webnovel

Hewan Peliharaan.

Hallo semuanya, Matvey disini!

Saat ini aku sedang berada di lapangan di belakang rumah, tempat para penjaga dan kesatria berlatih.

Oh yeahh. Seperti yang aku katakan sebelumnya, saat ini adalah sesi waktu latihan fisik dan bela diri. Di depanku sudah ada pemimpin para kesatria di sini untuk melatih ku atas perintah Ayahanda.

Aku bersemangat. Sangat bersemangat. Jantungku tidak bisa berhenti berdebar-debar menahan rasa gembira ini! Meskipun ini latihan rutintas tiap hari, aku tetap tidak bisa membiasakan diri untuk tidak bersemangat.

Oh tidak, aku terlihat seperti seorang yang baru melakukan ini kemarin sore. Untungnya aku ini bukan tipe orang yang akan mengungkapkan semua isi hatiku begitu saja.

Aku ini punya kebanggaan tersendiri, tidak mungkin aku akan bersikap seenaknya tanpa mempedulikan martabat diriku sebagai Tuan Muda yang dingin!Aku ingin menjaga ciri khas ini, karena aku adalah introvert.

"Tuan muda, saya akan menunggu anda di tepi lapangan. Tolong lakukan yang terbaik untuk hari ini."

"Ya,aku mengerti."

Pelayan pribadiku. Setelah mendengar itu, ia berjalan ke tepi lapangan dan menunggu dengan tenang di sana sambil memperhatikan diriku.

Lakukan yang terbaik katanya? Tidak perlu diingatkan, aku pasti akan melakukan yang terbaik dan suatu saat mengalahkan pemimpin kesatria ini.

Suatu saat. Kalau sekarang aku masih kurang ilmu. Mau bagaimana lagi, di kehidupan sebelumnya aku tidak pernah belajar satupun bela diri, atau latihan fisik seperti kebanyakan orang.

Aku sebenarnya membenci berusaha keras, tapi entah kenapa di kehidupan kedua ini rasanya aku ingin menjadi diriku yang aku idamkan.

Apakah ini semacam membangun kebanggaan? Kupikir iya. Mengingat kebanggaan diriku selalu di injak-injak layaknya binatang dikehidupan sebelumnya. Mengingat itu membuat diriku menjadi termotivasi untuk membuat diriku memiliki kebanggaan yang tidak akan di injak oleh orang lain lagi.

Aku pasti akan berdiri di puncak. Aku yakin. Pasti bisa. Pastinyaa!!

"Tuan muda, ayo kita mulai dengan pemanasan duel. Saya akan mengukur sejauh mana kemampuan anda berkembang."

Baiklah kesampingkan tentang kebanggaan, saat ini aku harus berlatih untuk mewujudkan itu.

"Baiklah ayo."

"Kalau begitu kita berduel selama tiga menit. Lakukan yang terbaik untuk mendaratkan pukulan anda ke saya."

Tiga menit ya... Itu waktu yang cukup singkat. Ini latihan tidak hanya menguji keterampilan bela diriku, tapi juga menguji kepintaranku di waktu yang sangat sedikit ini. Aku yakin dia melakukan ini untuk itu, pemimpin kesatria memang selalu keras melatih diriku, tapi semua latihan keras itu pasti punya hasil.

"Akuu mulaii!"

Jangan meremehkan diriku. Aku sudah terbiasa melakukan segala sesuatu berfikir sematang mungkin. Entah itu dalam keadaan apapun, aku pasti bisa mendaratkan pukulan telak kepadamu kesatria.

Dengan ini duel kami dimulai. Aku berlari ke arah kesatria itu dan mulai melayangkan tinjuku. Seperti yang diharapkan dari pemimpin kesatria, dia berhasil menghindari semua serangan tinjuku yang cepat itu.

Aku terus menerus melakukan serangan dan kesatria itu selalu menghindarinya dengan gesit. Tidak sedikitpun dia memberi celah untuk mendaratkan pukulan.

Satu menit sudah berlalu, dan aku sama sekali tidak bisa mendaratkan pukulan kepadanya. Dia dengan mudah menangkis dan mengcounter semua teknik bela diriku. Sesekali dia mendaratkan pukulan ke arahku untuk membuat diriku goyah.

