webnovel

I don't know you, but I Married you

Kenan sudah pasrah, keinginannya untuk menikahi kekasih 8 tahunnya hanya tinggal mimpi. Karena permusuhan kedua orang tuanya mereka gagal untuk melangkah ke pelaminan. Baru saja patah hati ayahnya langsung meminta Kenan untuk menikah dengan wanita pilihannya. Siapa kah dia??apa mungkin dia bisa mengobati luka hati Kenan atau justru sebaliknya??

Keyatma · Teen
Not enough ratings
521 Chs

Minta Restu

Dariel melangkah bersama Kenan keluar menemui orang yang selama ini dikhawatirkan Ara.

"Tenang aja Riel, om dukung apapun yang terjadi.." Kenan merangkul bahu Dariel untuk memberikan semangat.

"Iya om, makasih."

"Om Tinggal ya." Kenan kembali masuk dan meninggalkan Dariel dan ayahnya.

"Opa.."

"Mending sambil jalan-jalan keliling lembang bentar, mau?"

"Boleh opa, biar Dariel ambil kuncinya dulu.."

"Ga usah, pake mobil opa aja.." Ryan menemui supirnya dan meminta kunci mobil lalu diserahkannya pada Dariel sepertinya dari dalam Ara semakin gelisah.

"Mau keliling aja atau ada yang dituju opa?"

"Cari tukang susu murni aja ya kayanya enak dingin-dingin gini."

"Iya opa.." Dariel dengan perlahan menyetir sambil melihat ke arah sekeliling.

"Jadi GM udah berapa lama?"

"Sekitar 6 bulanan opa.."

"Kenal Ara?"

"11 bulanan.."

"Orang tuanya kerja apa?" Ryan bertanya pertanyaan yang sebenarnya dia sudah tahu dari Kenan tadi. Dia hanya ingin tahu cerita sebenarnya dari Dariel.

"Hmm..orang tua saya ga ada."

"Kemana?"

"Pergi opa.."

"Ga coba cari?"

"Saya selalu pingin tapi kalau ketemu pun saya ga tahu apa mereka mau nerima saya."

"Kenapa?"

"Saya bukan anak kandung ayah saya."

"Tapikan kamu anak kandung ibu kamu."

"Iya tapi..ibu saya juga hmm..punya hubungan yang ga baik dengan saya." Dariel sedikit bingung menjelaskannya.

"Kenapa bisa ga baik?"

"Saya ga tahu, saya selalu berusaha nanya dan ngajak dia ngobrol tapi ibu saya ga pernah mau."

"Kamu punya salah kali."

"Mungkin, saya ga tahu."

"Udah pernah ketemu ayah kandungnya?"

"Belum juga, kalo ini saya ga tahu harus cari kemana. Saya ga punya informasi apapun soal ayah saya."

"Umur berapa ditinggalin?"

"Hm...14 tahun.."

"Terus kamu sekarang hidup sama siapa?"

"Pak Stefan, dulunya kerja di kantor juga."

"Iya opa tahu.."

"Lulusan apa?"

"Saya S2 akuntansi."

"Oh...S2. Ga lanjut?"

"Engga opa.."

"Kenapa?"

"Uangnya saya pake buat renovasi rumah."

"Udah punya rumah?"

"Alhamdulillah udah opa."

"Ketemu Ara di kantor atau sebelumnya udah kenal?"

"Di kantor opa dulu-dulu pernah liat tapi belum kerja disitu."

"Suka sama Ara Kenapa?"

"Untung pastinya saya juga ga tahu hal apa yang bisa bikin saya suka sama Ara, saya sayang dia gitu aja."

"Terus pacaran dikantor dong?"

"Tenang aja opa, saya sama Ara kalo kerja profesional."

"Baguslah, opa ga mau ada hal pribadi ganggu kerja." Ryan memandang lurus kedepan lalu Dariel memakirkan mobilnya disebuah kedai kecil yang menjual roti bakar dan roti kukus, mie serta susu murni.

"Opa mau minum rasa apa?"

"Original aja."

"Mau sekalian rotinya?"

"Boleh, roti bakar ya rasa keju susu."

"Iya, Dariel pesenin dulu.." Dariel lalu memesan pada pelayan kedai tersebut dan segera kembali ke meja mereka.

"Keluarga Seazon itu ga pernah main-main Riel soal penerus."

"Iya keliatan kok opa dari masuknya Ara, Ethan, Edward."

"Ara salah satu calon penerus dari Kenan pacaran sama kamu ya...bisa dibilang stafnya sendiri. Apa kamu ga terganggu dengan status itu?"

