4 4. NANTI KITA BERTEMU LAGI

"Oke, kau bisa menjadi temanku. Ya setidaknya kau bisa menjadi seorang kakak bagiku," ucap Jihan dengan melihat penampilanku.

"Oh, aku terlihat tua ya?" seruku dengan cemberut melihatnya.

"Tidak kok, hanya saja penampilanmu yang terlihat tampak lebih berumur. Kalau wajahmu sih, mungkin terlihat masih muda juga," kata Jihan dengan mengangguk-angguk melihatku.

Aku sungguh tidak percaya diri jika perempuan mengatakan itu padaku.

"Aku terharu dengan ucapanmu itu," ucapku lalu tertawa setelahnya.

Kami berdua menikmati pemandangan danau sambil duduk di bawah rumput hijau. Awalnya aku ragu karena aku tidak terbiasa. Sungguh aku merasa aneh saja melakukan ini.

"Kau seperti orang aneh, duduk di atas rumput seperti ini saja. Tatapanmu ketakutan," ledek Jihan dengan melirik kepadaku.

"Hahaha ... Aku tidak takut, mungkin aku tidak terbiasa saja," ucapku berlagak membela diri.

"Menyenangkan menjadi orang kaya?" tanya perempuan manis itu dengan melihatku dari samping.

Akupun menoleh melihat wajahnya yang terbentuk sangat sempurna.

"Kenapa kau tanya itu?" tanyaku karena baru dia seorang yang menanyakan hal itu kepadaku.

"Ya aku memang murni penasaran saja. Aku beruntung sekali bisa menanyakan ini kepadamu. Karena sejak dulu aku penasaran," jelasnya sambil tersenyum. Matanya seperti membayangkan sesuatu.

"Hm, menjadi orang kaya cukup menyenangkan. Ya, semua pasti ada senang dan sedih. Tergantung bagaimana kita bersikap. Kalau aku merasakan pusingnya bagaimana mengerjakan berkas berkas kerja. Aku juga rasanya ingin kabur menjadi orang biasa. Tetapi kalau aku perlu sesuatu yang aku inginkan seperti makanan yang aku suka dan itu mahal. Aku harus melakukan kerja yang terbaik agar aku bisa mendapatkan itu," jelasku dengan mengatakan apa yang aku rasakan.

"Oh, jadi kau memang berjiwa seperti itu ya. Keren juga sih, aku juga ingin menjadi orang kaya. Sungguh aku benar-benar serius," ucapnya dengan penuh semangat. Kedua matanya terbuka lebar.

"Kalau begitu lakukan pekerjaanmu dengan penuh semangat dong, kau pasti bisa menjadi orang kaya dan kau bisa membeli apa saja yang kau mau, hahaha ... " aku tertawa bersama Jihan dengan penuh bahagia.

Kami terus bercerita selama satu jam penuh. Dia tidak terlalu banyak bercerita tentang dirinya. Malah aku yang curhat kepadanya tentang semua yang aku rasa. Rasanya memang aneh. Aku yang baru saja berkenalan dengan dia. Tiba-tiba bisa merasakan nyaman untuk bercerita.

Jujur saja, Jihan adalah gadis pendengar yang baik. Dia mau mendengarkan apa yang aku ceritakan. Meski itu sangat tidak berguna mungkin. Aku juga senang sekali bisa terus melihat senyum gadis manis dengan hidung bangkit dan bibir tipis ini dan kedua mata coklatnya meneduhkan setiap pandangan yang memandangnya. Jihan adalah gadis yang unik. Aku sangat ingin mengenalnya lebih jauh lagi. Semoga saja pertemuan aku dan Jihan tidak sampai di depan danau saja. Semoga aku dan Jihan bisa bertemu di depan laut, gunung atau jalanan, pantai dan semua yang ada di dunia ini.

Mengapa rasanya aku merasa hidup dengan kehidupan yang berbeda. Ya aku merasakan seperti sedang di atas awan setiap kali melihat wajah Jihan. Rasa yang aneh serta berwarna sangat membuat jiwa ini lebih hidup. Andai Jihan bisa merasakan apa yang rasa. Aku pasti sangat beruntung akan hal itu.

"Apa yang kau sukai?" tanya Jihan dengan suara lembutnya.

