webnovel

Tatapan itu...

Baik Rafan, Kris dan kedua wanita yang menjadi teman Sandrina itu terdiam di tempat dengan wajah melongo menatap wanita yang baru saja mengenalkan Rafan sebagai calon suaminya, Radit yang berdiri di hadapan Sandrina pun hanya diam dengan kening berkerit bingung.

"Rafan ? Anak Pak Nareswara, pengusaha terkenal itu ?" tanya wanita yang berdiri disamping Radit, yang di duga menjadi pasangannya malam ini.

"Hmmm… Buk…"

"Iya!" Selak Sandrina begitu Rafan ingin menyangkal, pria itu menatap Sandrina dengan tatapan perotes tapi gadis itu tetap acuh, malah semakin mengeratkan rangkulannya pada lengan Rafan, menaikan sedikit dagu kala ia memandang Radit dan wanita disebalahnya seolah bangga memamerkan Rafan sebagai pasangan.

Radit diam, namun sesaat kemudian dia tersenyum miring. "Oh oke, selamat kalau begitu" ucapnya sambil mengulurkan sebelah tangannya pada Sandrina. "Semoga lancar sampai hari H ya" lanjut Radit membuat Sandrina sedikit termenung memandang tangan Radit yang terulur.

Sandrina menatap mata Radit, tak ada raut wajah yang ingin dia lihat, pria itu justru tersenyum tanpa beban dan malah mengucapkan selamat lengkap dengan doa baik untuknya. Bukan ini yang aku harapkan, aku berniat pamer agar aku melihat raut kecewa pria itu karena telah berani mencampakkanku, bukan malah senyuman bahagia begini.

Tapi Radit tetaplah cowok brengsek, mau bagaimanapun dia tidak akan punya rasa bersalah sama sekali walau sudah melukai hatiku. "Thanks, semoga lo juga ya… Berhenti mainin hati cewek dan serius dengan hubungan" ucap Sandrina dengan sorot mata tajam dan senyum miring penuh makna.

Cukup lama Radit dan Sandrina saling menatap sampai tangan Radit di tarik paksa oleh sang kekasih baru agar segera melepaskan genggaman mereka. "Bagaimanapun sekarang Radit udah jadian sama gue, jadi tolong jangan ganggu hubungan kami!" ucap sang gadis dengan nada penuh peringatan dan tatapan tajam pada Sandrina, Dia langsung menarik tangan Radit, keduanya pergi begitu saja dari hadapan mereka.

Gadis itu terus memandang punggung Radit yang semakin menjauh tanpa melepaskan lengan Rafan, tatapannya begitu sendu dengan kantung mata yang sedikit menggembung, mungkin Sandrina masih merasakan sakit hati, masih merasakan luka yang di tinggalkan Radit pada hatinya.

Tapi tentu saja itu bukan urusan Rafan, pria itu juga sepertinya tidak mau tau soal itu terbukti Rafan langsung menepis tangan Sandrina yang melingkar di lengannya. "Sejak kapan ya saya setuju jadi calon suami Anda ? Lagian, kapan kita tunangan ?" tanya Rafan dengan wajah sedatar papan, raut dingin tanpa senyum memandang Sandrina dengan tatapan dingin.

Kris sedikit melangkah maju untuk mendekat, dia tersenyum penuh makna, sementara Sandrina tampak kikuk dan canggung, gadis itu tersenyum bodoh sambil sesekali melirik Hellen dan Dea yang berdiri tak jauh dari tempatnya.

"Hmmmm… Sorry" cicit Sandrina sambil tertunduk malu, membuat suaranya semakin tak terdengar, tapi Rafan terus saja menatap dia seolah sedang menguliti tubuhnya sampai ke tulang-tulang membuat gadis itu semakin enggan membalas tatapan Rafan.

"Udahlah Fan, bukan masalah besar. Santai ajalah" sahut Kris seolah menjadi penengah diantara Rafan dan Sandrina.

Hellen maju mendekat, dia seperti tidak terima temannya di perlakukan seperti itu. "Lagian kalian kan memang di jodohkan, gak usah sok nyangkal gitulah, lagian bener tuh kata teman lo… Masalah sepele, gak usah di besar-besarin" sahutnya sewot yang langsung menarik lengan Sandrina agar berdiri disampingnya dan tidak perlu merasa takut.

"Udahlah Raf, gak enak kalau di liat orang kita ribut-ribut" bisik Kris sekali lagi menenangkan Rafan untuk tidak perlu tersulut emosi, tapi Rafan masih saja menatap dingin dan sinis.

Rafan mengusap tengkuknya, mengusap lengannya yang tadi menjadi tempat sandaran untuk Sandrina, seolah ada kuman dan kotor sekali sampai Rafan harus membersihkannya tepat di hadapan Sandrina lalu memutar tubuhnya untuk melanjutkan langkah diikuti Kris, meninggalkan Sandrina dam kedua temannya.

"Sok ganteng banget naj*s!" ucap Hellen dengan nada tersungut emosi menatap punggung Rafan yang menjauh. "Belagu banget!" sambungnya.

Dea yang sedari tadi diam itu malah menunjukkan ekspresi yang bahagia, senyuman manis dengan mata yang terus menatap pungggung lebar milik Rafan. "Emang ganteng kok" gumamnya dengan sneyum yang semakin mengembang.

