webnovel

I don't know you, but I Married you

Kenan sudah pasrah, keinginannya untuk menikahi kekasih 8 tahunnya hanya tinggal mimpi. Karena permusuhan kedua orang tuanya mereka gagal untuk melangkah ke pelaminan. Baru saja patah hati ayahnya langsung meminta Kenan untuk menikah dengan wanita pilihannya. Siapa kah dia??apa mungkin dia bisa mengobati luka hati Kenan atau justru sebaliknya??

Keyatma · Teen
Not enough ratings
521 Chs

Jadi Ga pingin

Gara-gara obrolan anak dengan kakaknya Jay jadi takut dan berpikir untuk tak punya anak. Dia takut bahkan sangat takut kalo anaknya punya kelainan juga. Kini Jay terlihat duduk di kursi balkon mencoba mencari artikel tentang anak atau tentang penyakit turunan yang bisa dibawa anak.

"Lagi apa?" Suara Tiara mengangetkan Jay. Belum juga selesai membaca Jay terpaksa menutup fitur browsernya.

"Lagi...duduk aja sambil main HP."

"Daddy tadi beli roti bakar enak." Tiara menyuapi Jay Roti bakar yang ada ditangannya.

"Iya enak."

"Abang mau aku bikinin kopi?eh lupa ga suka kopi atau...mau aku bikinin minuman lain?"

"Ga usah, air putih dikamar juga cukup."

"Tegang banget mukanya, kenapa?"

"Ga papa. Panas aja.." Jay menarik-narik pelan kaosnya seakan mengipas dirinya sendiri.

"Ya udah masuk kedalem nyalain AC.."

"Disini aja, ada udara lebih seger."

"Angin malem ga baik loh bang nanti masuk angin."

"Bentaran aja lagian belum ngantuk."

"Ga usah tidur juga kan bisa nonton tv."

"Kalo malem banyaknya sinetron aku ga suka."

"Ya tinggal cari chanel lain aja banyak kok yang nayangin kartun."

"Iya ya udah, ayo masuk." Jay mulai menggeser pintu balkonnya kemudian menutup tirainya pelan. Dia mulai mencari remote tv nya sementara Tiara sudah berbaring nyaman disana. Benar saja ACnya Tiara nyalakan agar udara tidak panas. Setelah berhasil mencari tontonan yang dia mau Jay ikut berbaring disana. Handphone Jay berbunyi tanda pesan masuk. Tangannya menyaku Handphone yang ada di celananya. Dilihatnya pesan dari Kay. Hah?!Kay mengirimkan satu gambar yang berisikan potongan-potongan kecil dua manusia yang tengah bercinta.

# Nih..cobain gayanya.

# Apa sih?kok aneh-aneh. Kenapa namanya doggie?aku kan manusia.

# Hahaha karena gayanya mirip doggie.

# Ah..aku ga mau. Ga boleh manusia menyerupai hewan, manusia itu punya akal.

# Ih justru itu paling disukai Jay.

# Semuanya aku ga suka.

# Cobain dulu Jay dijamin enak langsung deh dapet anak.

Balasan Kay membuat Jay terdiam. Ini soal anak. Dia lupa jika dia berhubungan intim dia bisa memounya anak. Ah...dia harus melupakan gaya-gaya ini. Jay menutup layar percakapannya dan menyimoan handphonenya diatas nakas.

"Siapa?"

"Kay..."

"Ga teleponan?bisanya suka teleponan."

"Ga tahu, dia yang duluan ngirim pesan."

"Abang kenapa sih?ga kaya biasanya?ada masalah ya dikantor?hari pertama masuk setelah nikah pasti di ledekin."

"Engga, aku ga diledekin kok. Dikantor juga biasa aja. Kamu diledekin?"

"Ya...biasalah anak-anak suka kepo, diajak bercanda aja bukan diledekin."

"Kepo apa?"

"Soal pernikahan aja. Gimana jadi istrilah, Gimana rasanya udah nikahlah, pokoknya banyak."

"Terus kamu jawabnya apa?"

"Seneng." Tiara singkat sambil memandang Jay.

"Aku juga seneng." Jay ikut tersenyum. Melihat senyuman Jay, istrinya itu langsung memberikan ciumannya. Satu tangannya bahkan meraih rahang Jay dan menariknya pelan agar bisa lebih mendekat.

"Mau coba lagi?aku udah ga sakit." Tiara menawarkan. Jay diam. Dia berpikir. Jeje sedikit terbangun tapi...dia takut.

"Udah malem, kita tidur aja." Jay menolak dengan halus. Dia bahkan membelai mesra rambut Tiara. Tiara mengerutkan alisnya. Malam?apa ini sudah larut?perasaan jam di dinding masih menunjukkan angka 8. Apa...Jay punya jam malam?.

"Bukannya Abang belum ngantuk?"

"Mendadak jadi ngantuk, mungkin gara-gara baringan."

"Jeje ga bangun?"

"Jeje lagi ciut.." Canda Jay dengan wajah lucunya.

