webnovel

Sachi datang

Kay memakai baju lengkap dengan celananya. Matanya tak jauh dari bayangan dicermin. Semalam setelah pertengkaran dengan ibunya, Kay akhirnya pasrah dengan apa yang akan dilakukan Jesica. Kenan bilang ikuti saja toh jika sudah kertelaluan Kenan siap untuk menenangkannya.

"Hari ini Mas ke kantor?."

"Engga sayang, aku kerja dirumah aja." Jawab Kay merapikan bajunya. Matanya melihat pantulan Kiran. Matanya sendu dengan garis bibir kebawah. Dia tampak tak bahagia sekarang.

"Kenapa?."

"Mas berantem sama mommy?."

"Engga, kita ga berantem."

"Kemarin aku denger yang diomongin mommy." Kiran membuat Kay diam sejenak dan setelah tahu jawaban apa yang akan diberikan Kay memutar badannya. Mengarahkannya ke arah Kiran. Tangannya memegangi tangan istrinya itu.

"Mommy cuman kaget sama kaya kamu. Dia punya kekhawatiran lain jadi...dia ngasih tahu aku. Mommy ga marah."

"Karena ayah?."

"Hm...engga juga. Aku ngerti, seorang ayah dimanapun kalo denger hal kaya gitu pasti bakalan bereaksi, itu hal yang wajar terjadi cuman..kan kita ga tahu reaksi ayah kamu bakalan gimana."

"Ayah pasti..."

"Marah, aku udah siap kalo ayah marah. Ran...aku udah usaha kok buat nutupin semua kekurangan aku didepan ayah kamu. Aku sadar dia selalu memanfaatkan celah terkecil sedikit pun, rasanya kalo ada sesuatu yang salah dia bakalan bahas itu di depan kamu tapi..kalo soal ini kayanya aku ga bisa nutupin, aku butuh bantuan kamu. Cuman kamu satu-satunya yang bisa yakinin ayah." Kay kini meletakkan kedua tangannya di pundak Kiran.

"Kamu percaya sama akukan?, aku ga mungkin gitu sama Sachi. Aku udah suruh Mario cari informasi tentang dia. Kita pasti tahu lebih cepet."

"Ambil paling pahitnya, kalo itu beneran anak kamu gimana?."

"Engga Ran, aku yakin dia bukan anak aku."

"Ga ada yang tahu Mas, hari itu kamu mabok begitupun dia, ga ada yang inget apa yang terjadi sebelumnya. Gimana kalo itu beneran kejadian? polisi datang setelah kalian..."

"Sayang aku..."

"Coba pikirin Mas, jangan mikir yang bagusnya dulu. Kalo emang itu bukan anak kamu jalan keluarnya kan mudah, udah langsung terbukti bahwa kamu bukan ayahnya dan kalian ga ada hubungan lagi tapi..kalo itu bener, gimana?."

"Kenapa kamu nanya aku?, aku yang harusnya nanya kamu. Kalo beneran itu sampe terjadi, dan dia anak aku? apa yang bakalan kamu lakuin?." Kay membuat Kiran diam. Hanya dengan pertanyaan itu hatinya seperti seperti digores pisau tajam. Menyakitkan, tahu suami sendiri memiliki anak dari wanita lain membuat Kiran tak sanggup membayangkannya. Kiran benar-benar frustrasi sejak semalam. Dia bahkan tak bisa tidur nyenyak memikirkan tentang hal ini. Belum lagi perkataan Jesica kemarin membuat Kiran menyadari akan ada sesuatu yang terjadi jika orang tuanya tahu tentang hal ini. Jesica sudah siap pasang badan jika ayahnya bersikap tak menyenangkan pada Kay. Kiran sendiri ada diposisi yang bingung harus berpihak pada siapa. Kay suaminya dan selama belum ada bukti dia percaya bahwa Kay bukan ayah dari anak yang dilahirkan Sachi. Arbi dan Marsha adalah orang tuanya, jelas mereka tak akan tinggal diam jika tahu tentang kenakalan Kay, mereka tak akan membiarkan Kiran merasakan kesaktiannya sendiri. Kediaman Kiran membuat Kay sedikit lemas. Pikirannya menerawang jauh tentang masa depan hubungannya nanti. Ini benar-benar kacau. Suara ketukan pintu membuyarkan keheningan mereka. Kay segera membukanya.

