26 Twenty Six. Punishment for you! (+)

Reszha sedikit menggerakkan tubuhnya, yang terasa pegal dan nyeri. Sebelum merubah posisinya, Reszha menatap sekitar, sejak kapan ia berada di kamarnya? Pikirnya. Gadis itu menatap seorang wanita yang sedang bermain ponsel, dia Chika, kakaknya Nicho. Chika yang sadar jika Reszha sudah siuman, langsung menaruh ponselnya, kemudian ia berkata. "Apa kau memerlukan sesuatu, Reszha? Aku akan mengambilnya." ucapnya, dengan senyum manis yang terpampang jelas. Reszha membalas senyumannya, kemudian gadis itu menggelengkan kepala sebagai jawaban. Chika tahu, Reszha terbangun pasti karena suara bising dibawah sana, mungkin sebentar lagi Nicho dan Mike akan segera mendapatkan hukuman mereka, dan tidak ada siapapun yang dapat menolong.

"Kak? Itu suara apa?" tanyanya, dan dugaan Chika benar. Sial, ia belum menyiapkan alasan untuk berbohong pada gadis ini, sekarang apa yang harus ia katakan? "Mmm, kau–kau tidak perlu memikirkan hal itu, Reszha. Perbanyaklah istirahat, Nicho akan datang setelah huk—maksudku, urusannya selesai." jawab Chika, dengan nada bicara yang sedikit terbata–bata.

Gadis yang ada berada dihadapannya tahu betul jika Chika sedang berbohong, kalau seperti ini, bukannya mau beristirahat, Reszha malah semakin penasaran dengan apa yang sedang terjadi di bawah sana. "Aku sudah baikan, aku ingin melihat keluar." putusnya, sembari menurunkan sebelah kakinya. Namun, belum sempat Reszha melangkah, Chika terlebih dahulu memegang tangan gadis itu, kemudian ia berkata. "Jika kau pergi, masalahnya akan semakin rumit." ucapnya, membuat Reszha menautkan kedua alisnya, rumit? Kenapa kehadirannya harus membuat rumit? "Tapi... mungkin aku bisa menolong kak, izinkan aku turun ke bawah, ya?" pintanya, dengan nada sendu. Chika hanya bisa menghela nafas, gadis ini memang sangat keras kepala, sedangkan Chika bukan orang yang pandai untuk merayu atau sebagainya, ia tidak pintar merangkai kata, agar Reszha mau menetap disini.

"Baiklah... dengan satu syarat, Reszha. Kau jangan melakukan apapun." titahnya, dan Reszha membalas dengan anggukan antusias. Setelah itu, Chika membantu Reszha untuk berjalan, kamar ini terlalu besar untuk orang yang bahkan kesulitan berjalan, menyusahkan memang.

Sekarang, Reszha sudah berada di pinggiran tangga, gadis itu melihat Nicho dan Mike yang tangan serta kakinya di ikat. Tak sampai disitu, ada beberapa orang yang menarik dua pria itu, mereka seolah ingin membawa Nicho ke sebuah tempat. Ada apa ini? Kenapa Mike dan Nicho diperlakukan seperti itu? Belum lagi... kenapa omanya memasang raut wajah seperti itu? Pun dengan cambuk yang dipegang oleh Edran, apakah benar–benar terjadi sesuatu yang buruk disini? "Kemana Oma akan membawa mereka??" tanyanya, sembari menoleh kearah Chika. Chika yang ditanya tidak bisa berbohong lagi, mau tidak mau, ia harus menjawab pertanyaan Reszha. "Ruang penghukuman. Nicho dan Mike akan dihukum karena sudah menyalahi aturan keluarga ini, dan alasan singkatnya adalah kau." ucap Chika sedikit panjang, membuat Reszha menautkan kedua alisnya, dan menunjuk dirinya sendiri. "Karena Mike sudah berbuat hal keji padamu, dan Nicho yang gagal untuk melindungimu sebagai seorang wali, maka Oma akan memberikan hukuman yang setimpal pada mereka, seperti apa yang sudah kau alami." lanjutnya lagi, dan itu membuat Reszha semakin bingung.

Ia pikir, di rumah ini tidak berlaku hukum seperti itu, ternyata Reszha salah, hukuman itu memang benar turun–temurun. Tapi, disini Nicho tidak salah, justru Mike lah yang menjadi inti masalahnya, Reszha tidak mau Nicho semakin membencinya karena hukuman ini, walau Reszha juga tidak peduli dengan pikiran negatif Nicho padanya. "Aku harus menghentikan Oma, ia tidak boleh menghukum tuan Nicho." ucapnya, dan tanpa bisa Chika tahan, gadis itu sudah berlari menjauh darinya. Kenapa anak remaja dan anak kecil selalu membuat repot? Dan lagi... kenapa Reszha memanggil Nicho dengan sebutan... "Tuan? Nicho benar–benar sudah gila, ia menyuruh Reszha untuk memanggilnya tuan." kesalnya, sembari berjalan menyusul Reszha.

