webnovel

Jeje

WARNING!!Dalam cerita ini mengandung percakapan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini

"Jadi gimana?" Jay bertanya dengan suara begitu lemah dan mungkin jika ada orang yang mendengarnya akan tahu disana ada pilu. Jay memandang punggung Tiara yang kini berbalik ke arahnya. Ah... kenapa dia harus secantik ini sih?Jay kan jadi tak sanggup membayangkan perpisahan mereka. Entah keberanian dari mana tapi kini lutut Tiara memecah tangan Jay yang begitu lekat saling menggenggam. Dengan perlahan dia mulai duduk di paha kekasihnya itu. Kini benar-benar tak ada jarak diantara mereka.

"Aku cuman sayang sama abang, cuman abang. Maaf…maaf bang…" Tiara sambil meraih pipi Jay. Matanya sedikit berkaca-kaca. Dia pun tak sampai hati jika segalanya akan berakhir sekarang. Dia tak mau. Dia tak mau jika semua yang telah mereka rencanakan pupus begitu saja karena kesalahpahaman.

"Aku ga mau kita hidup dalam kepura-puraan Tiara."

"Aku ga pura-pura Bang. Percaya sama aku please…..Maaf..Aku salah. Maaf..." Tiara memohon. Air matanya mulai turun dari salah satu matanya. Jay hanya diam lagi. Mungkin berpikir.

"Aku ga bohong bang. Aku ga bohong..." Tiara mengatakan hal itu terus menerus.

"Aku ga maksa kamu Tiara, aku juga ga akan benci kamu."

"Jangan tinggalin aku bang…Please....percaya sama aku...Please..." Tiara semakin mendesak. Wanita itu kini benar-benar menangis. Jay memandangi sebentar Tiara yang sedang memejamkan matanya dengan air mata yang berlinang. Dia benar-benar menangis. Satu tangannya kini menghapus air matanya yang turun. Dia tak pernah melihat Tiara menangis sejak insiden Dirga. Sekarang Jay membenarkan rambutnya. Memindahkannya kebelakang dan dalam hitungan detik Jay menarik Tiara. Dia menciumnya. Dia membalas rengekan Tiara dengan sebuah ciuman kelembutan. Badan Tiara dia dekap perlahan sambil terus menautkan bibirnya. Tentu saja Tiara tak menolak. Tak ada alasan lagi untuknya menghindar. Jay seakan menumpahkan kerinduannya sekarang. Dia sangat merindukan wanita yang ada di depannya. Dia tak mungkin memungkiri jika hatinya tak bisa melepaskan Tiara. 5 tahun kebersamaan mereka pasti akan sulit untuk Jay lupakan.

"Aku ga mungkin ninggalin kamu." Ucap Jay saat tautannya terlepas.

"Aku ga ada hubungan apa-apa sama tommy, kita cuman temen ngobrol." Tiara menjelaskannya lagi sambil mencoba meredakan tangisannya.

"Sekali lagi aku liat kamu diem waktu dia rangkul-rangkul kamu. Aku bisa hajar dia dan marah sama kamu."

"Iya aku ngerti, aku bakalan nurut sama abang. Mulai sekarang aku bebasin Abang cemburu.."

"Kamu juga kalo mau kesel, mau marah tuh bilang.." Jay sambil mengusap sisa-sisa air mata Tiara. Wanita itu kini meraih pergelangan tangan Jay. Menahannya disana.

"Bang, pernikahan kita baik-baik aja kan?"

"Aku nunggu jawaban kamu."

"Aku yakin sama Abang, aku yakin." Tiara seolah menjawab pertanyaan Jay saat di Australia.

"Oke. Kita ke Bali.." Jay sambil tersenyum. Matanya berbinar sekarang. Tak ada lagi amarah apalagi kesedihan. Ini impiannya. Menikahi Tiara adalah keinginannya dari dulu. Ini akan terwujud sebentar lagi. Tiara menyimpan lagi tangannya dibahu Jay dan menciumnya lagi. Ciuman yang begitu memburu bahkan entah sejak kapan bibirnya kini hinggap di leher Jay dan memberikan tanda merah disana. Dia benar-benar lupa diri.

"Tiara..." Jay segera mendorong bahunya. Tiara menatapnya kaget.

"Kamu ga boleh cupang aku, kita belum nikah."

"Yah..... udah ada satu bang.." Tiara dengan senyuman tanpa penyesalan.

"Aku harus gimana?nanti Daddy nanyain, mommy liat.."

"Tutupin aja pake kemeja."

"Tiara kamu nakal.." Jay mengusap bekas ciumannya dibibir Tiara.

"Abang gemesin..." Tiara mencubit kedua pipi Jay dan menggerakkannya pelan ke kiri dan ke kanan.

"Mau pulang?"

"Bentar lagi. Aku kangen.." Tiara memeluk Jay sekarang. Dia mendekapnya agar pria itu tak bisa bergerak.

