webnovel

Malam pertama Vs Malam neraka

Om I Love you.

Faisal tidak menyangka dapat menatap gadis kecil manja yang biasa dipanggilnya adek kini telah dinikahinya dan sah menjadi istrinya secara hukum dan agama. Mereka menikah hanya karena permintaan konyol dari kedua orang tua mereka yang didasari perjodohan bukan cinta.

Hal yang sama pun yang dipikirkan Amelia. Gadis polos yang heboh itu tidak menyangka akan menikah dengan Faisal yang seharusnya ia panggil Om. Namun, lihat? Kini, mereka telah menikah bahkan berada di dalam kamar yang sama. Bukankah itu gila?

Kedua pasangan yang terpaut usia hampir tujuh belas tahun kini sedang frustrasi di dalam kamar pengantin bernuansa putih. Yang wanita sedang tidur berserakan di atas ranjang dan yang lelaki sedang duduk di sofa sambil memijat kepalanya yang terasa sakit.

Walaupun tidak memiliki hubungan darah, keduanya telah mengenal cukup lama bahkan sejak kecil saja. Hal itu dikarenakan kedua orang tua mereka berteman dan membuat mereka berakhir sebagai pengantin seperti ini.

"Mel, geser dong! Abang mau tidur." Faisal beranjak dari sofa lalu menggoyang tubuh Amelia yang tidur sesukanya di atas ranjang.

Lelaki itu sudah capek dan bosan menatap Amelia. Sekeras apa pun Faisal berpikir, yang bersamanya di dalam kamar pengantin ini tetaplah Amelia—anak kecil yang selalu memanggilnya om-om.

"Dek, Abang mau tidur!!" Faisal menggoyang tubuh Amelia lagi. Kali ini semakin keras.

"Abang!! Abang!!" tiba-tiba saja Amelia bangun lalu marah-marah. Faisal pikir gadis kecil ini sudah tidur namun nyatanya tidak.

"Kamu tuh Om-om bukan Abang-abang tahu gak? Hobi banget sih bilang Abang terus!! Aku kan gak suka!! Kamu kan sudah tua!!" tukas Amelia dengan wajah polosnya itu seraya menunjuk-nunjuk muka Faisal.

"Yah sudah, Om mau tidur! Puas kamu?" tukas Faisal ketus.

"Ehh.., enak aja!! Om ngak bisa tidur disini!!" Amelia merentangkan kedua tangannya, menutup kemungkinan jika Faisal naik ke atas ranjang.

Gadis itu tidak mau tidur bersama Faisal di atas ranjang. Masuk di dalam kamar dan berduaan saja sudah hampir membuat Amelia yang polos dan lugu menggila. Dan kini tidur? Berduaan? Bisa benar-benar gila Amelia.

"Kok gak bisa? Aku ngantuk Dek?" Faisal semakin bingung. Lelaki dingin dan tidak pekaan itu terlihat frustrasi dengan sikap kekanak-kanakan Amelia.

"Dek dak dek dak? Nama aku Amelia, Amelia Om!! Jangan panggil Adek-adek terus Om, aku jijik!!" Amelia masih bersikukuh dengan pendiriannya.

"Ya udah, Mel. Om tidur sekarang yah?" Faisal dengan nada lembutnya membujuk Amelia. Ia pikir gadis kecil dihadapannya akan luluh dengan suara lembutnya.

"Ngak!! Sekali ngak tetap ngak yah!! Om tidur di sofa saja. Jangan disini!!" Amelia menunjuk sofa di sudut kamar lalu menepuk-nepuk king bed size yang dihias dengan mawar merah.

"Ini juga apaan!!" Amelia kembali mengomel kala tangannya meraih beberapa kelopak mawar. Dengan cepat dibuangnya kelopak mawar merah itu ke atas lantai.

Melihat Amelia yang terus mengomel membuat Faisal menahan tawa. Bagaimana juga Amelia tidak cocok marah karena wajahnya yang polos dan lugu itu sangat berbanding terbalik dengan sikapnya yang heboh dan petakilan.

"Pokoknya, Om gak boleh tidur disini! Titik!!!" ketus Amelia lalu merebahkan kembali tubuhnya di atas ranjang. Gadis itu kembali ke posisi semula. Tidur telentang dengan berserakan sesuka hatinya.

Huhhh...

Faisal hanya mampu menghembuskan napas kasar. Ia lagi-lagi harus mengalah dengan Amelia. Gadis kecil itu sangat keras kepala dan tidak bisa ia kasari.

Pikirnya malam pertama ia bisa tidur dengan tenang malahan ia merasa bermalam di neraka bersama anak kecil yang keras kepala. Faisal juga tidak akan mungkin memarahi Amelia. Dia adalah lelaki yang lembut dan sabar walau terkesan dingin. Dia juga tidak mungkin menurunkan derajatnya karena perkara tempat tidur saja. Apalagi Amelia yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Dan masalahnya saat ini adalah gadis kecil itu telah menjadi istrinya yang sah.

Huh...

Faisal kembali menarik napas dalam-dalam usai menyandarkan tubuhnya di kursi taman belakang. Saat seperti ini, Faisal hanya butuh udara dingin yang bisa menetralkan isi di kepalanya.

"Ternyata ekspetasi ku benar! Menikah dengan anak kecil dua kali lipat lebih sulit daripada menikah dengan orang dewasa. Dan setelah hari ini terlewati, aku harus lebih banyak sabar." gumam Faisal sembari memijit keningnya.

"Dan..., ternyata istri kecilku selain tukang marah, ia juga galak." Keluh Faisal dengan suara lirih.

