webnovel

i love you brengsek boy

Erlangga Dewantara, lelaki dengan sifat centilnya bertemu dengan Shinta Putri Adijaya, gadis yang bersifat polos. Shinta mencintai Erlangga, sedangkan Erlangga menyayangi Shinta sebatas rasa sayang kepada adiknya. Hal itu membuat Shinta sering merasa ditarik ulur oleh Erlangga. Hubungan mereka sebatas teman. Erlangga takut untuk memulai hubungan lebih, dia tidak yakin bisa mengimbangi rasa cinta Shinta atau justru sebaliknya. Shinta tetap bertahan pada garisnya. takdirnya adalah membuat Erlangga membalas cintanya. tidak perduli apa kata orang, dan bagaimana perlakuan Erlangga kepadanya. ★★★★★ bukan cerita ramayana yang berjalan sempurna ataupun kisah dilan milea yang berakhir bahagia. hanya sebuah cerita dua orang remaja yang sulit tertebak alurnya, entah akan bahagia ataupun berduka. ★★★★★ happy reading~

princessssta31 · Teen
Not enough ratings
9 Chs

ILY BB - 07

★aku benci berada difase ini, dimana kau selalu bertingkah seakan aku milikmu tapi kau bukan milikku★

bel pulang sudah berbunyi sekitar 45 menit yang lalu, SMA Starlight pun sudah sepi karena tidak ada yang melaksanakan ekstrakulikuler ataupun jam tambahan

"lo kapan balik nya sih astagfirullah! disini cuma tinggal kita berlima loh lang"

Sambil menyantap bungkus siomay yang keempat, Erlangga menjawab "dwiem. gwue lwagi gwalau nyap"

"udah makannya ya nak. sekarang kita pulang, besok kesini lagi" ucap Geovindra lagi, menarik tangan Erlangga dengan memasang tampang melas

"gamau, gamau, gamau Erlangga mau makan lagi aja. Erlangga masih galau ma!"

"nanti dicariin papa loh nak, ayo pulang. galau nya dirumah aja, nanti, kalau galau dirumah kan enak. bisa makan se kulkas kulkasnya" balas Geovindra. drama mode on

"Erlangga gak mau makan kulkas ma, Erlangga mau makan exmatorbildadung"

"exmatorbildadung teh naon? mama ora mudeng"

"experimen makan motor mobil dan gedung" jawab Erlangga santai

"buset, mau cosplay jadi rayap" celetuk Aliando heboh

"mah, ini papanya Erlangga bukan?" tanya Erlangga menunjuk Aliando. masih melanjutkan drama abstrud nya

Geovindra mengangguk. "kok muka nya hancur ma?! kok bisa gini? mama mukanya burik, papa mukanya burik. kok Erlangga bisa ganteng, kinclong, glowing?" komentar Erlangga dengan wajah shock

"jeduar! petir menyambar begitu kerasnya. seolah alam menandakan bahwa ini bencana. siapakah Erlangga sebenarnya? anak pungut ataukah anak dakjal? jangan kemana mana tetap di opera anak ganteng..." Adrian mengangkat kedua tangannya "EYA!!"

"dosa apa gue bisa temenan sama orang gak waras kaya kalian" Mario menatap datar keempat sahabatnya yang berjoget ria dengan Adrian sebagai vokalis nya

"aku suka body, goyang mama muda. mama muda, dadadadadada mama muda~"

"terus bang terus, gue mau goyang" celetuk Geovindra sambil jongkok

"kalian ngapain masih disini?" ucap Aina dari belakang mereka

Kayla menghampiri Geovindra yang masih asik bergoyang

plak~

"aduh sayang! kamu ngapain sih? panas punggung aku" rintih Geovindra menatap sebal kekasihnya itu

"kamu yang ngapain! jongkok sama goyang gitu. mau jadi jablay?!" ujar Kayla galak

"iyow, tadi minta disentuh sama Adri masa" balas Aliando memanasi, "kayanya pacar lo bukan cowok deh kay"

"ngawur!"