Dua menit berlalu. Ini buruk. Aku sudah mulai merasakan lelah dan nyeri di seluruh tubuhku karena terkena serangan kesatria itu. Satu saja. Kumohon satu saja celah untuk mendaratkan pukulan...

Waktu terus berjalan, aku terus berfikir bagaimana mencari celah dalam rasa lelah itu. Aku tau, kesatria selalu bertarung dengan kebanggaan. Jadi mereka tidak mungkin curang.

Aku akan melakukan kecurangan. Tapi dalam bentuk, seolah-olah kecurangan itu terjadi karena takdir. Kebetulan pijakan diriku adalah tanah, aku akan membuat debu untuk menutupi pandangannya dengan gesekan kakiku.

Aku mulai memusatkan energi di kakiku. Aku menyerang menggunakan kaki untuk menimbulkan debu. Ini dia. Aku tidak berbuat curang karena aku tidak melemparkan debu dengan tanganku secara terlihat, melainkan aku memanfaatkan medan pertarungan ini dengan kaki untuk menimbulkan debu.

Tidak ada kecurangan. Ini semua adalah takdir. Aku hanya memanfaatkan takdir itu. Inilah yang dinamakan pertarungan menggunakan pikiran jernih.

Kesatria itu mulai waspada melihat debu yang berterbangan di sekitarnya. Kesatria itu mencari keberadaan diriku di gumpalan debu. Tanpa peringatan aku menyerangnya dari belakang dengan tinjuku menuju kepala bagian belakangnya.

Akhirnya kena kau!Setelah sekian lama akhirnya aku bisa mengenai kesatria ini.

Sayangnya aku melupakan bahwa kesatria juga punya banyak sekali pengalaman dalam bertarung menghadapi musuh curang. Kesatria itu berbalik dan menepis tinjuku dengan tinjunya sehingga tinju dan tubuhku berbelok kebawah.

Aku terkejut. Tidak kusangka strategi ini masih belum bisa mengenai dirinya. Apakah pada akhirnya semua usaha keras ku selama ini tidak menghasilkan apapun? Aku bahkan tidak bisa mendaratkan satu pukulan.

Sialan. Mana mungkin begitu bukan! Aku punya kebanggaan, dan akan kujaga itu.

Saat detik-detik terakhir itu, aku mengubah serangan dengan mengincar pijakan nya. Aku memutar tubuh dan menendang kakinya sehingga membuat dia kehilangan keseimbangan. Dengan kaki sebelahnya aku menendang dagunya dengan telak.

Akhirnya. Aku bisa mengenai kesatria ini. Akhirnya semua usaha keras ku terbayarkan.

Setelah kesatria itu terkena tendangan telak, ia dengan sempoyongan mempertahankan keseimbangan. Sedangkan aku juga begitu. Aku berusaha untuk tetap berdiri, walaupun seluruh tubuh merasa lelah.

Nafasku menjadi tidak teratur. Banyak keringat bercucuran keluar. Ini membuat badanku menjadi lengket.

"Hahaha!! Luar biasa tuan muda! Sudah saya duga anda ini sangat berbakat dan dapat mendaratkan pukulan telak ke saya."

Ahh... Kata-kata itu membuat hatiku tenang. Aku di akui dan mendapat pujian berbakat. Rasa kerja keras ku akhirnya terbayarkan.

Ini merupakan kemajuan yang bagus. Lain kali aku akan melampaui semua orang.

"Terima kasih, kesatria. Ini semua juga berkat latihan yang anda terapkan kepada saya."

"Itu benar. Tapi hasil latihan itu akan berpengaruh jika seseorang memiliki bakat sejak lahir, dan anda mempunyai bakat itu."

"Saya yakin suatu saat nanti di masa depan, anda akan menjadi sosok yang hebat dan penuh dengan bakat."

"Terima kasih pujianya,kesatria."

Enaknya.... Aku senang bisa dipuji seperti ini. Ayo kesatria, teruslah puji aku. Oh tidak... Sifat diriku yang buruk ini selalu saja kambuh. Tapi sayangnya aku tidak bisa menghilang sifat ini.

"Baiklah.Untuk mencapai sosok terhebat itu, mari kita masuk ke latihan lagi."

