webnovel

I Want You to be My Love

Lala adalah gadis tamatan S1 yang baru saja lulus dan mencari pekerjaan. Ketika dirinya mendapatkan sebuah pekerjaan, ia memiliki Bos yang berhati dingin seperti Es. Namun, suatu ketika sang Bos meminta dirinya untuk menjadi kekasihnya. Adnan, CEO dari Aditya Group sedang mengalami masa krisis di perusahaan yang sedang ia pimpin. Orang tuanya menjodohkan pria itu dengan Gladys yang merupakan teman semasa kuliah dan pendiri dari Glady's Whorkshop. Adnan tidak mau dijodohkan, apalagi dirinya sudah menganggap Gladys sebagai adiknya sendiri.

Yaya997 · Urban
Not enough ratings
280 Chs

Tahu siapa Adan?

"Iya-iya lima menit lagi aku sampai." Adnan mematikan sambungan telponnya secara sepihak.

Pria itu memutar setir mobilnya ke arah kanan untuk memotong jalan. Minggu ini ia berencana untuk pergi bersama Gladys.

Seperti yang sudah diajarkan oleh Raka. Mulai sekarang ia akan belajar menjadi pasangan yang baik untuk Gladys, meskipun dirinya melakukan hal tersebut dengan terpaksa. Adnan sudah menandatangani kontrak perjanjian antara dirinya dengan gadis itu, maka ia harus melakukan yang terbaik.

"Ingat Adnan, wanita itu bagaikan Bunga. Dia mekar ketika kita memperlakukannya dengan baik. Namun sebaliknya, jika kita memperlakukannya dengan buruk ia akan layu dan membusuk. Lo gak bisa terima Gladys karena lo gak suka dia. Bukan! Bukannya lo gak suka, tapi lo belum suka. Dan sekarang lihat, bagai sihir sekarang lo jadian sama dia. Jadi, lo harus memperlakukan dia dengan baik. Karena takdir lo adalah memilikinya terlebih dahulu, baru jatuh cinta padanya."

Begitulah kurang lebih yang dikatakan oleh Raka pada Adnan.

Ia tahu Raka hanya membualnya, tapi entah kenapa dia malah menuruti apa yang dikatakan pria itu.

"Mungkin benar, gue ditakdirkan untuk memiliki terlebih dahulu, baru jatuh cinta."

Di sela-sela menyetirnya Adnan bicara dengan diri sendiri. Pria yang sama sekali tidak tertarik dengan urusan cinta itu entah kenapa tiba-tiba memikirkannya. Diumurnya yang ke 27 tahun baru kali ini ia memiliki sebuah kekasih.

Perjalanan ke rumah Gladys memakan waktu satu jam, itu pun karena Adnan mengetahui titik-titik jalan yang seiring terkena macet. Jadi, ia bisa menghindarinya.

Di depan rumahnya, Gladys sudah menunggu. Gadis itu memakai dress endek berwarna biru muda dengan rambutnya yang digerai indah bergelombang. Tatapan mata Adnan ketika melihat kekasih dadakannya itu terlihat biasa saja, mungkin karena pria itu belum menyukainya. Gladys memahami hal itu, ia yakin suatu saat nanti pria itu bisa melihat sisi indahnya dan memuji setiak inci lekuk tubuhnya.

"Maaf, kamu jadi nunggu lama," kata Adnan meminta maaf .

"Gak apa-apa," balas Gladys tidak mempermasalahkan.

Detik kemudian, Adnan mengulurkan lengannya. Membuat Gladys terheran, ternyata maksud dari uluran itu adalah agar Gladys bisa menggandenng lengannya. Dan dengan senang hati Gladys melakukannya.

Gladys memeluk lengan Adnan dengan hati riang, keduanya pun berjalan menuju mobil dan berangkat menuju tempat yang akan meteka kunjungi untuk bersenang-senang. Tak jauh-jauh, Mall pusat kota adalah tujuan mereka. Gladys ingin menonton film Romance yang akhirnya tayang juga. Karena film tersebut tayang di sore hari, keduanya memutuskan untuk berbelanja terlebih dahulu.

Dalam hati Gladys, ia sangat senang. Akhirnya cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Mengetahui Adnan tidak pernah memiliki pacar saat remaja dan beum memiliki seorang kekasih ketika dirinya menginjak usia 20 tahunan membuat Gladys merasa dirinya sangat spesial karena wanita itu adalah orang pertama yang menjadi kekasih Adnan. Ia pun berharap akan menjadi yang terakhir untuk pria itu.

*****

Mall pusat kota adalah tempat yang akan Rendi ajak untuk membelikan barang-barang keperluan untuk Lala.