"kalian ngapain kesini?" tanya Mario kepada kelima gadis yang entah dari mana asal usulnya

"tadi habis beli barang bang, tapi mobil Kayla mogok pas waktu pulang. terus kita kesini karena males nunggu di bengkel. kalian ngapain masih disini?" jawab Shinta jujur

"ini nih gara gara doi lo gamau pulang. kalau gak gara gara daddy nya ngasih amanah biar nih bocah gak kelayapan, udah main PS gue" Aliando menatap Erlangga kesal, yang ditatap malah balik badmood. gini amat punya temen yang mood-nya berantakan

"iyow. mana daritadi cuma makan siomay gak bagi bagi, lo lihat nih. siomay 25 ribu dimakan sendiri" Geovindra menunjuk lima plastik bekas siomay yang tergeletak berantakan diatas rumput

Andara mendekati Erlangga, "ihhh kok makan banyak tapi dara gak dikasih sih?! ngeselin banget"

Erlangga mengangkat satu plastik siomay "nih tinggal satu bungkus. mau disuapin?" tawarnya dengan tatapan mesum

"mau mau, AAA~" Andara membuka mulutnya lebar-lebar sehingga matanya menyipit, "mana, katanya mau nyiapin"

"suapin lo?" Andara mengangguk, "ogah! gue mau balik. bay!"

"Erlangga anak dakjal! sini siomaynya, gue aja yang nyuapin" omel Vista berusaha mengambil satu plastik siomay dari tangan Erlangga

"lo mau apa?!"

"mana siomaynya lang!! kalau niatnya ngasih yang bener dong. tuh anaknya mau nangis" Vista melihat Andara yang memasang wajah melas

"beli sendiri elah, cuma 5 ribu juga"

"udah lang, kasih aja siomaynya, lo kan udah makan banyak. ikhlasin buat dara" ucap Adrian dengan nada lelah. iya, lelah menghadapi Erlangga!

"yaudah nih! dua tusuk tapi" Erlangga menyuapkan siomay ke mulut Andara setelah Andara mengangguk

"udah kan? sekarang kita pulang" ucap Mario datar

"kalian kalau mau pulang, pulang aja sama cowok cowok. gue nunggu mobil kay bener aja" ujar Aina pada keempat sahabatnya

Erlangga menarik tangan Aina "lo balik sama gue"

"Aina sama gue. lo sama adek gue. gue duluan" potong Mario langsung menarik tangan Aina menuju tempat dimana motornya berada

Geovindra membuka ponselnya sejenak "udah kan? gue sama Kayla mau balik sekarang"

"kok pulang sekarang? mobil aku gimana?"

"mama kamu udah nyariin, mobilnya nanti aku anter kerumah kamu" Geovindra merangkul bahu kekasihnya "pulang sekarang ya?"

Kayla mengangguk lalu pergi bersama Geovindra "i'am go home, good bayyy"

"bang Adrian" panggil Andara membuat Adrian menengok tanpa menjawab, "dara udah disuruh pulang bang Scott nih, anterin ya?"

"bentar" Adrian mendekati Shinta, "gue balik dulu. sampai rumah langsung mandi biar mandinya gak kemalaman" pesan Adrian tersenyum sambil mengacak rambut Shinta

"bang Adri juga"

"gue balik" pamit Adrian lalu pergi begitu saja bersama Andara

"gue juga balik lah" pamit Aliando mengikuti langkah Adrian, "Vista duluan ya Shinta. hati hati, Erlangga buas" ucap Vista mengejar langkah panjang Aliando

∆∆∆∆

"

beli seblak"

"ke cafe aja, gue gak doyan seblak"

"ish! kewarung seblak"

"GUE GA DOYAN SEBLAK NTA!" Erlangga pusing. sudah hampir setengah jam dia berkeliling ibu kota hanya karena rebutan tempat makan dengan Shinta

"gue juga gak doyan udang, tapi masih lo paksa makan udang"

Erlangga mengerem motornya saat lampu lalu lintas berwarna merah "kapan?"

