1 Chapter 1 - Putus Tapi Tidak Menangis

"Demico! Jadi ini yang kau lakukan di belakangku?" teriakku pada Demico. Ia terlihat syok dan belum meresponku.

Napasku terengah-engah karena melihat secara langsung apa yang ia perbuat dengan wanita yang bahkan tak kukenal. "Sebenarnya teman-temanku sering membicarakan perbuatan burukmu. Dan sekarang, kau membuktikannya secara tidak langsung kepadaku!" tambahku saat aku masih di depan pintu apartemennya yang kubuka dengan paksa. Adegan tidak senonoh itu terlihat dengan kedua mataku. Sangat jelas.

Demico segera berdiri dan meraih tanganku. Tapi aku langsung menepisnya dengan wajah menjijikan dariku. "Jangan sentuh aku!" Aku berteriak lagi.

"Mayleen... dengarkan aku!"

"Berhenti! Kita putus!" Aku segera pergi dari apartemen Demico dengan cepat.

Aku sedih tapi anehnya aku tidak menangis. Ada perasaan dendam, benci, dan jijik yang menjadi satu dalam perasaanku. Tapi untuk menangis, tidak peduli berapa kali aku ingin, aku tetap tidak bisa.

Demico, pria yang kukencani selama dua tahun terakhir. Dia tampan, baik, dan yah, aku tidak heran begitu banyak wanita yang mengejarnya dan menyukainya.

Namun akhir-akhir ini, aku memang sering mendengar beberapa temanku mengatakan bahwa Demico berkencan dengan wanita lain. Dan, setiap kali mereka bertemu, wanita itu selalu berbeda.

Kepalaku terasa pusing. Sejujurnya, tidak mungkin aku tidak memikirkan hal ini. Malu pada temanku, tentu saja. Bagaimana tidak? Mereka memberi tahuku, tetapi aku mengabaikannya dengan mengatakan bahwa aku tahu bagaimana Demico. Dan sekarang, kebenaran terbukti dengan mata kepalaku melihat sendiri.

Sial! Aku butuh Hendrick sekarang. Hanya dia yang bisa mendengar ocehanku tentang Demico. Aku segera memesan taksi ke rumah Hendrick setelah aku memberi tahu pengemudi alamatnya.

Tidak butuh waktu lama, karena apartemen Demico dan rumah Hendrick sangat dekat, aku pun sampai. Akubberuntung Hendrick ada di rumah karena mobilnya terparkir di halaman rumahnya.

Aku langsung masuk ke rumah Hendrick seperti biasa. Dan... "Oh! Maaf, maaf ... Lanjutkan saja!" Kataku saat melihat Hendrick bersama kekasihnya, Sera, mereka berdua sedang berciuman. Sepertinya mereka akan bercinta dan aku menyela mereka tepat saat aku melihat Sera sudah berada di pangkuan Hendrick tanpa mengenakan pakaiannya.

Aku langsung keluar dari rumah Hendrick dan menunggu di teras. Hari ini aku sangat kurang beruntung! Aku baru saja melihat kekasihku dengan wanita lain dan sekarang sahabatku dengan kekasihnya yang membuatku tiba-tiba ... merasa cemburu?

Tidak! Tidak ada kecemburuan. Perasaan itu sudah lama hilang. Tidak mungkin aku cemburu melihat Hendrick bersama Sera.

"Mayleen?" Suara Hendrick terdengar saat dia keluar tanpa baju. Sesaat aku mengagumi tubuh atletisnya, tapi untuk saat lain aku langsung menggelengkan kepala.

"Haruskah aku kembali ke rumah?" Tanyaku kepadanya.

"Sera yang akan pulang. Jadi tunggu di sini sebentar, dia akan keluar," kata Hendrick.

Aku merasa bersalah karena Sera terlihat sedang nafsu-nafsunya saat aku melihatnya tadi. Dan aku selalu menjadi prioritas Hendrick ketika mereka sedang seperti tadi. Seperti biasa.

Hanya saja suasananya berbeda sekarang. Aku putus dengan Demico dan melihat Hendrick dengan Sera, dan itulah yang seolah menunjukkan kecemburuanku.

