webnovel

I don't know you, but I Married you

Kenan sudah pasrah, keinginannya untuk menikahi kekasih 8 tahunnya hanya tinggal mimpi. Karena permusuhan kedua orang tuanya mereka gagal untuk melangkah ke pelaminan. Baru saja patah hati ayahnya langsung meminta Kenan untuk menikah dengan wanita pilihannya. Siapa kah dia??apa mungkin dia bisa mengobati luka hati Kenan atau justru sebaliknya??

Keyatma · Teen
Not enough ratings
521 Chs

Jadi Nikah

WARNING!!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa harap kebijksanaan pembaca.

Dariel menarik badan Ara agar mendekat ke arahnya. Bibirnya terus dia kaitkan pada bibir kekasihnya itu. Perlahan tapi pasti Dariel membimbing Ara kearah kursi lalu entah bagaimana caranya Ara kini sudah duduk dipangkuan Dariel dan dia terus membalas ciuman yang diberikan kekasihnya.

"Riel..nanti ada orang yang datang.."

"Mereka ga akan berani keatas karena tahu ada kita."

"Kamu cerita dong sayang, kenapa?ada apa?"

"Makasih buat semuanya, aku tahu kamu yang bikin ini. Aku ga pernah bahagia kaya gini di hari ulang tahun aku sendiri. Ini ulang tahun terbaik yang pernah aku rasain sepanjang hidup aku. Sejak ada kamu aku ga pernah sedih-sedih lagi. Aku bahagia sama kamu."

"Aku juga bahagia sama kamu.."

"Sayang...dari semua kado yang aku dapetin hari ini cuman kado dari orang tua kamu yang bikin aku seneng."

"Mobil?"

"Bukan, mereka ada kasih kado lain ke aku sampe aku nangis."

"Tuh kan kamu bukan flu, mereka kasih apa lagi?"

"Mereka ...kasih ijin aku buat nikahin kamu." Dariel dengan senyuman mengembang membuat Ara dibuat lemas kali ini.

"Kamu seurius?ga lagi bohongkan?"

"Aku ga mungkin bercanda dan bohong kalo soal ini. Kamu maukan?" Dariel kini meraih tangan Ara yang ada dipundaknya lalu menciumnya dengan mesra.

"Aku mau nikah sama kamu.."

"Aku bakalan siapin apapun yang kamu mau.."

"Eh...Aku belum ngasih kado buat kamu."

"Udah aku bilang ga usah sayang.."

"Aku udah beli, masa ga jadi aku kasih.."

"Ya udah mana?"

"Bentar, jangan kemana-mana.." Ara segera turun kebawah mencari kadonya yang ada dalam tas lalu kembali naik dan duduk dipangkuan Dariel lagi.

"Ini buat kamu, jangan diliat bentuk atau harganya tapi manfaatnya." Ara membuat Dariel membuka secara perlahan kadonya.

"Aku ga peduli apapun yang penting itu dari kamu..." Dariel kini mengetahui isi kado Ara. Sebuah jam tangan mewah sekarang sudah ada didepannya.

"Aku kasih ini supaya kamu inget aku." Ara mulai memasangkan jam itu dipergelangan tangan Dariel.

"Mungkin kalo nanti kamu mau lembur terus kamu liat jam tangan ini kamu langsung inget aku jadi ga jadi lembur atau berhenti dari sibuknya. Aku pingin kamu tahu waktu Riel di keseharian kamu, dari kerja sampe urusan pribadi."

"Ini emang jadi masalah aku dari dulu yang kamu ga suka. Aku pelan-pelan lagi ngatur itu sayang apalagi sekarang mau nikah jelas aku harus perhatiin calon istri aku. Makasih sayang kadonya.."

"Iya jangan sibuk-sibuk dong Riel apalagi mulai sekarang banyak yang harus kita urusin."

"Iya-iya sayang.."

"Kamu butuh asisten kayanya, kenapa sih ga cari aja?pekerjaan kamu udah overload kayanya. Kalo aku kan ada Chandra, kamu kasih dong wewenang buat wakil kamu.."

"Iya sayang nanti aku cari, udah jangan ngomel terus nanti malah kesel sendiri." Dariel membuat Ara tersenyum dan menundukkan lagi kepalanya udah mencium Dariel yang menyambut dengan senang hati bibirnya.

"Udah yuk kebawah, ga enak ninggalin mereka lama-lama.." Ara sambil menghapus bekas lipstiknya yang ada di bibir Dariel lalu beranjak dari pangkuannya dan kembali kebawah bersama Dariel.

****

"Daddy...." Ara segera berlari kearah ayahnya saat mereka baru saja masuk kedalam rumah. Dia memeluk ayahnya erat sambil mencium pipi kanan kirinya membuat Jesica dan Jay heran.

"Kenapa sih kakak?" Jay heran dan terus berjalan begitupun Jesica yang hanya senyum-senyum sambil menggendong Kris yang sudah tertidur.