"tadi pagi. mana udangnya gak enak lagi"

"gak enak ndhasmu! satu piring lo habisin sendiri masih bilang gak enak" ketus Erlangga merenggangkan otot lehernya

"porsinya kurang, jadi gak enak" balas Shinta sambil melihat lampu merah

"yaudah, mending kita sekarang beli udang. terus gue masakin satu baskom. gausah beli seblak"

"tapi gue pengen seblak" rengek Shinta dengan santainya memasukan kedua tangannya kedalam hoodie hitam Erlangga

"gue gak doyan seblak!"

"nanti lo beli nasi uduk aja. ada kok disamping warung  seblak langganan gue"

"ogah!"

"sabar mas, harus ngalah sama ceweknya. kan gak lucu kalau ceweknya nangis disini. nanti masnya juga loh yang malu" celetuk bapak bapak yang berhenti disamping Erlangga

"tuh dengerin! harus ngalah sama cewek!" omel Shinta menonyor kepala Erlangga dari belakang

"emang lo cewek gue?"

"ya bukanlah! yang penting kan gue cewek" balas Shinta merasa menang karena dibela bapak bapak tadi. "udah ayo beli seblak sekarang. jalannya belok kiri, jadi gak usah nunggu lampunya ijo"

Erlangga menatap wajah Shinta dari spion dengan perasaan sebal, "kenapa gak bilang dari tadi kalau belok kiri?! buat apa nunggu seabad kalau akhirnya belok kiri?!"

"lah lo kan gak mau beli seblak"

"tapi kan jalan kerumah lo itu belok kiri nona Adijaya!!!!"

Shinta menggaruk dahinya, "namanya juga orang blank"

Erlangga tak mengindahkan ocehan Shinta. dia berpamitan kepada bapak bapak tadi lalu menancap gas menuju tempat yang dimaksud Shinta. "saya duluan pak"

"dasar anak muda jaman sekarang. pacaran nya aja berantem terus, gimana kalau udah nikah"

∆∆∆

"bang, tambah 1 lagi"

Erlangga memandang ngeri 2 mangkok seblak milik Shinta yang sudah tandas, "perut lo gak begah apa?"

"kenapa emangnya?"

"lo udah habis dua mangkok, masih mau nambah? gila kali"

"makasih bang" Shinta mengambil mangkok seblak nya dengan mata berbinar lalu kembali menatap Erlangga, "sama kaya lo yang jadiin udang sebagai makanan pokok. seblak itu makanan pokok gue"

Shinta tersenyum jahil sambil mengarahkan satu suap seblak kearah Erlangga, "daripada lo cuma ngomel dari tadi, mending rasain rasanya dulu. buka mulut lo, AAAAA~"

"gak minat gue. makan sendiri aja"

"satu suap aja yaaaaa" Shinta mengeluarkan puppy eyes nya, masih berusaha menyodorkan sendok ke mulut Erlangga

"yaudah satu suap aja. terus lo habisin seblak nya, kita pulang"

Shinta mengangguk semangat sehingga cepolan rambutnya lepas, "buka mulutmu Erlangga. pesawat datang"

Erlangga memakan seblak dari suapan Shinta dengan perasaan was-was. pasti perutnya akan mules nanti, orang gak doyan pedes lo kasih seblak

"udah kan? sekarang habisin seblak nya, terus kita pulang"

Shinta mengangguk. saat sedang menunduk untuk memakan seblak nya, tiba tiba Erlangga menahan kepalanya sambil berdiri dan mengambil bangkunya

"apasih er?" heran Shinta ikut berdiri, matanya mengikuti langkah Erlangga yang berjalan kebelakang

"duduk nta, kalo lo berdiri ribet" Erlangga mendorong kedua pundak Shinta kebawah lalu duduk di bangku yang tadi dia bawa dan menyatukan semua rambut Shinta menjadi bentuk kepangan, "gue kepangin rambut lo, biar rambut lo gak masuk ke mangkok"