Sera keluar dengan crop top dan tas punggungnya. Dia menatapku dengan senyum yang berbeda kali ini. Aku hanya melambaikan tangan dan dia pergi dengan mobilnya yang dia parkir terlalu jauh sehingga aku tidak menyadarinya sebelumnya.

Lalu aku melihat isyarat Hendrick menyuruhku agar masuk. Hendrick menutup pintu dan aku memeluknya seperti biasa. Tubuhnya benar-benar tertinggal bau Sera. Aku secara refleks melepasnya dan mengeluarkan parfum dari tasku. Lalu saya semprotkan ke tubuh Hendrick.

"Woah! Apa ini, Mayleen?" tanya Hendrick berusaha menghindar.

"Aku tidak suka mencium aroma tubuh wanita lain," jawabku.

"Hei! Kau bahkan sudah terbiasa dengan bau tubuhku yang tertinggal oleh bau tubuh Sera."

Aku segera menutupi bibirnya dan memeluk Hendrick kembali. Lalu aku merasa santai di pelukannya. "Aku baru saja putus dengan Demico," kataku mengadu.

Hendrick hanya diam dan membalas pelukanku. Pelukan sahabatku ini adalah yang paling nyaman. Masih sama seperti dulu walaupun sudah punya kekasih.

"Itu bagus. Lagi pula, tidak bersama Demico tidak terlalu buruk."

"Apakah aku membuat keputusan yang tepat?"

"Iya, tepat sekali."

Kemudian aku menyadari bahwa Hendrick tidak tahu alasan mengapa saya memutuskan Demico. Aku melepaskan pelukannha dan bertanya, "kenapa kamu tidak bertanya kenapa aku putus dengannya?"

Hendrick mengangkat bahu. "Apa lagi selain berkencan dan tidur dengan wanita yang berbeda?"

Aku memutar mataku. Astaga! Aku tidak percaya Hendrick tahu itu. "Sejak kapan kau tahu?"

Aku tahu sekarang wajahku berubah marah. Sahabatku tahu dan aku tidak aku tidak diberitahu olehnha? Bukankah ini namanya keterlaluan?

"Mayleen, jangan marah dulu. Aku punya alasan kenapa aku tidak memberitahumu. Kamu pasti tidak akan percaya dan memilih untuk tetap percaya pada kekasih brengsekmu itu," jelasnya.

Hendrick tahu aku marah jadi ia langsung menjelaskan. Tapi aku terkejut karena ia adalah orang yang paling dekat denganku. Sahabat terbaikku sejak kecil. "Kau tahu aku akan memercayaimu, Hendrick."

"Ya, itu benar. Tapi kau akan lebih percaya jika kamu melihatnya sendiri, Mayleen."

***

Aku marah dan kesal dengan Hendrick. Jadi setelah pertengkaran itu, aku pulang ke rumah meskipun Hendrick terus mengejarku dan bersikeras untuk mengantarku pulang. Di jalan, dia bahkan mengajakku untuk bercanda, tapi aku tidak menanggapinya. Aku benci kebohongan. Meskipun aku akan percaya jika Hendrick mengatakannya terlebih dahulu.

"Apa kamu mau kuajak ke kedai cokelat malam ini?" tanya Hendrick mencoba membujukku.

"Aku tidak mau."

"Kau yakin? Kudengar ada toko es krim cokelat yang baru saja buka di dekat rumahku." Hendrick masih menggodaku dan aku merasa kalah.

"Ah, baiklah! Nanti malam jemput aku!" Aku mengerang saat aku turun dari mobil dan berlari ke dalam rumah.

Ini aneh! Bagaimana bisa aku tidak sedih seperti wanita lain yang ketika mereka putus dengan pacarnya, akan menangis? Ini bukan aku sekali! Bahkan aku merasakan perasaan untuk Hendrick lagi. Perasaan itu kembali muncul.

"Mayleen, ada Demico di luar, apakah kamu ingin menemuinya?" Mom memberitahuku.

"Tidak, Mom. Suruh dia pergi. Aku sudah putus dengannya."