***

Amelia bangun dari atas ranjang seraya menyipitkan matanya ia melirik sekeliling ruangan. Gadis itu harus memastikan bahwa Faisal telah benar-benar pergi dari kamar mereka. Setelah melihat sekeliling dan memastikan keberadaan Faisal yang sudah tak terlihat, Amelia segera melompat dari atas ranjang lalu mengunci pintu kamarnya.

Klek...

Pintu telah terkunci, Amelia akhirnya bisa mengambil napas lega setelah ini. Perlahan gadis itu melangkah dengan langkah kecil menuju tepi ranjang dan duduk disana. Ponsel yang diletakan di bawah bantal diraihnya lalu mulai menguluri nama kontak di log panggilan.

Gadis itu menghentikan jemarinya di atas layar gawai ketika melihat nama "Mama" terpampang di layar pipihnya. Segera Amelia menelepon mamanya dan berlari masuk ke dalam kamar mandi kala nada sambungan masih berbunyi.

"Hallo?" Suara Maura-mama Amelia menyahut dari seberang sana ketika mendapat panggilan dari putri tunggalnya. Nada suara berubah menjadi tanda tanya saat wanita paruh baya itu bersuara. Pasalnya, Maura heran dengan anaknya yang meneleponnya pada malam pertama putrinya.

"Ma!!! Mama dan Papa gimana sih!! Katanya setelah nikah Amelia bakal tinggal di rumah tapi kok dibawa kesini?" kata Amelia dengan nada cepat. Kali ini dia harus mengomeli mamanya yamg telah ketahuan berbohong kepadanya.

"Amelia..., kamu kok gitu sih Nak? Dimana-mana, wajib kalau istri diboyong sama suami ke rumahnya setelah nikah. Jangan gitu deh ah!! Kamu kan sudah janji sama Mama sama Papa? Kamu mau, Papa tarik kembali perjanjian kita?" Maura menasihati anaknya sekaligus mengancam putrinya.

"Yah ngak mau lah Ma." Amelia dengan bibir dimonyongkan setengah senti.

"Ya sudah. Sekarang kamu dengar Mama. Tinggal disana yang baik, jadi istri baik, pelajari cara menjadi istri yang baik dan berperilaku sopan sama suami kamu. Dan kalau ada yang gak tahu, kasih tahu Mama. Nak Faisal itu anak yang baik jadi kamu gak boleh jahili dia yah?" Mura menasihati putrinya.

"Terus kontrakan kamu, Mama sudah ambil semua depositonya dan sudah Mama simpan uangnya di rekening kamu. Jadi besok kamu kesana ambil barang-barang kamu mumpung masih libur semester." Maura mengingatkan putrinya lagi.

"Iya Ma." Amelia dengan nada tak ikhlas.

"Kamu mau ngomong sama Papa?" Maura bertanya. Ia tahu anaknya selalu luluh dan menurut dengan suaminya.

"Ngak ah Ma. Aku lagi malas." jawab Amelia. Gadis berusia sembilan belas tahun itu harus menolak tawaran Mamanya padahal ia ingin sekali berbicara dengan Papanya.

"Ya sudah, kamu istirahat yah sudah larut juga soalnya. Nanti kapan-kapan kesini yah, tengok Mama sama Papa." kata Maura.

"Iya Ma."

"Ohya satu lagi. Ingat!! Kamu sudah jadi istri orang jadi besok jangan kesiangan bangunnya. Kamu harus masak dan bersih-bersih rumah." Maura kembali mengingatkan putrinya.

"Hmmm." Amelia hanya berdehem.

"Ya sudah sayang. Selamat malam dan selamat tidur." Sapa Maura sebelum mengakhiri panggilan dari anaknya.

Setelah mematikan sambungan telepon, Amelia segera keluar dari kamar mandi. Gadis itu terus melangkah menuju balkon lalu duduk di sebuah kursi santai.

Pandangannya tertuju pada langit-langit malam yang gelap tanpa bintang. Gadis itu membatin kala melihat langit.

"Apakah aku terlihat begitu menyedihkan?" gumam Amelia.

Drty drtt drt..

Tak lama kemudian perhatian gadis itu teralihkan lagi oleh benda pipih di genggamannya. Terlihat spam chat dari sahabatnya yang masuk tak henti-henti di dalam WA gadis itu usai mode penerbangan di non-aktifkannya.

Dea : Amelia kamu gak WA aku juga? Sombong banget sih.

Dea : Amelia kamu gak apa-apa kan?

Dea : Kok pesan-pesan aku gak dibalas terus?

Dea : Amelia, hello Amelia?? Kamu lihat gak pesan aku?"

Dea : Amelia, kalau kamu gak balas pesan aku kali ini, aku bakal lapor ke polisi kalau kamu ngak balas pesan—pesan aku!!

Dea : Aku ada gosip loh Mel. Gosipnya masih hangat kaya pisang goreng di kantin kampus. Mau dengar gak?? Mau pastikan? Ayo balas chat aku. Sekarang juga!!

Melihat pesan-pesan Dea—sahabatnya membuat Amelia kembali menarik napas.

"Disaat sepeti ini kamu masih bisa melucu yah Dea?" gumam Amelia saat melihat pesan terakhir dari Dea yang masuk di layar handphonenya. Tampak sadar, sudut bibirnya terangkat. Gadis itu kembali tersenyum setelah sekian lama wajahnya menegang karena frustrasi dengan pernikahannya di usia yang masih sangat muda.

Bersambung...

Next chapter