Shinta mengangguk sambil memakan seblak nya, "emang lo bisa ngepang rambut? gue aja gak tau caranya"

"bisa, dulu gue sering ngepang rambutnya ai. mommy gue yang ngajarin" jelas Erlangga lalu melanjutkan kegiatannya

Shinta hanya mengangguk dan menghabiskan seblak nya

"lo ada karet gak nta?" tanya Erlangga memegang pucuk rambut Shinta yang sudah selesai dikepang

"adanya jepit, tadi kunciran gue dipake dara soalnya"

"dimana jepitannya?"

Shinta merogoh saku bajunya, "emangnya bisa pakai jepit?" tanyanya sambil mengulurkan tangannya kebelakang

Erlangga menjepit rambut Shinta dengan mulus, dan terbentuklah kepangan yang kurang rapi tapi indah, "seandainya lo bawa tang aja bisa kok dipasang di rambut lo"

Shinta mengelap mulutnya dengan tisu sambil terkekeh, "lo pikir rambut gue kawat? bisa bisanya dijepit pake tang"

"kan seandainya" Erlangga berdiri. mengembalikan bangku yang dia pakai ketempat nya, "udah selesai kan?"

"udah"

"pulang sekarang?" tawar Erlangga

Shinta mengangguk, "gue bayar dulu"

lagi lagi Erlangga mencegah kegiatan Shinta, "gue aja yang bayarin"

"tapi ini 3 mangkok loh. eh tali gapapa deh, lo aja yang bayar. rezeki gak boleh ditolak"

Erlangga hanya menatap Shinta datar lalu mengeluarkan uang seratusan dua, "saya cuma bawa uang cash segini. kalau kurang, besok saya lunasin. kalo lebih, sisanya buat anda saja"

"terimakasih kang lebih banyak banget ini, semoga langgeng sama si eneng hingga pelaminan" ucap bang jualan seblak

Erlangga mengangguk lalu menarik tangan Shinta agar cepat pulang

"kok hari ini banyak banget yang bilang kalau kita pacaran ya er?" tanya Shinta sembari memakai helm nya

Erlangga menaiki motornya, "cuma dua. banyak dari mananya ogeb?"

"lebih dari satu itu banyak"

Erlangga membantu Shinta menaiki motornya, "berarti banyak yang mau kita jadian"

"masa?"

"iya. tapi gue sekarang cuma sayang lo. tunggu sampai gue cinta sama lo"

"terus kalo lo cinta sama gue gimana?"

"ya lo harus bales cinta gue lah!"

"kalo udah dibales?" Shinta memandang wajah Erlangga yang terkena sinar senja dari spion

Erlangga juga memandang wajah Shinta dari spion yang sama, tersenyum, lalu menarik tangan Shinta kepelukannya, "kita nikah"

Shinta menarik tangannya kembali "masih sekolah tau, udah nikah nikah aja"

"emangnya gak boleh? dalam novel perjodohan juga nikah nya masih sekolah" Erlangga mengunci tangan Shinta didalam hoodienya

"tapi kan kalau dalam novel, itu nikah nya sama anak pemilik sekolah"

"emangnya lo gak tau siapa anak dari pemilik sekolah kita?"

Shinta kembali menatap wajah Erlangga dari spion, "siapa emangnya? lo?"

"ya bukanlah! justru itu, gue pengen tau"

"kenapa lo pengen tau?"

"mau gue bunuh. bahaya kalo anak pemilik sekolahnya masih muda, ntar dia naksir sama lo. terus bilang kebokap nya kalo pengen dijodohin sama lo" Erlangga menyalakan motornya, dan melesat pergi

tanpa mereka sadari, ada segerombolan gadis di cafe yang mengamati Erlangga dan Shinta dari seberang jalan

"besok kita buat perhitungan sama tuh cewek"

★★★