benar. Apa anda tidak menemukan pisau pembunuhan?" Tanya Anna tanpa mengalihkan pandangannya dari surat yang tengah dia baca.

Koby sedikit mencondongkan tubuhnya dan meletakkan kedua tangannya di atas meja. "Jika dilihat dari luka yang didapat Tuan Baker, itu seperti pisau dapur. Saya sempat mampir ke sana dan bertanya dengan para pelayan. Tidak ada satu pun dari mereka yang mengambil pisau setelah makan malam dan keesokan paginya pisau-pisau di dapur masih lengkap. Saya rasa pembunuh mengembalikan pisau ke dapur setelah mencucinya. Berarti, pembunuh mengetahui waktu tidur seluruh karyawan dan keluarga." Jawab Koby.

"Ada satu hal yang menarik dan tidak di katakan oleh seluruh penghuni rumah. Korban sering merendahkan anak laki-lakinya sendiri dan secara terang-terangan menaruh kebencian padanya." Imbuhnya.

Anna meletakkan kumpulan surat tersebut dan memandang datar Koby. "Tidak ada sidik jari. Dia melakukannya dengan baik dan hanya dua orang yang terduga sebagai pembunuh. Lebih baik kita lihat lebih jelas besok setelah Nona Marie Baker datang." Ujar Anna dengan santai.

Koby yang mendengarnya hanya menganggukkan kepalanya. Anna menghela napas panjang dan memandangi Koby yang bersandar pada kursi dengan wajah serius. "Tuan Harris, apakah anda menerima undangan dari Keluarga Smith?" Tanya Anna.

Han kembali dari tugasnya dan telah memakirkan mobil di pinggir jalan depan restoran Anna dan Koby makan malam. Jalanan tidak menunjukkan kehidupan sedikit pun. Lampu-lampu yang menerangi jalan sesekali berkedip menunjukkan kegelapan malam.

"Bersenang-senang dengan manusia selama sepuluh tahun. Kau pasti sangat menikmatinya." Bisik seseorang di telinga kanan Han. Han refleks menoleh ke sumber suara. Tidak ada siapa pun.

Han tertawa lirih. Han menyandarkan punggungnya ke badan mobil dan melipat ke dua tangannya di depan dada. "Anda seharusnya merasa senang. Bukankah saya melakukannya dengan baik. Apa anda merasa kesepian di surga?" Tanya Han seraya tersenyum.

Suara tawa menggema di kepalanya. "Apa kau menyindirku? Tidak. Itu bukan gayamu. Aku datang kemari bukan membahas tentangmu maupun tentang dia. Minggu depan semua iblis akan berkumpul di hadapanku. Aku menantikan kedatanganmu." Ujarnya. Angin besar menerpa Han membuat rambutnya berkibar dan lampu jalanan berkedip. Jalanan yang awalnya sepi perlahan beberapa manusia muncul berjalan di trotoar.

Han dengan wajah terkejut tangan kanannya sudah memegang sebuah amplop berwarna merah. "Tidak masalah jika bertemu dengan kawan lama." Ujarnya pada diri sendiri. Han menyimpannya ke dalam saku jaketnya dan berjalan memasuki pintu masuk restoran.

Pintu masuk terbuka. Anna dan Koby keluar dengan tangan saling menggandeng satu sama lain. Han hanya tersenyum seraya menggelengkan kepala. Dia menarik dua orang yang berdiri di hadapannya. Anna sesekali merancau dengan wajah yang memerah karena mabuk. Koby hanya menanggapai seraya tersenyum.

Koby dengan bantuan Han memasukkan Anna ke bangku belakang mobil. "Tuan Pelayan, kita berpisah di sini. Saya perlu menikmati udara segar. Sampai jumpa besok." Pamit Koby. Han hanya melihat punggung Koby yang melenggang pergi. Wajah Han melengkung ke atas dan sedikit membungkukkan tubuhnya. Dia berterima kasih dalam hati.

Pandangan Han kini beralih ke nona mudanya. Anna telah terkapar di bangku belakang dan menjadikannya sebagai tempat tidur darurat yang nyaman. "Kenapa anda dengan mudah mabuk dengan laki-laki lain dan bukan dengan saya?" Tanya dengan wajah penuh keheranan. "Nona muda memang kuat minum kecuali dengan Tuan Koby Harris. Lain waktu saya lebih baik memberinya Whisky lebih banyak dibandingkan Wine." Gumamnya seraya menginjak pedal gas mobil.

"Aku tidak akan meminumnya."

Han membelalakkan matanya dan menoleh ke bangku belakang. Dia hanya menatap tidak percaya pada punggung kecil Anna yang tidur membelakanginya. Lengkungan di mulutnya terlihat memancarkan kesenangan dan pandangan Han beralih ke jalanan.