webnovel

I don't know you, but I Married you

Kenan sudah pasrah, keinginannya untuk menikahi kekasih 8 tahunnya hanya tinggal mimpi. Karena permusuhan kedua orang tuanya mereka gagal untuk melangkah ke pelaminan. Baru saja patah hati ayahnya langsung meminta Kenan untuk menikah dengan wanita pilihannya. Siapa kah dia??apa mungkin dia bisa mengobati luka hati Kenan atau justru sebaliknya??

Keyatma · Teen
Not enough ratings
521 Chs

Rasanya mengasuh

Dariel masih bermain-main dengan ketiga anaknya sementara Ara sedang mandi.

"Anak papi ini kenapa belum mau tidur?" Dariel bertanya pada semua anaknya yang kini terbaring dan tak mau diam. Sesekali Dariel menariknya agar tak jatuh kepinggir sementara satu lagi dia gendong. Sungguh harus ekstra mempunyai anak tiga masih kecil pula. Ini adalah perjalanan pertama mereka. Padahal tadi sudah dibantu Kenan dan Jesica tapi rasanya begitu repot. Dariel melihat Davin menguap, anak itu sepertinya mengantuk pergerakannya pun sudah tak lincah namun dia sekarang merengek. Sepertinya dia butuh susu.

"Nah pas kamu udah selesai. Davin pingin susu nih.."

"Iya bentar..." Ara bergegas memakai baju dan meraih Davin sementara Dariel masih sibuk mengurusi dua lagi. Sebenarnya Dariel juga butuh istirahat. Sejak sampai dia baru tidur sebentar dan itupun terus terganggu karena anak-anaknya menangis. Mungkin efek penerbangan pertama. Setelah Ara selesai menyusui Davin, Dariel segera memberikan Ravin jadi dia bisa menimang Karin.

"Ga ada stok susu apa?"

"Ada tuh satu lagi..." Ara menunjuk ke arah sebuah tas. Dengan cepat Dariel mengambilnya dan mencoba membuat Karin tertidur.

"Ayo dong tidur...besok harus bangun pagi lagi loh.." Ucap Dariel yang berdiri dan mengayun anaknya. Mata Dariel dia buka begitu lebar saking menahan ngantuknya. Bisa bahaya kalo dia tertidur. Dariel kini memilih duduk di tepi ranjangnya. Bersandar disana sambil terus memperhatikan Karin. Matanya benar-benar belum mau terpejam.

"Ngantuk ya?" Ara saat melihat Dariel menatap Karin dengan lelah.

"Ya..lumayanlah tapi masih kuat kok kalo harus nunggu bocah kecil terakhir ini tidur.." Ucapan Dariel disambun senyum oleh Ara.

"Anak-anak kayanya tahu kalo lagi kumpul-kumpul, lagi rame. Ga mau tidur pinginnya ikutan...main..aja." Dariel yang memang sejak tadi begitu sibuk mengurus ketiga anaknya di apartemen Kay.

"Apalagi kalo ada Kris, dia ga bisa stop ngajakin main yang dia sebut bayi-bayi.."

"Kris itu berarti orangnya penyayang, enak dong punya adik gitu. Biasanya anak kecil diliatin bayi kadang ga suka karena takut kasih sayang orang tuanya terbagi."

"Kris kalo udah gede gimana ya?mirip kayanya sama Jay.."

"Eh Jay gimana persiapannya?"

"Ga tahu, kata mommy udah mulai nyicil-nyicil."

"Jay sama Abang tuh sama yang, nikahnya sama cinta pertama..."

"Cinta pertama darimana?Abang itu cinta pertamanya Astrid.."

"Ah ga dianggap itu.."

"Ga dianggap tapi kepikiran.."

"Kepikiran kapan?ngarang nih, kamu yang paling cantik."

"Oh..kalau itu sih jelas. Turunan bapak Kenan dan ibu Jesica ga mungkin ga cantik." Ara dengan pedenya.

"Tapi kalau mau pergi beneran deh kamu all out orang kan jadi mikirnya kamu masih gadis.."

"Ya ga papa dong aku dandan.."

"Iya emang ga papa tapikan cowok-cowok jadi liatin."

"Kan aku juga gendong anak."

"Iya kamu tuh definisi mamah muda. Kemarin ajabtuh dibandara bule-bule ada yang liatin. Kalo Abang ga samperin mungkin mereka udah ngajakin kenalan."

"Perasaan Abang aja."

"Bukan perasaan emang bener kok.."

"Iya Abang, aku ga ada main sayang." Ara meyakinkan.

"Ya janganlah.."

"Besok Daddy ajakin kemana ya tadi?lupa aku namanya apa. Sewa mobil, aku nyetir."

"Emang punya SIM internasional?"

"Punya dong, keluarga aku punya semua kecuali Kris."

"Jay?"

"Gitu-gitu juga dia punya."

