webnovel

I FEEL ALONE - Jangan ngintip

Hari terus berlalu dengan sendirinya. Rembulan sudah tergantikan oleh sang mentari dan cahaya malam sudah tergantikan oleh cahaya mentari pagi.

Seperti hari-hari sebelumnya, Peyvitta sekarang belum juga terbangun dari tidurnya. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 07:30. Itu artinya waktu sekolah sudah masuk, namun Peyvitta masih belum terbangun juga.

Alarm yang ia pasang sudah beberapa kali berbunyi, namun dirinya belum juga terbangun. Mungkin Peyvitta merasa lelah.

Tidur Peyvitta terlihat begitu nyenyak. Seperti keseringannya, Peyvitta akan tidur nyenyak setelah ia menangis sebelum tertidur.

Jangan tanyakan kenapa! Karena jawabannya hanya satu, yaitu ia kembali teringat akan masa lalunya yang sangat tak pantas untuk diingat. Mungkin bukan tak pantas untuk diingat, melainkan tak pantas untuk dilakukan.

Peyvitta itu termasuk ke dalam anak yang baik, tapi sayangnya orang yang ada di sekelilingnya bukan orang yang baik.

Setelah sekian menit dari sinar mentari muncul, Peyvitta akhirnya terbangun juga. Peyvitta langsung berjalan ke kamar mandi dan langsung bergegas menuju ke sekolah.

Di tengah perjalanan, Peyvitta terus menambah kecepatan motornya. Gerbang masuk menuju ke kelas sudah di tutup, Peyvitta hanya bisa memarkirkan motornya.

Peyvitta POV

Setelah memarkirkan motor, gue awalnya hendak berjalan menuju ke gerbang utama, namun tiba-tiba tangan gue ditarik oleh seseorang dari arah samping. Posisi tubuh gue setelah ditarik olehnya adalah berhadapan dengan orang yang sudah menarik gue tadi.

Tatapan mata milik gue dengan tatapan mata miliknya bertemu saat itu juga, tatapan matanya terasa begitu dingin. Gue hanya diam tak berucap saat memperhatikan wajah serta tatapan dingin miliknya itu.

"Gak usah bodoh!" ucap orang itu dengan nada yang sangat datar.

"Maksud lo?" tanya gue bingung.

Ya Tuhan gue punya dosa apaan? Ini masih pagi dan kenapa sarapan pagi gue adalah omongannya yang begitu tajam. Kenapa sih dia dari awal ketemu sama gue ucapannya terasa begitu nyelekit di telinga?

"Ikut!" ucap orang itu sambil menarik tangan gue untuk mengikuti ke mana dia melangkah.

"Au sakit," ucap gue sambil menepis tangannya dari tangan gue.

"Sorry," ucap dia dingin sambil melepas genggaman tangannya.

What? Demi apa dia kali ini minta maaf sama gue? Biasanya juga bodo amat mau gue nangis karena sakit hati sama semua ucapan atau tindakan dia juga. Tapi kenapa barusan dia meminta maaf sama gue? Hmmm dasar orang aneh.

Dia melanjutkan langkahnya dan gue masih membuntutinya dari belakang. Entah ke mana dia melangkah gue juga gak tahu yang jelas gue hanya mengikuti ke mana dia melangkahkan kakinya.

"Naik!" ucap dia sambil membungkukkan badannya di depan gerbang setinggi kurang lebih 1,5 meter.

"Kalau gue naik entar jaket lo kotor gimana?" tanya gue. Dia dari tadi memang masih menggunakan jaketnya.

"Banyak omong," ucapnya sambil memundurkan posisi badannya dan langsung menaikkan sebelah kaki gue ke atas pundaknya, woy gue kaget.

"Sorry," ucap gue yang tanpa banyak tanya lagi gue langsung menginjakkan sebelah kaki gue ke atas pundaknya.

Jujur gue merasakan deg-degan saat gue tengah berdiri di atas pundaknya. Ok, ini cuman karena gue takut jatuh gak ada yang lain!

"Jangan ngintio lo!" ketus gue.

"Gue gak tertarik," jawabnya santai. Gue merasa kesal saat ini juga.

Setelah itu gue berhasil masuk ke area sekolah, disusul dia yang baru selesai loncat dari atas gerbang itu. Gue dan dia berjalan mengendap-ngendap menyusuri koridor sekolah, berjalan menuju ke kelas.

Tiba-tiba dia menarik tangan gue dengan seketika saat dia melihat ada guru BK yang sedang berkeliling untuk mencari siswa yang bolos. Seketika tubuh gue berbenturan dengan dada bidangnya.