"Sini aku bangunin."

"Ga usah. Kamu pasti cape habis kerja. Besok lagi aja."

"Aku ga cape kok kalo Abang pingin."

"Aku ga lagi pingin apa-apa. Aku cuman pingin istirahat. Aku tarik selimutnya ya..." Jay segera berpaling dari pandangannya dan menarik selimut mereka dari ujung. Tiara sedikit heran. Kenapa Jay menolak?bukankah di Bali dia yang selalu ingin?bahkan dia selalu menagihnya. Ah...sudahlah jangan dipaksa. Kalau begini kesannya Tiara yang begitu bernafsu padahal dia hanya tak enak karena sejak kejadian malam mereka di Bali dia dan Jay belum pernah melakukannya lagi.

***

Suasana sarapan kali ini sedikit berisik karena pembangunan di luar dan di dalam membuat mereka harus terbiasa sementara mendengarkan suara mesin atau kuli bangun yang tengah bekerja.

"Mereka bilang satu bulan setengah bang jadinya."

"Cepet juga Dad.."

"Iya sengaja Daddy suruh cepet supaya kepingin Abang punya rumah sendiri jadi nyata."

"Makasih Daddy."

"Mulai sekarang cari-cari barangnya bang sama Tiara." Jesica memberi saran.

"Iya nanti hari libur kita cari-cari.."

"Tahu sendiri Abang kalo cari barang harus bener-bener yang klop. Dulu Tiara nyari meja belajar yang dipingin aja bisa sampe dua Minggu karena pingin sesuai seleranya padahal modelnya ya begitu-begitu aja. Heran apa yang dicari." Jesica bercerita betapa Jay begitu sulit untuk menemukan barang sesuai keinginannya.

"Beda mom. Meja ditoko A sama toko B tuh beda."

"Ah..sama aja.."

"Tapi Abang juga harus belajar ngalah. Udah punya istri. Tiara juga pasti ada kepingin."

"Iya Daddy..."

"Ra...Jay tidurnya ngorok ga?"

"Engga kok mom, dia tidurnya ga banyak gaya."

"Iya ya dari dulu juga gitu. Tidur kalo udah satu gaya pasti begitu mommy liat."

"Aku aja ga nyadar."

"Ya kan kamu tidur bang.."

"Klis pingin tidur dikamar Abang.."

"Udah ga bisa sayang, ada kakak Tiara sekarang."

"Kalo gitu baleng kakak Tiara."

"Mana bisa, Kris tidurnya muter gitu kaya jarum jam." Ucap Jesica yang kadang harus selalu memeriksa kondisi Kris agar memastikan dia tidur dengan aman.

"Seminggu sebelum Ran lahiran Daddy, Mommy sama Kris mau kesana. Kalian mau ikut ga?"

"Aku sih bisa aja tapi ga tahu Tiara Dad.."

"Kayanya aku ga bisa Dad maksudnya ga bisa seminggu sebelum mungkin beberapa harilah."

"Oh..ya udah ga papa nanti kabarin aja."

"Berapa bulan lagi emang prediksi lahirannya dad?"

"4 bulan kuranglah bang.."

"Udah keliatan belum jenis kelaminnya apa dad?"

"Kemarin telepon belum dikasih tahu ya sayang?" Kenan meyakinkan dengan bertanya pada Jesica.

"Iya belum Ra, belum tahu dan Kay sama Ran udah mutusin ga nanya juga biarin jadi surprise aja."

"Kalo menurut aku sih kayanya perempuan deh mom.." Tiara memprediksi kandungan Kiran.

"Kalo Daddy feeling-nya laki-laki Ra, secara anak Daddy banyaknya laki-laki tapi kalo perempuan Daddy makin seneng Karin ada temen nanti."

"Marsha sama Arbi kesana juga ga Mas?"

"Kayanya sih kesana apalagi Arbi pastilah disusulin anaknya."

"Iya sih, ga mungkin Arbi ngelewatin moment Ran ngelahirin."

"Jadi keinget belum nyekar lagi ke makam sayang."

"Ya udah nanti habis nganterin Kria ke makam alm. Keyra sama Keyza sekalian ke makam alm. Ayah.."

"Iya boleh tuh.." Kenan setuju.

"Miaw..bawa ke sekolah mommy.."

"Jangan dong sayang, miaw dirumah aja."

"Miaw kasian mommy.." Kris menatap kucingnya yang sedang duduk manis diujung karena Kenan tak suka ada kucing saat sarapan.

"Daddy ga suka di mobil ada bulu-bulunya nanti."

"Tuh denger, udah dirumah aja. Nanti Bi Tini yang jaga."

"Kris semenjak punya miaw seneng mainnya sama miaw lupa sama Abang."

"Abang di kamal telus."

"Ya masuk dong.."

"Eh jangan ya bawa miaw ke tempat tidur..." Kenan memperingatkan lagi membuat Jesica geleng-geleng kepala.

***To Be Continue