Disisi lain, Nicho harus merelakan tubuhnya digantung dan ikat, sekarang adalah hukum cambuk, dan orang yang melakukan itu adalah Ayahnya sendiri. Sungguh sangat memalukan! Padahal mereka bisa melakukannya di ruang yang lebih tertutup, tidak perlu repot–repot untuk mengundang banyak orang hanya untuk melihat bagaimana ekspresi Nicho, karena pria itu tidak akan menunjukkan ekspresi apapun tentunya. "Edran, lalukan cambukannya sekarang!" titah Omanya, dan Edran mengangguk patuh. Baiklah Nicho, kau sudah terbiasa dengan ini, jadi tidak perlu khawatir. 'Pssstt!' Yap, satu cambukan berhasil mengenai punggung Mike dan Nicho sekaligus. 'Psstt!' Cambukan yang kedua, kembali mengukir luka di tubuh keduanya, dan yang ini memang terasa sedikit sakit, karena Edran, membasahinya dengan percikan air garam. "Selagi kalian tidak menyadari dengan apa yang kalian perbuat, aku berjanji akan melakukan hukuman ini sampai fajar!" ancamnya, dan Nicho hanya tersenyum tipis sebagai balasan. "Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan, aku tidak akan tersiksa dengan semua ini." balas Nicho, membuat semua orang menatapnya tidak percaya. Sepertinya pria ini benar–benar tidak membutuhkan uang!

"Kurang ajar! Beri Nicho cambukan sebanyak tiga kali cambukan!" ucap Oma dengan penuh amarah, dan Edran yang mendengarnya langsung mengangguk paham. Mungkin kalian berpikir, apakah dalam hati Edran tidak tersirat rasa iba pada putranya? Jawabannya tidak. Pria itu malah lebih senang melakukan hal ini, karena itu sudah menjadi tugasnya sedari kecil, menghukum orang–orang yang berbuat kesalahan. Bahkan Edran tidak segan menjebak orang lain, agar ia bisa menghukumnya. 'Pssstt!' satu cambukan lagi, berhasil mendarat di punggung Nicho. "Tersisa dua cambukan lagi, aku harap kau mampu bertahan, Nic!" batin Ardian, yang menatap Nicho dari kejauhan.

Sekarang, Edran sudah bersiap dengan cambukan yang selanjutnya, pria itu mulai memasang kuda–kudanya kembali, dan mengangkat cambuk itu, untuk ia ayunkan lagi. 'Ssss—slap!' Sebuah tangan, berhasil menahan ujung cambuk yang hampir mengenai badan Nicho. Hey, siapa yang berani masuk ke dalam ruang penghukuman tanpa izin? Bahkan yang lain saja tidak ada yang berani untuk menghentikan hukuman ini! "Apa hukumannya sudah selesai?" suara gadis yang sangat Nicho kenal itu menyapa indra pendengarannya, ia perlahan menaikkan dagunya untuk memastikan, apakah suara itu milik gadis itu atau bukan. "Res–zha?!" lirih Nicho, sembari menatap Reszha dengan ekor matanya. Jangankan Nicho, semua orang yang berada disini bahkan terkejut dengan kehadiran Reszha.

"Apa yang anak ini lakukan?!" lirih Omanya kecil, sembari menatap Reszha marah. Namun, amarahnya harus ia tunda terlebih dahulu, karena disini, ia masih membutuhkan harta milik Reszha, karena anak itu memiliki banyak warisan dari kedua orangtuanya, namun ia belum bisa menggunakannya. "Maaf, tapi aku ingin semua ini diakhiri saja. Paman Nicho tidak salah, dan aku sudah memaafkan Mike." tuturnya, sembari berjalan ke rantai yang mengingat tubuh Nicho. Sial, berani sekali Reszha mengatakan hal itu? Tentu saja berani. "Tapi meteka harus mendapatkan balasannya, Reszha." ucap Rico, namun Reszha hanya membalasnya dengan senyuman. "Jika mereka berbuat salah padaku, maka aku yang harus menghukum mereka." balasnya, membuat semua orang terdiam. Reszha tahu, alasan Oma melakukan hal ini untuk menekan Nicho, dan mengambil kembali sebagian hak waris yang pria itu miliki, namun Reszha tidak akan membiarkan kecurangan Oma terjadi lagi.

"Anak kecil tidak perlu ikut campur. Apa kau ingin aku membuat mu merasakan hal yang sama seperti mereka?" tanya Omanya. Reszha yang sedang melepas rantai, menoleh kearah Oma, kemudian ia berucap. "Silahkan jika kau ingin aku mati." jawab Reszha. Seolah tahu kemana arah pembicaraan Reszha, Oma berbalik arah, dan berjalan kearah pintu keluar. Ia tidak bisa melakukan apapun di depan Reszha, gadis itu sudah mengerti banyak hal, dan Oma harus membuat rencana baru, agar Reszha mau tunduk dan menurut padanya. Karena, jika ia membunuh Fareszha, maka harta yang nilainya puluhan miliar itu akan hilang begitu saja.

"Untuk apa ka—kau, menolong ku, huh?"

~~~~

avataravatar
Next chapter