webnovel

I don't know you, but I Married you

Kenan sudah pasrah, keinginannya untuk menikahi kekasih 8 tahunnya hanya tinggal mimpi. Karena permusuhan kedua orang tuanya mereka gagal untuk melangkah ke pelaminan. Baru saja patah hati ayahnya langsung meminta Kenan untuk menikah dengan wanita pilihannya. Siapa kah dia??apa mungkin dia bisa mengobati luka hati Kenan atau justru sebaliknya??

Keyatma · Teen
Not enough ratings
521 Chs

Lamaran Dariel

WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa harap kebijksanaan pembaca.

"Kalo gitu nikah sama aku."

"Hah???" Ara terkejut dengan ucapan Dariel.

"Cuman pilihan ini yang buat opa kamu restuin hubungan kita. Aku juga ga pernah main-main sama hubungan kita."

"Ta..tapi kita baru pacaran, setahun aja belum." Ara masih terkejut dengan ucapan Dariel tadi.

"Kita pacarannya udah nikah aja atau...ada yang lain?" Dariel sedikit kecewa dengan jawaban Ara.

"Duh..aku lemes gini.." Ara segera duduk di sofa tedekat sementara Dariel berjongkok dihadapannya.

"Kamu ga mau?" Dariel memastikan lagi sambil menggengam kedua tangan Ara.

"Aku syok Riel bukan berarti ada yang lain atau ga mau. Aku sadar, aku udah pernah kecewain kamu. Aku pikir kamu ga akan secepat ini buat lamar aku, dengan ada pengalam buruk hubungan kita aku pikir kamu bakalan ragu sama aku dan berpikir beribu-ribu kali buat jadiin aku istri kamu."

"Sayang...waktu aku bilang kita lupain soal masalah kemarin ya udah aku pingin bener-bener lupa bahkan aku anggap ga pernah terjadi. Aku juga liat keseuriusan kamu ke aku. Aku ga mau kamu dihantui rasa bersalah terus. Dengan kamu ngajakin aku ke acara ulang tahun opa kamu aja aku ngerti kalo kamu pingin kita seurius. Aku sayang kamu, sayang sama sama keluarga kamu. Ayo nikah sama aku..." Dariel menatap seurius wajah Ara dan kali ini dia mendapatkan anggukan dari kekasihnya itu membuat Dariel senyum dan memeluknya.

"Aku ga bawa cincin nanti aku beliin sampe Jakarta."

"Aku ga butuh cincin, aku cuman pingin pastiin opa setujukan?"

"Iya, dia setuju."

"Aku sayang kamu.." Ara semakin memeluk erat Dariel.

"Ga perlu ada yang ditakutin lagi sekarang. Kamu boleh bilang kita pacaran dikantor atau sekalian bilang aja aku calon suami kamu."

"Hm...masa?beneran boleh?" Ara melepaskan pelukannya.

"Iya tapi ga usah frontal juga, biarin mereka tahu tanpa harus kita liat-liatin."

"Iya bawel..."

"Tuh ya kamu kalo dikasih tahu suka ngeledek."

"Riel..."

"Iya sayang.."

"Besok-besok kancing bajunya jangan dibuka gini.." Ara memperhatikan penampilan Dariel sejak mereka makan malam.

"Emang kenapa?"

"Hm..aku ga suka.."

"Kamu kenapa sih?dari kita datang protes aja sama penampilan aku biasanya juga engga, ada yang salah?"

"Engga ada yang salah, tapi dada kamu tuh jadi keliatan gitu.."

"Ya terus kenapa?"

"Ya janganlah, aku ga suka nanti cewek-cewek liatin.."

"Kamu mikirnya apa sih yang?diluaran sana banyak kok yang dadanya keliatan."

"Ya beda aja Riel kalo itu kamu."

"Oh..aku tahu. Aku seksi lagi ya?" Goda Dariel.

"Ish...udah ah aku mau tidur."

"Eh tunggu dulu, tadi ga bisa tidur sekarang mau tidur."

"Kan tadi masih penasaran sekarang udah engga." Ara melepaskan tarikan Dariel dan segera menuju kamarnya.

"Udah sana ke kamar.."

"Ga akan kasih apa gitu?"

"Engga, soalnya kamu nyebelin.."

"Ya udah aku aja yang kasih.." Dariel menarik tangan Ara lalu menciumnya. Tangan Dariel yang satunya dia letakkan dileher Ara sementara Ara yang yang tadi menolak mulai mendekat dan meletakkan tangannya dipinggang Dariel.

"Kapan kamu bilang sama orang tua aku?"