Gue yang kaget hanya bisa menatap dia dengan lebih teliti, posisi gue dan dia sedekat ini. Jantung gue semakin berdetak tak beraturan sambil terus menatap jelas wajah serta tatapan miliknya yang begitu dingin.

Gue melihat lekuk wajahnya. Dengan jarak yang sedekat ini membuat perasaan kagum tiba-tiba muncul dari hati gue.

Hidungnya terlihat lebih sempurna dari arah yang sedekat ini, wajahnya terlihat lebih tampan saat rambutnya sudah acak-acakan serta keringatnya mulai menetes di keningnya.

"Jangan lama-lama liatnya nanti lo suka," ucap dia yang membuat lamunan serta tatapan gue langsung buyar seketika.

"Dih pede amat lo!" ucap gue ketus yang kemudian berjalan melangkah meninggalkan dia.

"Kalau suka bilang jangan dipendam," ujar dia. Gue seketika diam membisu.

"Siapa juga yang bakalan suka sama lo?"

"Lo."

Deg. Seketika jantung gue berhenti berdetak sesaat.

*****

Author POV

Pelvetta dan teman-temannya sekarang sedang menyusun rencana, mereka tengah membuat rencana agar bisa mengerjai Peyvitta.

Pelvetta sepertinya sangat dendam akan kejadian hari itu. Kejadian di mana dirinya dibuat malu oleh Peyvitta, meski sebenarnya itu semua sebab kelakuannya sendiri, namun Pelvetta tetap saja ingin mengerjai Peyvitta.

Semua rencananya sudah di kerjakan. Mereka sudah mempersiapkan segalanya sesuai dengan apa yang telah mereka rencanakan tadi. Sekarang mereka tinggal menunggu Peyvitta lewat dan tinggal melihat hasil dari semua rencananya.

Peyvitta berjalan keluar dari kelasnya menuju ke kantin dan memang arah kantin melewati kelas 12 IPA 2. Peyvitta semakin mendekat dan mereka semakin tak sabar.

Tinggal beberapa langkah lagi Peyvitta akan menginjak cairan So Klin lantai yang sudah mereka siramkan di atas lantai. Mereka berencana supaya Peyvitta terjatuh dan malu di depan banyak umum.

"Aaaa," teriak Peyvitta saat dirinya baru saja menginjak cairan pembersih lantai itu. Peyvitta terjatuh karena terpeleset tadi, namun Peyvitta tidak jatuh ke lantai melainkan jatuh di atas pangkuan seorang cowok.

Tatapan mata Peyvitta langsung tertuju pada wajah seseorang yang berada di atasnya. Tak hanya Peyvitta yang memperhatikan wajah laki-laki itu, tetapi laki-laki itu juga melakukan hal yang sama. Ia melihat dengan detail wajah Peyvitta.

Ada rasa yang tak asing di pikiran dan hati gue ketika bertatapan dengannya, tapi apa? Peyvitta merasakan sesuatu yang tak asing baginya, serasa ada sesuatu yang pernah hadir namun ia lupa akan kehadiran itu.

"Ngapain sih lo?" tanya Peyvitta ketus. Saat banyak siswa dan siswi yang menonton kejadian itu, Peyvitta merasa risih karena ia tak suka kalau ia menjadi pusat perhatian banyak orang.

"Harus gue jawab?" tanya orang itu dengan begitu dingin.

Orang itu belum melepaskan pangkuannya dan Peyvitta juga belum kembali ke posisi berdirinya. Peyvitta masih melingkarkan tangannya di pundak cowok itu.

Posisi Peyvitta saat jatuh sangat rendah dan ketika dirinya akan memaksa berdiri jika tak di bantu oleh cowok itu, maka dirinya akan kembali jatuh karena lantainya sudah sangat licin.

"Lepasin!" ucap Peyvitta ketus sambil menatap wajah orang itu dengan tatapan yang lumayan tajam.

"Yakin?" tanya orang itu yang masih mempertahankan nada dingin miliknya.

"Iya lepasin—"

"Aaah."

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Nah kan terpeleset. untung di atas pangkuan cowok. siapa cowok itu?

enak banget sih bisa tatap-tatapn sama tuh cowok. gue juga oengen oy.

kok di lepas sih? sakit dong?

penasaran gak kelanjutan ceritanya? kalau pensaran tunggu aja kelanjutannya!

bbbye:*

Van_Pebriyancreators' thoughts
Next chapter