Oh tidak aku lupa. Yang tadi itu hanya pemanasan, bukan? Aku akan mati. Seseorang orang tolong selamatkan aku dari latihan kejam ini!! Aku memang ingin berusaha keras agar dapat menjadi sosok diriku yang ideal, tapi sifat pemalas ku masih ada.

Rasanya mau kabur saja. Tapi ayahanda pasti akan memarahiku, begitupun dengan ibunda. Aku tidak ingin membuat mereka kecewa. Ugghh... Baiklah. Ayo semangatlah diriku! Bukankah kamu ingin menjadi kuat? Benarkan? Jadi ayo kita semangat diriku.

Ugghh! Percuma, aku tidak termotivasi. Rasa lelah ini mendominasi diriku. Tapi mau bagaimana lagi, aku harus ikut latihan ini.

Babay semuanya. Sepertinya aku akan mati beneran.

∆∆∆∆∆∆∆∆

Hallo semuanya, kembali lagi dengan diriku, Matvey. Saat ini aku sedang berbaring di tempat tidur sambil bermalas-malasan setelah latihan.

Kalian bertanya apa aku baik-baik saja menjalani latihan dengan iblis itu?Tentu saja aku tidak baik-baik saja! Seluruh tubuhku merasakan nyeri, keram, dan sakit di mana-mana, ini semua karena latihan iblis itu sangat keras seperti melatih budak.

Aku tidak meyangka latihan fisik tanpa penguat tubuh akan semeyiksa ini. Sekarang aku paham kenapa para tentara Negara selalu keras terhadap anaknya. Misalnya seperti, "anak lemah, lari 800 meter saja kau tidak mampu." Atau bisa juga seperti, "anak laki-laki macam apa kau ini! Mengangkat beberapa kotak kardus saja sudah kelelahan!" Aku merasa kasihan buat kalian yang punya orang tua tentara, pokoknya semangat bro.

Oh yeah, baiklah. Latihan fisik sudah selesai, oleh karena itu... Aku bisa bebas beristirahat dan bermalas-malasan tidak keluar kamar sepuasnya!! Jika ada yang memprotes tindakanku ini aku akan memberitahunya dengan keras kalau aku sedang memberi hadiah diriku atas kerja keras hari ini. Maksudku, tidak masalah memanjakan dirimu seperti ini. Jika ada yang mencemooh dirimu malas, tinggal bilang saja, "banyak omong orang yang tidak pernah bekerja keras!!" Di depan telinga.

Baiklah semuanya, aku akan tidur dulu. Selamat tidur.

Berjam-jam telah berlalu, malam pun tiba. Beberapa kali pelayan pribadiku memanggil untuk makan malam, tapi aku terlalu lelah untuk bangkit dari tempat tidur, atau lebih tepatnya malas gerak.

Pada akhirnya tidak ada yang mengetuk pintu kamarku lagi. Ditambah, saat ini sudah tengah malam, jadi kurasa semua orang sudah tertidur kecuali para penjaga.

Di waktu sibuk penjaga itu, aku dengan pulas masih tertidur. Bahkan bangun untuk mandi aku tidak ingat. Kebiasaan burukku masih saja ada sampai sekarang.

Di tengah malam yang tenang dan damai itu, tiba-tiba angin malam bertiup. Jendela kamarku belum ditutup sepenuhnya, jadi terbuka oleh angin dan gorden menari dengan irama angin malam sejuk yang masuk ke kamarku dan suara berisik terdengar.

Aku merasa terganggu dan bangun dari tidur, anehnya rasa ngantuk ku perlahan mulai hilang saat hembusan angin mengenai wajah dan tubuhku. Gelap. Ruangan ku sangat gelap, hanya ada cahaya bulan yang masuk melalui ventilasi dan jendela.

Aku turun dari tempat tidur, berjalan untuk menutup jendela satu persatu. Tidak lupa aku juga menghidupkan lampu. Saat aku ingin kembali tidur, betapa terkejutnya aku melihat seekor hewan seperti kucing dengan tujuh ekor berwarna putih salju dan matanya biru sedang melihat kearahku.

Apa itu? Seekor kucing atau sejenis kucing di dunia ini? Jika itu kucing kenapa ekornya ada tujuh!? Aku tidak pernah membaca buku pengetahuan hewan di dunia ini sebelumnya.