"Secepat sayang, aku bicarain dulu sama Bapak." Dariel mencium pelan lagi bibir Ara yang merah.

***

Pagi harinya Kenan cukup penasaran sebenarnya dengan hasil pembicaraan Ayahnya dan Dariel namun dia tak mau bertanya dan lebih memilih untuk menunggu Dariel yang akan menceritakan padanya nanti.

"Kris pake jaket dulu sayang, mau jalan-jalan.." Jesica memasangkan jaket pada Kris yang ada ditangan Kenan.

"Anak-anak yang lain udah siap?"

"Udah, mereka nunggu di depan."

"Tadi Kay sama Ran ijin duluan mau ada yang dicari katanya."

"Iya tadi juga udah bilang sama aku Mas."

"Kris.....sama kakak yuk perginya, kakak gendong.." Ara dan Dariel langsung menghampiri Kenan dan Jesica yang masih sibuk dengan persiapannya.

"Kakak kaya yang bisa aja segitu paling jarang gendong-gendong Kris."

"Bisalah Dad, Daddy aja ga pernah liat. Mom..Kris ikut mobil Dariel ya.."

"Nanti nangis sayang.."

"Engga mom, kasih aja susunya." Ara mengambil alih Kris dari Kenan.

"Kris embul, pingin sama kakak ya, iya ya sama Daddy bosen..."

"Nih susunya kalo ada apa-apa telepon mommy ya.."

"Iya mom.."

"Ya udah ayo ke depan." Kenan mengambil tas kecilnya dan berjalan ke luar menemui keluarganya yang lain sementara Itu Kiran dan Kay baru saja selesai membeli kalung yang diinginkan mereka.

"Tuhkan ada sayang.."

"Iya tapi harganya mahal.."

"Ya ga papa, kapan lagi aku beliin."

"Makasih sayang.." Kiran memeluk Kay sebentar dari samping.

"Iya sama-sama, biasanya kamu malu nih gini-gini di depan umum tumben sekarang engga."

"Lagi seneng aja."

"Mau kemana lagi?"

"Tadi katanya keluarga kamu mau jalan-jalan di Lembang masa kita pergi lagian sore kita mau pulang Kay.."

"Kali aja kamu pingin kemana dulu.."

"Engga, kita susulin keluarga kamu aja."

"Ya udah ayo.." Kay menuntun Kiran menuju parkiran.

"Aku langsung pake ah.." Kiran yang setelah duduk dimobil langsung membuka kotak kalungnya.

"Bisa ga?sini aku pakein." Kay membuat Kiran memunggunginya sementara Kay mulai mengaitkan kalung yang bertuliskan huruf K itu.

"Bagus ga?" Kiran segera membalikkan badannya ketika Kay sudah selesai.

"Bukan bagus tapi cantik sayang..." Kay memuji membuat Kiran kini mengecup bibirnya sebentar.

"Aku sayang kamu." Kiran yang jarang-jarang mengungkapkan perasaannya membuat Kay sedikit heran apalagi sekarang entah ada angin apa Kiran mengalungkan tangannya dipundak Kay dan mencium bibirnya lagi.

"Sayang, lagi diparkiran ini.." Kay melepaskan tautannya.

"Kalo udah disana ga bisa, bentar aja.."

"Kamu kenapa sih?tumben banget kaya gini."

"Kitakan jarang-jarang liburan bareng."

"Iya tapi kamu tuh beda aja, aku ada bikin salah ya?"

"Engga, kamu ga salah apa-apa."

"Kamu jangan bohong ya, aku ga suka."

"Aku ga bohong sayang.." Kiran mengusap pelan rambut belakang Kay.

"Ya udah lepasin aku mau nyetir nih."

"Kamu cuekin aku?"

"Engga, aku ga cuekin."

"Ya udah kita pergi aja.." Kiran segera melepaskan pelukannya lalu duduk dan menarik safety beltnya.

"Ih kok jadi marah gitu sih?aku ga cuek sayang.."

"Udah ayo pergi.." Kiran dengan wajah cemberutnya sementara Kay mendekatkan dirinya dan mencium Kiran.

"Kamu pingin gini?"

"Udah engga."

"Aku yang mau sekarang." Kay memiringkan kepalanya kekanan lalu melumat bibir Kiran dengan lembut sementara Kiran menaikan tangannya lagi ke punggung Kay dan entah kenapa tiba-tiba sudut matanya mengeluarkan air mata dan sebelum Kay menyadari Kiran segera menghapusnya. Dia mungkin sedih karena tersadar ini akan menjadi ciuman terakhirnya untuk Kay.

****To be continue