webnovel

I don't know you, but I Married you

Kenan sudah pasrah, keinginannya untuk menikahi kekasih 8 tahunnya hanya tinggal mimpi. Karena permusuhan kedua orang tuanya mereka gagal untuk melangkah ke pelaminan. Baru saja patah hati ayahnya langsung meminta Kenan untuk menikah dengan wanita pilihannya. Siapa kah dia??apa mungkin dia bisa mengobati luka hati Kenan atau justru sebaliknya??

Keyatma · Teen
Not enough ratings
521 Chs

Ketemu

Kenan dengan seksama memperhatikan rekaman CCTV yang ada dikantornya. Dia melihat sejak dirinya datang bersama yang lain. Kini semua layar tampak menampilkan saat dimana Kenan dan Jesica berhenti di lobi untuk mengobrol dengan kenalan Kenan Pak Budi yang masih bekerja disana. Dari rekaman itu kedua cucunya masih terlihat berdiri namun saat Kenan dan Jesica tampak asyik mengobrol Ravin mulai jahil menganggu sang adik Davin dengan menarik-nariknya dan mereka berdua pun bermain disana, berlarian kesana dan kemari sampai mereka masuk kedalam lift yang terbuka. Lift kosong itu kini mereka tumpangi dan tanpa takut Davin menekan semua tombol disana. Semula keduanya hanya diam disana dan keluar saat pintu lift terbuka. Dua kembar itu kini berada di lantai 4. Mereka berlarian seolah sedang bermain petak umpat. Orang-orang disana yang sempat meilhat keduanya menghampiri dan bertanya namun mereka kembali berjalan Ketika salah satunya mengatakan sesuatu yang Kenan tak tahu.

"Itu mereka Pak.." Seorang petugas menyadari keberadaan mereka berdua disalah satu layar CCTV.

"Ya ampun, makasih ya.." Kenan hanya tersenyum dan segera pergi ketempat dimana sang cucu masih asyik bermain. Jesica yang sedari tadi menunggu kini berjalan bersama sang suami.

"Kakak suruh ke lobi aja langsung.." Kenan menekan tombol lift untuk turun kebawah. Dia tahu cucunya tak mungkin pergi kemana-mana dan kalaupun sampai terjadi sesuatu dengan mereka Kenan akan tahu jejaknya.

"Ye…" Ravin berlari secepat mungkin. Dia tak peduli telah menjatuhkan beberapa banner yang ada disana sementara Davin tampak melompat-lompat di sofa lobi. Salah satu resepsionis dan petugas kemananan bahkan mengejar mereka.

"Kejar..kejar.." Ravin berlarian kesana kemari dengan Bahagia.

"Lempar…" Davin mengambil bantal kursi yang ada disana dan melemparnya jauh meskipun nyatanya itu hanya jatuh diatas meja. Kejadian itu kini dilihat oleh Kenan dan Jesica yang baru saja keluar dari Lift begitupun Ara dan Jay yang juga baru datang.

"Ya ampun…."

"Mami….." Davin segera turun dan menghampiri Ara. Ibunya itu masih syok sementara Kenan geleng-geleng kepala. Lobi kantor mereka kini bak kapal pecah. Security dan resepsionis disana kini diam begitu melihat Kenan.

"Ini kenapa ini?." Ara melihat dagu Davin yang memar.

"Davin jatuh.."

"Kalian ya…"

"Udah kak jangan dimarahin, ga papa…" Kenan langsung melihat keadaan Davin.

"Ravin udah sini, cape sayang.." Panggil Jesica.

"Tempat mainnya luas amma.."

"Tempat main? Ini kantor Ravin.." Ara tak habis pikir sementara Kenan tersenyum.

"Duh keringetan gini, udah puas mainnya?." Jesica malah ikut-ikutan santai seperti Kenan membuat Ara tak habis pikir dengan kedua orang tuanya.

"Coba Appa tanya, Ravin tadi sama Davin kemana?."

"Naik itu Appa.." Ravin menunjuk kearah Lift.

"Kenapa naik itu? Appa sama Amma kan lagi ngobrol sama orang."

"Kita main appa.."

"Iya boleh main tapi bilang dulu dong sama Appa atau Amma. Tadi kita nyariin."

"Kita juga nyariin Appa, Amma, Mami…" Ravin terus menjawab omongan Kenan.

"Lain kali bilang ya mau pergi, ini untung masih dikantornya mami, kalau diluar gimana?."

"Iya Amma.."

"Bilang apa sama Appa sama Amma?."

"Maaf…" Ravin dan Davin serempat dengan wajah tertunduk. Jay senyum-senyum melihat tingkat keduanya.

"Mami bilangin Papi ya.."