Sial! Apa dia berbahaya? Tapi aku tidak merasakan hawa menyerang sedikitpun.

Aku memasang kuda-kuda untuk bersiap-siap jika terjadi sesuatu. Tetapi secara mengejutkan kucing itu terjatuh di atas kasur tempat tidur dengan meringkuk seperti kesakitan.

Ehh? Apa yang terjadi? Bodoh! Bukan waktunya terkejut, aku harus memeriksa hewan apa dan kenapa dengan hewan itu.

Di sana. Aku melihat dari dekat hewan itu ada luka goresan besar di tubuhnya. Sepertinya itu disebabkan karena hewan pemangsa. Aku menyimpulkan hewan ini dari hutan dan masuk ke sini karena dikejar hewan buas pemangsa. Oh kasihan sekali dirimu.

Tapi sekarang apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus mengobatinya? Tapi akan berbahaya jika aku mengobati hewan ini tanpa tahu dia berbahaya atau tidak. Dia terlihat seperti hewan iblis karena ekornya sangat mencolok, kurasa itu sebabnya dia di incar. Dan kupikir dia ini semacam hewan langka.

Berpikirlah, berpikirlah!Apa cara terbaik yang harus aku ambil dalam situasi ini?

Aku melirik hewan itu. Ia terlihat sangat kesakitan. Ya Tuhan, sudah kuduga aku ini lemah terhadap hewan selucu dan unik begini.

Aku menghela nafas pasrah, lalu memutuskan untuk mengobati hewan itu. Lebih mudah ayo kita sebut dia kucing. Aku membawa kucing itu keluar kamar menuju ruangan ramuan penyembuh keluarga ini.

Aku berlari dengan kencang karena khawatir dengan keadaan kucing ini yang semakin memburuk.

Sialan. Baru bangun tidur sudah berlari sekuat tenaga.

Beberapa menit berlari aku sampai di ruangan. Untungnya tidak dikunci, jadi tinggal masuk saja. Aku bersyukur akan hal ini. Aku segera mencari ramuan penyembuh tingkat tinggi, lalu mengoleskannya ke luka kucing itu dengan lembut sedikit demi sedikit.

Ramuan ini memang agak perih. Itu sebabnya kucing ini kesakitan, tapi aku tahu ramuan ini dapat menyembuhkan luka fatal sekalipun dengan sekejap.

Lihat. Goresan besar ditubuh kucing ini langsung hilang tanpa bekas sedikitpun, kucing ini juga sudah berhenti meringkuk kesakitan. Dia perlahan membuka matanya yang biru seperti langit biru yang indah itu, dan menatap diriku dengan tatapan bersinar.

Itu wajar. Aku sudah menyelamatkan nyawanya, bahkan hewan juga punya perasaan, lo. Kucing itu berlari dan melompat di atas meja di depanku, lalu ia menatap diriku dalam diam.

Setelah kulihat-lihat dia ini sangat cantik. Aku jadi ingin menjadikannya peliharaanku untuk menemani di waktu luang. Tapi aku perlu mencari tahu terlebih dahulu dia ini hewan apa dan berbahaya atau tidak.

Anehnya perasan waspada itu hilang. Aku malah ingin menjadikannya hewan peliharaan diriku. Apakah aku di sihir atau semacamnya? Kupikir bukan. Inilah diriku, aku sangat lemah terhadap hewan imut seperti kucing.

"Heii.Aku sudah menyelamatkanmu. Jadi maukah kamu menjadi hewan peliharaanku?"

Kucing itu diam. Dia diam beberapa detik dalam keheningan memandangku seolah-olah mengerti apa yang aku ucapkan.

Kemudian kucing itu mengeluarkan suara seperti isyarat kalau dia setuju. Suaranya sangat mirip dengan kucing, tapi lebih merdu bagaikan alunan musik piano di malam hari.

Aku merasa senang. Sekarang aku berpikir untuk memberinya sebuah nama agar mudah dipanggil. Aku terpikir sebuah nama. Kupikir aku harus memberinya nama kucingku di kehidupan sebelumnya.

"Fiel.Aku memberi nama Fiel. Mulai sekarang ayo kita berteman baik ya, Fiel."