"Aku sayang Daddy..."

"Kakak kenapa?" Kenan mulai membalas pelukan anaknya.

"Makasih Daddy, Dariel bilang Daddy udah ijinin kita nikah."

"Kata kamu kan takut keburu tua.."

"Aku ga tahu kalo mau secepat ini Daddy kasih ijin."

"Yang penting kamu seneng..." Kenan mengusap halus rambut panjang anaknya.

"Sayang...pokoknya bikin pernikahan yang kamu pingin. Biar nanti urusan biaya Daddy yang tanggung.."

"Dad..nanti Dariel.."

"Daddy yang bakalan ngobrol sama Dariel kak.." Kenan langsung memotong pembicaraan Ara seolah tahu apa yang akan dibicarakan anaknya.

"Aku juga punya tabungan kok, biar pake uang aku aja.." Ara melepaskan pelukannya.

"Sombong ya sekarang mentang-mentang udah kerja, punya gaji ga mau nerima bantuan Daddy."

"Bukan gitu dad, aku ga mau ngebebanin Daddy aja.."

"Sayang.. kakak itu bukan beban buat Daddy, Daddy sama mommy udah nyiapin anggaran buat pernikahan anak-anak Daddy. Buat kakak, buat Kay, buat Jay termasuk Kris jadi kakak ga perlu khawatir. Daddy ga mau ya denger omongan gitu lagi, Daddy juga ga mau karena kakak ngerasa ga enak sama Dariel kakak jadi tahan-tahan apa yang kakak pingin. Nikah sekali seumur hidup sayang cuman hari itu kamu jadi Raja sama Ratu semalem jadi puas-puasin aja."

"Aku ga tahu gimana kalo Daddy aku bukan Kenan Seazon.." Ara dengan senyuman sekarang.

"Mulai pikir-pikir sama Dariel pernikahannya mau gimana.."

"Iya Daddy.."

"Ya udah naik sana, istirahat.."

"Sekali lagi makasih ya daddy.." Ara mencium lagi pipi ayahnya sebelum benar-benar pergi sementara Kenan tersenyum sendiri dengan kelakuan anak sulungnya.

"Kenapa kakak Mas?" Jesica langsung bertanya saat melihat Kenan masuk kedalam kamarnya.

"Kegirangan dia gara-gara Mas ijinin nikah.."

"Masa sih?"

"Iya sampe cium-cium Mas nih.."

"Udah ngebet kali kakak Mas.."

"Dariel tadi nangis sayang.." Kenan duduk di ranjangnya sambil melihat Jesica yang sedang merapikan bawaan Kris tadi.

"Kenapa?Mas apain?"

"Mas ga ngapain-ngapain, terharu aja katanya dulu dia ga pernah dirayain ulang tahunnya apalagi ada orang yang ngasih kado."

"Sedih banget sih, kasian Dariel.."

"Terus Mas udah nyuruh dia panggil Mas Daddy.."

"Biar apa?"

"Kan bentar lagi jadi menantu sayang.."

"Kakak udah mau nikah aja, besok-besok Kay lagi Mas.."

"Ah anak itu keliatannya cuek banget soal begituan kalo Jay dipikir banget."

"Belum kali Mas namanya juga cowok. Eh Mas ngomong-ngomong soal Kay, Mas ngeh engga ada yang beda sama Olive?"

"Beda?beda gimana?"

"Mas, kalungnya itu loh Mas.."

"Kalungnya kenapa?"

"Dia beda agama sama Kay Mas.."

"Oh iya?" Kenan tak percaya.

"Iya Mas kalo sampe pacaran aduh...jangan deh."

"Kenapa sih?namanya juga anak muda masih main-main, biarin aja yang.."

"Mas..justru karena masih awal makannya mending jangan daripada udah terlanjur, berat nanti..."

"Cie...yang udah pengalaman jadi beda, keinget Andra dong.."

"Ih Mas apaan sih, aku ga mau inget-inget dia."

"Biarin aja dulu sayang, Mas yang liatin.."

"Kalo ada apa-apa awas ya Mas, Mas yang tanggung jawab."

"Kok gitu sih?"

"Mas aku udah warning ya, pacaran beda agama tuh susah Mas, apalagi kalo udah seurius."

"Kay kan masih 20an mana kepikiran seurius."

"Iya sekarang engga nanti kalo seurius beneran baru deh kepikiran. Aku ga mau ya ada apa-apa sama mereka. Soal keyakinan jangan di main-mainin."

"Yang kamu kenapa sih belakangan marah-marah terus?"

"Aku ga marah aku ngingetin aja."

"Ya kesannya Mas salah aja gitu, cuek sama anak-anak padahal engga, Mas juga tahu kok mana yang bener mana yang engga."

"Ya makannya Mas perhatian."

"Mas udah perhatian!!"

"Ya udah kalo Mas ga mau, aku yang ingetin mereka!!" Jesica kesal lalu pergi menuju kamar mandi dengan membanting pintu.

***To be continue