"Jangan Mi…"

"Hayo…udah bikin berantakan. Sekarang Ravin sama Davin beresin ya.." Goda Jay membuat keduanya melihat ke arah sekeliling.

"Udah-udah ga papa, biar daddy bilang OB suruh beresin. Sekarang keatas aja obatin tuh dagunya Davin.."

"Ini bukan ulah Ravin kan?."

"Engga mami, Davin jatuh dari tangga."

"Tangga?."

"Tadi kita turun lewat sana.." Ravin menunjuk kearah tangga darurat.

"Ampun ya kalian."

"Udah kak, kasian anaknya.."

"Anak aku kenapa makin gede makin gini dad.."

"Kualat sih, salah kakak usilin Kay terus, waktu kecil Kay bandelnya begini nih cuman dia ga bawa-bawa Jay kalau ini kakak sama ade sama aja. Selamat ya…" Kenan dengan senang membuat Jesica dan Jay tertawa kecil.

"Kay anaknya malah manis banget."

"Eh ga boleh gitu dong. Inget ya kakak pingin Triplets susahnya gimana, syukurin aja sayang ini anaknya pinter-pinter.."

"Ravin pinter amma mau masuk SD.." Anak itu menjawab lagi.

"Bukan gitu mom, perasaan aku sama Dariel ga begini deh waktu kecil."

"Kata siapa? Emang kakak inget? Yang ngurus kakak kan daddy sama mommy." Ledek Kenan.

"Tiara dimana bang?."

"Ada diruangan kakak sama Zidan.."

"Abang udah istirahat?."

"Belum sempet mom tadi keburu tahu Ravin sama Davin hilang.."

"Ya udah nanti istirahat bareng, abang jadi kurusan begini ih, mommy ga suka.."

"Masa sih? Perasaan mommy aja.."

"Iya, kalo berdiri bareng Kay biasanya sama sekarang kok beda.."

"Kay aja gendutan.."

"Ga mungkin, dia kan soal penampilan ngejaga banget."

"Iya mommy, nanti aku makan yang banyak."

"Jangan stress-stress sayang, Tiara pasti inget."

"Iya mom. Aku sama Tiara udah sepakat ga usah inget-inget itu lagi. Kita mulai lagi aja dari awal."

"Nah itu lebih baik, ga usah jadi beban yang begini." Jesica terus berjalan mengikuti kemana arah ruangan Ara. Sesampainya disana Ara langsung mengobati luka yang ada di dagu anaknya.

"Ini kalo papi liat jawab apa coba?."

"Jatuh mi.."

"Kok bisa sih jatuh sampe begini?."

"Kejar Ravin.."

"Kalau lari itu pelan-pelan."

"Lari itu harus cepet mi.." Kali ini Ravin yang menjawab sambil mempraktekkan gayanya.

"Dasar banyak gaya.." Ara sambil senyum-senyum.

"Kak…udahlah berhenti kerja, jagain anak-anak. Mau sampai kapan kakak kaya gini?."

"Jadi daddy kesini mau bilang itu?."

"Ya engga, daddy pingin liat dong kantor daddy."

"Dad..aku tuh bukan ga mau berhenti, aku cuman…"

"Daddy ga mau denger kata ga enak lagi. Sekarang udah dilonggarin kok sayang. Dulu iya waktu ada alm. Opa semuanya harus berperan kerja sana sini namanya juga masih ngerintis sekarang kan udah tinggal dikembangin, lebih dimajuin lagi. Percayain sama orang. Boleh ngeliat sesekali aja, kaya daddy gini, Ga kasian sama anak? Kan masih ada Dariel. Apa sih yang dikejar kak?."

"Aku juga udah longgarin kok kerjaan aku dad, seminggu aja aku cuman masuk 3 hari."

"Ya kalo gitu sekarang seminggu 1 hari."

"Iya kak jadi berhenti ngomelnya sama aku." Jay mendukung perkataan Kenan.

"Udah ya, bulan depan daddy ga mau denger lagi kakak ada dikantor."

"Aku juga ya dad.." Jay mencuri kesempatan.

"Selesain dulu urusan kamu bang.."

"Iya dad.."

"Denger ga kak?."

"Iya daddy.." Ara mengalah.

"Pak Rigan nelpon nih.." Jesica memberikan handphonenya pada Kenan.

- Halo

- Siang pak

- Iya pak kenapa? Kris minta jemput?.

- Maaf pak saya mau ngabarin tadi Kris ketabrak motor.

- Ketabrak? Kok bisa?

- Ceritanya nanti aja pak, sekarang Kris lagi saya anter pulang kerumah.

- Oh ya udah kita ketemu disana aja.

"Siapa yang ketabrak?." Tanya Jesica yang berharap bukan anaknya.

"Kris, kita pulang sekarang. Pak Rigan lagi anter Kris ke rumah."

*** To Be Continue