"Ishh! Gimana si lo Dea malah muji dia ganteng!" sungut Hellen yang langsung menabok pelan pipi kanan Dea, berharap dia kembali sadar.

Sementara Sandrina diam seribu bahasa dengan tatapan penuh makna yang juga tertuju pada punggung bidang Rafan yang semakin menjauh.

Dibadingkan Radit yang mencampakkannya, entah kenapa tatapan sinis dan diamnya Rafan membuat lebih tersinggung, seumur hidup aku tidak pernah melihat tatapan yang sebegitunya meremehkanku, aku bagai debu yang harus di singkirkan, bahkan aku merasa Rafan begitu jijik dan jengah saat menatapku, lebih dari tersinggung, aku merasa seperti manusia yang tidak punya harga diri di matanya. Semua ini karena si brengsek Radit, aku tidak mau sampai jatuh pamor karena kalang saing, tapi gara-gara itu aku sampai mendapat tatapan menyebalkan, bahkan bodohnya aku sampai tidak bisa mengangkat kepalaku untuk membalas tatapan Rafan tadi.

Sialan! Lo pikir lo siapa Rafan ? Berani-beraninya mengganggap remeh Sandrina, lihat saja nanti, Gua pasti akan balas semua kejadian saat ini!

Sementara itu Rafan dan Kris baru saja masuk kedalam ruangan yang menjadi tempat utama di gelarnya acara malam ini, tempat yang luas mirip seperti ballroom hotel, hanya saja ini di desain seperti klub dengan pencahayaan yang minim, di tengah-tengah terdapat panggung besar dengan suara musik keras yang memekan telinga.

Vano menyambut kedatangan Rafan dan Kris, dia mengajak kedua temannya itu untuk bergabung di tempatnya, mereka duduk di sebuah sofa yang di tengah-tengah terdapat meja kecil, disana sudah duduk beberapa pria lengkap dengan pasangan mereka.

"Kenalin, ini Rafan, ini Kris, orang yang gua bilang bakal join hari ini, gak apa-apa kan gua undang mereka malam ini di acara lo ?" ucap Vano dengan seorang lelaki tampan yang mungkin menjadi pemilik acara malam ini.

Pria tampan itu mengangkat sebelah tangannya membentuk simbol 'OK' tanda dia tidak masalah. "Santai aja lagi" sahutnya lalu berdiri dari duduk dan langsung mengulurkan tangannya kepada Rafan terlebih dahulu. "Gua Ramos, suatu kehormatan pesta gua di datengin sama pengusaha muda sukses tahun ini, thanks udah mau datang" ucap Ramos yang begitu welcome menyambut kedatangan Rafan.

"Gua Rafan, harusnya gua yang makasih karena di perbolehkan gabung" sahut Rafan yang menjabat uluran tangan Ramos.

"Ah santai ajalah, yaudah silahkan duduk… Have fun datang kesini, pesan apapun yang lo suka"

"Lah sama gua belum kenalan" Kris menyahut yang membuat Ramos tertawa. "Gua udah kenal kalo sama lo mah, tiap hari juga ketemu di kantor mulu" jawab Ramos.

Ketiganya kembali duduk, menikmati penampilan dari berbagai penyanyi dan DJ terkenal yang sudah sengaja Ramos undang sebagai pengisi pestanya malam ini.

"Lo berdua kenapa lama banget si ? katanya udah sampai, tapi gua tungguin lama banget anjir, gua kira nyasar" tanya Vano pada Rafan yang kini duduk di sebelahnya.

"Ck! Gak usah di bahas lah yang penting gua udah disini" Rafan menjawab dengan suara dan wajah yang terkesan malas, bahkan tidak menatap Vano sama sekali.

"Van, gak ada cewek baru yang bisa di kenalin ke gue ?" Kris menyahut yang juga duduk di sebelah Vano, pria itu berada di tengah Rafan dan Kris.

"Ada yang lo suka gak ? Kalo ada bilang gua, nanti gua kenalin"

"Asik! Yang beginih nih yang gua suka"

Vano tersenyum sipul, matanya melirik pada Rafan yang tetap cuek lalu menyikut lengannya. "Lo juga, ada cewek yang lo suka gak ? atau mau gua bawain aja langsung kesini buat nemenin lo ?"

Rafan hanya menggeleng tanpa gairah. "Gak usah mulai lo ya, gua disini mau nikmatin acara bukan mau cari cewek!" tegas Rafan yang langsung membuat Vano terbahak.

Baru beberapa menit Rafan menikmati alunan musik dengan segelas jus jeruk, pria itu kembali menegang kala wanita yang tadi mencari masalah kembali hadir di hadapannya.

"Ramos, Happy Brithday"

Sandrina, Dea dan Hellen, ketiga wanita itu kembali datang dan berhasil membuat Rafan terganggu dan Kris sampai memuncratkan winenya karena sangking kagetnya melihat ketiga wanita itu.

"Lah! Lo lagi !?"

"Lo kan…!"

Kris dan Hellen saling menujuk dengan tatapan melebar, sementara Rafan langsung menghelah nafas dengan punggung yang merosot mundur menyender pada sofa.

'Sialan!' batin Rafan bersuara.

Next chapter