"Kalo boleh jujur sangat terganggu opa makannya Dariel ga berani bilang dikantor kalo pacaran sama Ara takutnya karyawan lain jadi ngomongin Ara kalau cuman Dariel yang diomongin ga ada masalah makannya kita milih pacaran diem-diem."

"Udah tahu gitu, kenapa dilanjutin?" Perkataan Ryan bersamaan dengan pesanan mereka datang.

"Awal deketin Ara bahkan Dariel ga ada niat buat lanjutin kearah pacaran, udah coba jauhin juga tapi ternyata Ara ga nyaman jadi kita udah sepakat jalanin hubungan ini. Kita bahkan sering berantem cuman gara-gara bahasan ini. Dariel minder deket Ara yang punya segalanya."

"Kalo opa ga setuju, apa mau kamu tinggalin Ara?opa bakalan cari tahu tentang ayah kamu, itukan yang kamu pingin?apa mau?" Pernyataan Ryan disambut wajah tegang Dariel. Pertanyaannya begitu menjebak. Dia sangat menyukai Ara tapi disisi lain dia juga punya keinginan untuk bertemu dengan ayahnya. Dariel meminum susu murninya lalu mencoba menenangkan diri.

"Saya pingin ketemu ayah kandung saya tapi apa dia juga mengharapkan hal yang sama?dari kecil ga pernah ada yang datang buat nyari saya itu kaya petanda bahwa ayah kandung saya sendiri ga pernah mau ketemu saya sementara Ara mau nerima saya dengan kekurangan saya. Opa boleh bilang saya anak durhaka atau ga tau diri tapi saya yakin harusnya orang tua itu ga bikin anaknya menderita dan selama ini saya menderita sendirian lalu kalo tiba-tiba mereka datang nemuin saya mungkin saya bisa maafin mereka tapi kalo hidup bareng saya takut, saya takut kecewa lagi. Saya memilih hidup sama orang yang udah jelas menyayangi saya dan nerima saya. Keluarga yang saya kenal, ayah saya yang saya kenal cuman Pak Stefan ga ada yang lain. Kalo memang harus ketemu saya bersyukur dan itu saya anggap takdir tapi kalaupun engga saya ga papa dan saya yakin ketika saya meninggal pun saya akhirnya bakalan tahu."

"Jadi ga mau ninggalin Ara?"

"Saya mau ninggalin Ara kalo Ara yang bilang sendiri sama saya, kalo dia belum bilang saya bakalan ada buat dia." Dariel dengan mantap namun Ryan masih berpikir dan melahap rotinya.

"Saya tahu opa dibanding lelaki diluaran sana yang opa kenal mungkin saya bukan apa-apa. Saya dulu sering diledekin anak yang ga jelas bahkan yang terkejam saya dibilang anak haram. Saya ga pernah marah, saya tahu diri juga. Saya bisa kerja di Seazon Company gara-gara Pak Stefan tapi apa saya salah kalo menyayangi orang lain?termasuk sayang sama cucu opa?saya ga pernah nyuri apalagi bunuh orang. Sebelumnya saya ga pernah pacaran apalagi punya hubungan yang seurius karena saya ga berani dan sadar dengan keadaan saya tapi entah kenapa Ara buat saya berani ngelakuin apapun yang dulu saya takutin." Dariel berbicara lagi namun Ryan belum juga memberi komentar.

"Ayo kita pulang." Ryan beranjak berdiri sementara Dariel segera membayar pesanannya tadi lalu menuju mobil untuk kembali pulang ke vilanya. Di lain tempat Ara dengan gelisah menunggu Dariel pulang dengan opanya.

"Lama banget sih..."

"Kenapa sih kak?udah masuk kamar."

"Aku ga bisa tenang dad, Opa lagi apa sih sama Dariel?mereka pergi kemana?ngapain aja?"

"Udah tenang, denger sayang apapun hasilnya Daddy dukung kok hubungan kamu sama Dariel."

"Ya tapi..."

"Udah-udah masuk kamar.."

"Di kamar pun kakak ga bisa tidur Dad.."

"Udah ayo..." Kenan merangkul anaknya namun tidak lama suara mobil terdengar pertanda seseorang masuk. Ara menghentikan langkahnya dan menunggu mereka masuk. Tampak wajah tegang opa nya sementara Dariel terlihat datar.

"Opa istirahat duluan ya.."

"Riel...gimana?kenapa wajah kamu gitu?ada apa?"

"Hmm...kita ngobrolnya besok lagi aja ya.."

"Ga bisa, aku ga bisa nunggu lagi.."

"Daddy tinggal ya.." Kenan menyadari situasinya dan pergi meninggalkan Ara dan Dariel.

"Dariel Sagara cerita ada apa?"

***To Be Continue