"Besok sore kita harus berangkat ke Bali."

"Undangan belum kesebar."

"Nanti aku bantuin, lagian tinggal share linknya aja.."

"Jangan marah kaya tadi lagi. Aku takut."

"Maaf aku tadi ga bisa nahan. Aku kesel." Jay membalas pelukan Tiara. Mengusap-usap pelan punggungnya. Mungkin dia juga lelah habis menangis. Tidak lama Jay merasakan sesuatu yang berbeda dibawah sana. Sepertinya ada yang salah atau tepatnya terbangun. Dia..dia merasa....

"Tiara...kamu harus turun sekarang."

"Bentar lagi bang.."

"Ga bisa Tiara, kamu harus lepasin aku.."

"Kenapa?" Tiara melepas pelukannya dan menatap tajam.

"Jeje kayanya berdiri?"

"Jeje?ada orang lain disini?" Tiara segera mengalihkan pandangannya ke kiri dan ke kanan. Dia memeriksa takut-takut ada yang mengintip kemesraan mereka.

"Junior Jay..."

"Junior Jay?" Tiara tak mengerti. Jay melirik kearah bawahnya dan seketika Tiara langsung berdiri begitu tahu maksudnya.

"Duh...ini tegang..." Jay segera mencari gespernya.

"Bang...bang...mau ngapain?" Tiara panik melihat tingkah Jay.

"Buka, Jeje kasian..."

"Bang...ada aku ini.."

"Oh iya, aku ke kamar dulu. Aku harus turunin ini." Jay lupa. Dia bergegas ke kamar dan mengendalikan ketegangannya. Tidak biasanya 'Jeje' seperti ini. Biasanya dia diam saja ditempatnya dengan posisinya.

"Jeje?" Tiara tertawa sendiri dengan panggilan itu. Aneh sekali mendengarnya. Dia tak mengerti Jay menamai miliknya itu dengan sebutan konyol. Belum lagi Tiara aneh kenapa Jay bisa begitu. Biasanya tak pernah ada kejadian seperti ini. Atau Tiara saja yang tak tahu. Dilain tempat Jay berusaha menenangkan dirinya. Dia harus menurunkan Jeje sekarang. Dia sama bingungnya dengan Tiara.

"Kenapa aku gini?kenapa Jeje bangun?" Jay berbicara sendiri. Tadi bahkan tanpa malu Jay mengakui dirinya menegang. Dia mencoba mengontrol dirinya agar tak memikirkan Tiara. Sejak dia membayangkan Tiara Jeje sedikit terbangun apalagi tadi itu Tiara ada dipangkuannya dengan jarak yang begitu dekat dan aktivitas fisik yang menggelora.

"Bang..." Ketuk Tiara perlahan. Jay langsung tersadar dari meditasinya dan membenarkan celananya.

"Iya.." Jay membuka pintunya dan melihat Tiara berdiri didepannya.

"Apa udah tenang?"

"Udah. Kita harus pulang sekarang Tiara."

"Iya.. sebaiknya kita pulang." Tiara tak sanggup melihat Jay. Dia jadi malu sendiri. Tiara mulai berjalan keluar dari apartemen itu.

"Tiara...maaf. Tadi itu..." Jay membuka pembicaraan di dalam mobilnya.

"Iya ga papa.." Tiara segera memotong perkataan Jay.

"Aku ga tahu tiba-tiba gitu.."

"Itu berarti Abang ada nafsu..."

"Tapi aku ga niat ngapain-ngapain kok..Tiara..."

"Iya...aku percaya..." Tiara dengan manja bergelayut di lengan Jay.

"Aku mungkin ngecewain Daddy sama mommy..."

"Lagian Abangkan ga tahu caranya."

"Kata siapa?Aku tahu.." Jay percaya diri.

"Kay bilang itu tinggal maju, mundur, goyang..." Jay berucap lagi membuat Tiara tertawa.

"Udah ah jangan dibahas. Aku geli dengernya. Kita ga pernah bahas-bahas hal sedewasa ini."

"Ya udah kita beli burger dulu sayang?"

"Abang lapar?"

"Sedikit, tapi kalo kamu ngantuk aku anterin pulang aja.."

"Engga kok, aku temenin Abang aja.."

"Temenin aja?"

"Makan juga dong.."

"Besok kita berangkat jam berapa sih?"

"Jam 5 sore bang.."

"Oke...besok kita pergi bareng." Jay penuh semangat.

***to Be Continue

Sedikit bercerita kenapa Jay menyebutnya Jeje. itu karena JJ memang singkatan Junior Jay tapi secara pelafalan J dibaca Je. Jadi sejak itu Jay sering memanggil miliknya Jeje. Hihihi

Don't forget leave comment and vote ya. :)

Keyatmacreators' thoughts
Next chapter