Pertama-tama tujuan mereka adalah toko baju. Karena ia bekerja di kantor, gadis itu harus memiliki baju kerja setidanya untuk bergonta-ganti. Meskipun merasa tidak enak karena ditraktir oleh Rendi, prilaku Lala tidak beda jauh dari cewek lain. Matanya akan berbinar jika melihat baju-baju bagus berjejeran di depan matanya.

Rendi mengatakan Lala bebas memilih semua baju ayang ada di sini seberapa mahalnya baju tesebut. Hal tersebut membuat jiwa belanja gadis itu berkoar. Ia segera mencari baju mana yang disukainya sementara Rendi menunggunya di salah satu kursi pada toko tersebut. Begitu banyak pilihan di toko ini sampai Lala ingin membeli semuanya. ia bingung memilih baju seperti apa yang akan dibelinya.

"Yang mana ya? Bagus-bagus semua," kata Lala mengambil satu baju kemudian menyamakan baju tersebut pada tubuhnya.

"Kamu jangan pakai yang ini," kata seseorang pada Lala.

Mendengar seseorang bicara padanya membuat Lala menoleh ke sumber suara. Gadis cantik dengan minni dress berwarna biru itu mendekatinya. Lala terpaku dibuatnya, kecantikan perempuan itu bahkan mengalihkan Lala yang notabenya adalah perempuan.

Benar-benar gadis yang sempurna, batin Lala.

"Kamu jangan pakai pakaian seperti ini, badanmu kecil dan payudaramu tidak bear. Kaau dipaksa pakai ini nanti tubuhmu terlihat jelek," komentar gadis itu. Lala menyerngit, apa dia sedang menjelek-jelekan dirinya?

"Kam cocoknya pakai yang ini," kata gadis itu seraya mengambil satu baju.

"Eh?" Lala menerima baju yang dipilhkan oleh gadis itu kemudian mengukurnya dengan tubuhnya lalu bercermin. Baju tersebut benar-benar pas dan cocok. Ternyata, perempuan di depannya ini bermaksud untuk membantunya mencari pakaian yang cocok untuknya. "Waaah, ini cocok."

"Benar akan?" ucap perempuan itu dengan bangga.

"Iya, makasih ya udah bantu cariin baju yang cocok."

"Hehe … itu hal yang mudah. Aku eorang designer dan tahu pakaian yang seperti apa yang cocok dipakai,."

Mata Lala semakin bersinar mengetahui perempuan itu adalah seorang designer. Pantas saja ia tahu baju apa yang cocok untuknya, adahal mereka baru pertama kali bertemu. Udah cantik, baik, seorang designer lagi. Benar-benar wanita sempurna.

"Oh ya, nama kamu siapa?" tanya Lala.

Perempuan itu tersenyum sembari mengulurkan tangannya, "Gladys. 2 tahun."

"Aku Lala, 22 tahun," ucap Lala menjabat tangan yang diulurkan Gladys. "sekali lagi makasih ya, Kak Gladys."

"Panggil Gladys aja," kata Gladys. "Umur kita gak beda jauh."

"Oh, iya. Gladys, makasih ya sekali lagi," kata Lala dengan riang.

Gladys un kembali memilih baju yang ingin dibelinaya, sedangkan Lala menemui Rendi untuk memberitahu baju yang sudah ia putuskan untuk dibeli.

"Rendi!" seru Lala sambil berlari kecil menghampiri Rendi.

Kemudian gadis itu menunjukkan baju yang dipilihnya. Sebagai deigner Rendi cukup tekejut dengan pilihan Lala, gadis itu memilih pakaian yang cocok dengan tubuh dan warna kulitnya.

Detik kamudian, Rendi dan Lala berjalan ke arah kasir untuk melakukan pembayaran. Lala merasa bahwa ia hanya memilih satu pakaian, namun kenapa pegawai tersebut memberikan banyak bag paper pada Rendi? Apa dia juga belanja?

"Yuk," ajak Rendi dengan banyak paper bag di tangannya.

Keduanya pun berjalan ke luar toko.

"Rendi," panggil Lala. Rendi menoleh dan menunggu apa yang ingin dikatakan oleh gadi itu. "Lo belanja juga?" tanyanya.

Rendi menggeleng dan berkata, "nggak."

"Tapi kok Paper bag-nya banyak banget? Jangan-jangan itu titipan Abel ya? Atau orang lain?" tanya Lala. Gadis itu sungguh ecerewet kalau saja tangan rendi tidak sedang membawa apapun, ingin sekali ia menutup mulut gadis itu dengan bibirnya.

"Ini buat lo," kata Rendi.

"Buat gue?"

Rendi hanya menjawabnya dengan anggukan. "Ini baju-baju perempuan yang gue pesan beberapa waktu lalu. Ukuran tubuh lo susah banget dicari, makanya gue pean dari beberapa hari yang lalu," katanya menjelaskan.