"Hm, makanan atau musik atau apa? Kau tanya yang jelas dong," kataku cemberut. Jihan tertawa sebentar

"Oke baiklah, hm, makanan apa yang aku suka?"

"Aku suka makanan yang manis-manis. Apa saja, asal rasanya manis. Karena ketika lidahku merasakan manis aku bisa merasakan kenyaman dalam pikiranku. Ya begitulah," jawabku dengan melihat dari samping gadis bernama Jihan ini.

"Oh, berbeda ya denganku. Kalau aku lebih menyukai rasa pedas. Aku menyukai makanan pedas. Apapun itu. Bagiku makanan pedas bisa membuat aku bersemangat dalam keadaan apapun," jelas gadis berambut pirang bergelombang itu dengan penuh semangat.

"Kalau aku makan pedas. Perutku bisa langsung perih. Aku tidak tahu tapi itu memang benar terjadi padaku."

"Yah, kau tidak asik sekali. Padahal seru sekali kalau kita berdua bisa makan pedas bersama-sama. Itu akan membuat semangat yang sangat membara. Hahaha ... " Jihan tertawa lepas sambil membenarkan rambut panjangnya untuk di sembunyikan beberapa di belakang telinga.

"Kalau kau yang meminta aku pasti akan mau memakan makanan pedas bersamamu. Aku pasti akan sangat senang sekali kalau kita bisa bertemu lagi," ucapku dengan sedikit malu-malu tersenyum menunduk.

Jihan malah menyenggol lenganku dengan kasar.

"Kau 'kan temanku, kita bisa saja bertemu seminggu tiga kali," kata Jihan dengan kedua mata terbuka lebar.

Aku sangat senang mendengarkan itu. Itu artinya juga ingin bertemu lagi denganku.

"Oke baiklah, aku janji akan makan pedas denganmu. Tapi aku tidak janji untuk menghabiskan makanan pedasku ya?" seruku melihat wajahnya.

"Ya kau tenang saja soal itu," kata Jihan dengan tegas.

Kami berdua menikmati lagi sekeliling danau yang begitu sejuk. Hawa pagi yang sangat menyegarkan tubuh dan sinar matahari yang menghangatkan sangat enak bagiku. Rumput yang hijau kusentuh dengan lembut. Rasanya benar-benar menyenangkan duduk di atas rumput seperti ini tanpa alas. Aku merasa berada di rumah bersama seorang yang aku sayangi. Jihan, ya gadis itu. Aku mempunyai rasa sayang untuknya.

"Lalu, tempat apa yang kau sukai, Aslan?" tanya Jihan dengan menyipitkan kedua alisnya di depanku.

"Kau penasaran sekali, ya?"

"Ya kalau aku tanya itu berarti aku memang penasaran saja," kata Jihan berusaha membela diri.

"Oke, aku akan menjawabnya," ucapku lalu sejenak terdiam melihat danau yang luas.

"Aku menyukai tempat dimana ada orang yang aku sukai. Artinya aku menyukai tempat apa saja jika orang yang aku sukai berada di sampingku," jawabku dengan jelas.

"Jawabanku sangat tidak terpikirkan olehku. Aku kira kau menyukai club malam atau pantai dengan banyak wanita mungkin," kata Jihan sedikit tertawa.

"Hm, aku bukan orang seperti itu," seruku memalingkan muka.

"Jawaban aku sangat jujur. Aku menang menyukai tempat apapun asal dengan orang yang aku sukai," jelasku lebih detail.

"Jadi kalau tidak orang yang kau sukai dimana kau berada. Kau tidak menyukai tempat itu? Misalnya orang yang kau sayangi sudah tidak ada di dunia ini. Itu berarti kau tidak suka dengan bumi?"

"Ya bukan seperti itu juga. Tentu saja aku akan bahagia karena aku akan selalu mendoakan dia disana," ucapku dengan sederhana.

Jihan mengangguk seolah memikirkan sesuatu. Aku tidak tahu apa. Tapi yang jelas. Gadis dengan rambut panjang tanpa poni itu sedang memandang danau dengan kedua tangan menyentuh ke belakang dengan rumput yang hijau. Aku sangat menyukai kalau dia sedang diam seperti itu. Diam saja sudah manis sekali seperti itu. Ya Tuhan aku benar-benar menyayangi dirinya.

avataravatar
Next chapter