"Abang harus bikin nih, kasian dong kamu besok nyetir."

"Ga papa nanti gantian sama Kay, mereka ikut mobil kita."

"Daddy kayanu excited jalan-jalan.."

"Iyalah, Daddy jiwa travelingnya tinggi." Ara sambil menarik pelan payudaranya dari mulut Davin membuat Dariel tersadar jika Karin pun telah terlelap. Berbincang singkat denga Ara membuatnya sedikit kehilangan rasa ngantuk.

"Bang...sebelum tidur cuci muka sama gosok gigi ya.."

"Siap mami..."

***

Selepas Sholat subuh Dariel kembali menarik selimutnya. Dia ingin rebahan sebentar dan lagian anak-anaknya juga masih tidur jadi apa salahnya dia bermalas-malasan terlebih dahulu sementara Ara sudah siap dimeja riasnya.

"Masih subuh nih.." Sindir Dariel.

"Nanti ribet anak-anak bangun, ga sempet lagi aku dandan. Abang bangun dong jangan tidur lagi."

"Abang pegel sayang..."

"Enak ya punya anak tiga?masih mau nambah lagi?"

"Kalo itu masih maulah.."

"Ih...katanya pegel-pegel."

"Ya tapikan seru, pegel-pegel juga seneng karena ngurusin anak."

"Nunggu 2 tahun lagi deh bang.."

"Kamu udah KB ya?"

"Udah..."

"Sejak kamu pasang jadi kurang enak."

"Apa yang kurang enak?"

"Ya gitu, kaya ada yang ngalangin gitu.."

"Ah masa.."

"Beneran yang.."

"Modus supaya aku lepas dan Abang pingin aku hamil."

"Engga, ga modus. Coba deh kamu rasain."

"Lupa..."

"Ya udah sini Abang kasih rasanya." Dariel langsung berbaring miring dan menatap ke arah Ara dengan kepala dia topang pada salah satu tangannya. Istrinya itu hanya tersenyum.

"Kenapa sih harus muter-muter dulu kalo mau minta itu?"

"Orang ga ada niat kok.."

"Aku lagi dandan bang..."

"Suami sama dandan pentingan mana?"

"Ya ampun... ngancem-ngancem ya.."

"Engga-engga bercanda sayang..." Dariel membaringkan lagi badannya. Dia meraih guling dan memeluknya.

"Eh kemarin Abang belum cerita ya.."

"Cerita apa?"

"Jadi Abangkan mau bawa celana Davin kebawah karena tas kita semua dibawah eh pas turun liat Kay sama Tiara lagi mesra-mesraan.."

"Namanya juga calon pengantin."

"Maksudnya tuh ciuman.."

"Hah??terus Abang tegur ga?"

"Nah Abang tuh bingung harus gimana karena Davin perlu celana sementara mau turun mereka lagi asyik jadi Abang liat handphone buka musik pura-pura ada yang telepon jadi mereka ngeh kalo ada orang turun."

"Ya ampun..gimana kalo Daddy sama mommy yang turun?"

"Ah..mereka juga pasti biasa aja, ya mau gimana lagi."

"Si Jay bisa nyium orang juga ternyata."

"Bisalah kan punya bibir.."

"Penasaran sama malam pertamanya gimana. 'Tiara punya aku berdiri', 'Tiara...ini dimasukkinnya kemana?'.." Ara sambil berbicara logat ala Jay membuat Dariel tertawa kecil.

"Kamu ya ke adik sendiri pasti aja gitu."

"Habis ya dia tuh bener-bener deh kurang edukasinya dan Daddy lagi malah anteng aja. Abang dong kasih tahu adik aku.."

"Kalo sama Jay ga berani sebelum Daddy yang ngasih tahu, nanti dia nyalahin Abang lagi."

"Bentar lagi nikah loh bang, ajarin ke ilmunya.."

"Ilmu apa?ilmu bikin enak ya?" Dariel senyum-senyum lagi.

"Yang kaya begitu ga usah diajarin yang, nanti Juga Jay bisa sendiri."

"Duh...kayanya bakalan kocak, nanti aku tanyain Tiara ah.."

"Ga tahu malu nanya yang begitu."

"Ya...kali aja dia mau cerita."

"Ya udah.., kamu udah belum dandannya?sini Abang kasih ilmu.." Perkataan Dariel membuat Ara ngakak.

"Jadi aja kepingin lagi. Nyesel aku bahas-bahasnya mending aku bangunin Trilets deh supaya papinya diem.."

"Aish...jangan dong.." Dariel sudah berdiri dan mendekap Ara.

"Takut kesiangan sayang, nanti Daddy nunggu.."

"30 menit aja, gerak cepat.." Dariel sambil menghujani Ara dengan ciuman kecil.

"Duh...kalo engga dilayanin dosa nih. Ya udah ayo..."

***To be continue