"Ada tamu pak.." Bi Sarah memberi tahu.

"Perempuan?."

"Iya pak."

"Sama anak kecil?."

"Iya pak.."

"Suruh masuk ke ruang tamu aja, bentar lagi saya turun."

"Iya pak." Bi Sarah pergi untuk menjalankan perintah sang tuan. Kay menutup pintunya dan memandang kearah Kiran yang kini duduk di ranjang Keyla yang masih tertidur.

"Kamu disini?."

"Aku ikut.."

"Keyla nanti nyariin."

"Nanti biar bi Sarah aku suruh nungguin di depan." Kiran segera merapikan tampilannya. Ini pertama kalinya dia bertemu Sachi.

"Perempuan itu udah datang?." Jesica langsung meyergap Kay dan Kiran ketika melihat mereka keluar kamarnya.

"Iya mom.."

"Mommy bakalan ngadepin dia.."

"Mom..sabar, oke. Kita bicarain dulu baik-baik."

"Mas Kris tunggu disini aja ya, main..tungguin dede Keyla." Ucap Kenan melihat Kris masih duduk sambil menonton tv.

"Nanti bi Sarah, Ran suruh keatas dad buat jagain anak-anak." Kiran tahu jika tak Mungin mertuanya itu membiarkan Jesica sendiri. Kini mereka turun kebawah menemui Sachi. Dibanding wanita itu Kiran lebih tertarik ingin bertemu dengan sosok anak yang disebut sebagai anak Kay. Dia ingin melihat apakah ada kemiripan antara anak itu dan suaminya.

"Hei, maaf nunggu lama." Sapa Kay dengan baik. Dia langsung duduk berhadapan dengan Sachi. Matanya juga teralihkan oleh sosok anak lelaki yang duduk tepat disamping Sachi. Dia mengenakan jaket berwarna putih dengan rambut yang rapi habis dicukur. Tangannya memegangi lengan Sachi seolah takut akan kehadiran 4 orang dewasa yang kini menatapnya. Kiran dan Jesica adalah orang yang paling mengamati anak itu. Bulu matanya yang lentik dengan bola mata coklat membuat orang yang menatapnya pasti akan terpesona. Hidungnya yang mancung disertai bibir tipis menambah ketampanan dari anak yang tak tahu siapa namanya itu. Ah..Kiran melemas sekarang, meskipun ada ciri fisik Sachi disana tapi tak dipungkiri Kiran tahu betul darimana bibir tipis itu berasal. Rasanya jika dilihat sekilas ada kemiripan dengan Kay.

"Ansel duduk yang bener." Sachi menegurnya. Kini Kiran tahu nama anak lelaki itu. Ingin rasanya dia berlari saja darisana tapi dia juga harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia tak mungkin menutup telinga dan matanya saja. Hal ini yang akan dia pertimbangkan nanti untuk menjawab pertanyaan Kay tadi.

"Jadi...ada apa?." Kay dengan hati-hati.

"Ga ada pembukaan Kay? udah lama ga ketemu." Sachi dengan senyuman. Kay mendengus. Disaat seperti ini Kay tak punya waktu untuk basa-basi.

"Ini ada orang tua aku, istri aku disini, mereka tahu dari kakak kamu kemarin ke kantor. Jadi ..lebih baik kita omongin yang itu."

"Kita satu kampuskan Kiran?."

"Iya.." Kiran dengan lemas. Dia tahu Sachi adalah kakak tingkatnya. Jesica sedikit gemas. Perempuan itu benar-benar senang bermain-main.

"Jadi gimana Sachi, Tante pingin tahu, Kay bikin ulah apa sama kamu."

"Kenalin dulu Tante, om, ini Ansel Griffin. Anaknya Kay.." Sachi dengan jelas dan tegas langsung mengatakan hal itu. Kiran menatap kearah lain, menghapus sedikit air di sudut matanya. Dia benar-benar tak sanggup mendengar itu.

"Jangan berspekulasi dulu, kita buktiin dulu itu anak Kay."

"Silahkan om, kita bisa tes DNA, kalo perlu hari ini." Sachi dengan yakin antusias.

"Ayo aku berani." Kay juga tak mau kalah. Dia yakin Ansel bukan anaknya.

***To Be Continue

Next chapter