Lala tidak percaya dibuatnya. Maksudnya, untuk apa dia melakukan hal semacam itu? Bukankah hal tersebut terlalu berlebihan?

Setelah membeli perlengkapan yang lainnya, mereka berencana untuk pulang. Namun melihat sebuah poster fim romance luar negeri menarik perhatian rendi dan membuatnya ingin berada lebih lama di Mall itu. Ia mengajak Lala untuk menonton karena film itu adalah film kesukaannya yang akhirnya tayang juga di Indoneisa.

Karena Rendi sudah berbaik hati padanya, Lala mengiyakan ajakan tersebut.

Rendi membeli 2 tiket untuk dirinya dan Lala, keduanya duduk berebelahan di kursi berinisial E. Lala tengah asyik memakan popcorn-nya, sebenarnya gadis itu tidak terlalu tertarik dengan film. Namun ia tidak bisa menolak kebaikan Rendi.

"Ayo, sini!" Gladys meangkul lengan Adnan ketika memasuki studio film. Keduanya berada di studio yang sama degan Rendi dan Lala, namun mereka berada di kursi berinisial F. berbalik dengan Rendi dan Lala, jika Rendi yang seorang pria menyukai film tersebut justru Adnan tidak menyukainya. Gladys yang sangat bersemangat untuk menontonnya.

Jika bukan karena nasihat dari Raka, mungkin Adnan tidak akan datang ke sini. Ini kali pertamanya pria itu memasuki Bioskop dan sekali dalam seumur hidupnya ia menonton film. Jika diingat-ingat, Adnan selalu menolak jika diajak oleh Raka dan teman-teman kuliahnya untuk pergi ke Bioskop. Pasti ada saja alasannya untuk menolak ajakan tersebut. Tapi, kali ini Adnan yang justru mengajak.

Film sudah di putar, sepanjang film Rendi dan Gladys sangat menikmatinya sementara Adnan mengantuk dan Lala tidak mengerti jalan ceritanya. Ditengah-tengah film berlangsung Tiba-tiba Gladys dan Lala ijin ke kamar mandi. Keduanya meninggalkan pasagannya masing-masing dan pergi ke toilet yang ada di sana.

"Kamu?" kata Gladys menunjuk Lala.

"Eh, Lala. Kamu di sini juga?"

Keduanya tidak menyangka akan bertemu lagi, Gladys menyaakan kran wetafle dan mencuci tangannya.

"Kamu nonton film juga? Berarti ke sini gak sendiri dong? Ke sini sama siapa?" tanya Gladys. Etelah tangannya bersih ia mematikan kran dan mengambil tissue untuk mengeringkan tangannya.

"Sama temen heheh," jawab Lala. "Kalo kamu?"

"Sama pacar."

"Oooh, hehehe …"

Setelah selesai, Lala kembali ke tempat duduknya sedangkan Gladys stay lebih lama karena hendak menelpon seseorang . Karena gelap ia tidak tahu bahwa yang ia duduki adalah kursi Gladys. Di sebelahnya Adnan dengan seriu memikirkan sesuatu. Saran Raka, untuk meromantiskan suasana setelah film selesai ia harus mencium bibir pasangannya.

Film pun berakhir. Ketika pada layar besar itu menampilkan para pemain serta kru dibelakang layarnya dialuni dengan music ending, Adnan menarik tubuh gadis disebelanya dan mencium bibirnya. Lala yang ternyata duduk di kursi Gladys terkejut mendapat perlakuan yang tiba-tiba, bibirnya diulum oleh seorang pria dan ia tidak bisa melawan. Kejadian itu berlangsung sampai film berhenti berputar, ampu bioskop pun menyala. Betapa terkejutnya perempuan yang dicium Adnan bukanlah Gladys, meainkan Lala. Begitu juga Lala, ia terkejut kenapa Rendi yang seharunya duduk disebelahnya berubah menjadi pria itu.

Adnan pun sontak melepaskan ciumannya.

"Lo, ngapain di sini?" tanya Adnan.

"Seharusnya gue yang tanya! Lo ngapain nyi—"

"Lala!" seru Rendi memanggil namanya.

Lala menghentikan ucapannya. Ia tidak ingin ada yang tahu kejadian yang menimpanya beberapa menit lalu.

Gadis itu segera berdiri dan menghampiri Rendi kemudian meminta maaf karena telah salah tempat duduk ketika kembali dari toilet. Rendi menjitak kepala Lala, dia selalu saja begitu. Kemudian, Lala dan Rendi pun memilih untuk keuar dari studio tersebut dan Lala bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa ketika melewati kursi Adnan.

Adnan mengelap bibirnya yang terdapat air liur Lala di sana, ia melihat punggung Lala yang semakin lama semakin menjauh dan hilang dari pandangannya.

*****