"Apa kamu serius? Apa yang dia lakukan padamu, Sayangku?" Mom bertanya dengan prihatin.

Aku tidak ingin Mom tahu masalahku. Jadi aku memilih untuk tidak mengatakan alasannya dan akhirnya, aku menemui Demico.

Aku berdecak dan menatapnya dari kejauhan. Aku memasukkan tanganku ke dalam saku hoodieku. Demico menatapku dengan wajah dan matanya yang bersalah.

"Maaf. Setidaknya beri aku kesempatan untuk menjelaskan," pintanya.

"Lanjutkan." Aku tidak ingin membuang waktu untuk orang ini. Meski aku masih menyimpan perasaan padanya, bukan berarti aku lemah dan ingin kembali bersamanya

"Aku cemburu," kata Demico.

"Cemburu pada apa?" Kali ini aku tidak mengerti apa yang membuatnya cemburu. Aku bahkan tidak punya kekasih selain dirinya.

"Kau selalu bersama Hendrick. Kau menghabiskan lebih banyak waktu dengannya daripada aku. Kau lebih suka bersamanya dalam segala hal," jelas Demico.

Sekarang aku merasa akulah yang bersalah disini. Sangat lucu. Dan jika dia cemburu, dia tidak perlu berhubungan seks dengan wanita lain. Aku bahkan tidak pernah melakukan apapun pada Hendrick. Setidaknya saat masih bersama Demico.

"Kau sudah selesai?" tanyaku.

"Dan kau selalu sibuk dengan pekerjaanmu, Mayleen," tambahnya.

Aku menjadi frustrasi. Demico benar-benar menyalahkanku. Dia ingin menjadikanku orang yang paling bersalah di sini.

"Kalau sudah selesai, pulanglah. Aku tidak butuh penjelasanmu lebih lanjut."

Aku menutup pintu dan kembali ke kamar mengunci diri di dalam. Perasaan marah itu bertahan cukup lama dalam diriku. Seharusnya aku menamparnya saja. Tapi aku masih memikirkan Mom yang mungkin tadi sedang menguping. Itu sebabnya aku tidak menjelaskan kesalahannya.

Dari jendela kamar, aku sudah bisa melihat Demico pergi. Aku menghela napas lega karena akhirnya urusanku dengannya berakhir meski aku tahu dia akan terus berusaha mengejarku.

Sebelum malam tiba, aku harus menyelesaikan kerjaanku. Aku sengaja membawa pulang pekerjaan kantorku karena terasa lebih efisien mengingat aku jarang keluar dan lebih berkonsentrasi. Sekarang aku sudah selesai dengan pekerjaanku dan aku tinggal menunggu Hendrick menjemputku untuk pergi ke kedai es krim yang ia katakan.

Haruskah aku berdandan cantik?

Mungkin ya. Sedikit mempercantik diri setelah putus cinta menurutku adalah langkah yang tepat untuk merawat diri dan mempersiapkan apa yang ada di masa depan.

"Mom, bagaimana penampilanku?" Aku meminta Mom untuk menilai penampilanku.

Aku mengenakan t-shirt putih dengan bagian belakang yang memanjang hingga ke punggung. T-shirt ini benar-benar membentuk tubuhku yang kecil dan aku bersyukur aku tidak memiliki tumpukan lemak. Untuk celana, akj memakai jeans biru. Akh suka penampilan ini.

"Kau cantik, Sayang. Mau kemana?" Mo. bertanya.

"Pergi dengan Hendrick, Mom."

Tiba-tiba, ada ketukan di pintu dan aku membukanya. Hendrick datang dan pakaiannya sepertinya cocok denganku. Ini benar-benar seolah kita terikat satu sama lain.

"Yah, lihat siapa yang datang!" seruku senang.

"Halo, Hendrick," sapa Mom.

"Hai, Zhu!"

Aku melihat Mom sedang memperhatikan kami berdua. Membuatku bersiap untuk hal-hal indah yang akan Mom katakan. "Yah, dari apa yang aku perhatikan, kalian berdua terlihat serasi," kata Mom menilai kami.

avataravatar
Next chapter