443 Happy

Ara sibuk mendekorasi apartemen adiknya dibantu oleh ketiga pengasuh yang dia sengaja bawa ke Australia. Jay, Tiara dan Rafi pun tak kalah membantu Ara agar penyambutan bisa berlangsung meriah.

"Kak Klis pingin kak..." Kris mencoba meraih balon-balon.

"Ini pegang.." Ara memberikan sebuah balon warna biru padanya.

"Aku ga sabar liat bayinya." Jay yang baru saja sampai kemarin belum sempat menjenguk ke rumah sakit.

"Ini bagus ga Ra?" Tanya Resa yang baru saja menyelesaikan sebuah hiasan untuk digantung.

"Bagus-bagus, Bang Jay cepet gantungin sama Rafi.."

"Iya..." Jay menurut begitu Rafi yang langsung membantu Jay untuk menggantung hiasan itu.

"Lavin...lavin...liat Mas Klis bawa apa..." Kris membuat Ravin aktif merangkak. Deby langsung mengawasinya. Dilihatnya Ravin mencoba menggapai balon yang dibawa Kris.

"Davin...mau balon mami.." Dariel sudah berada disamping Ara membuat Davin menggerakan tangannya. Ara memberikan balon tapi malah di remas Davin.

"Eh..eh nanti meletus sayang.." Ara segera menarik kembali balonnya.

"Kata bunda mereka udah datang.." Rafi memberitahu seketika semuanya segera dirapikan dan mengambil posisi.

"Kejutan..." Semua bersorak dengan riang. Hiasan dirumah yang meriah kini terlihat jelas di mata orang-orang yang baru datang. Sang bayi ada dalam dekapan Marsha. Dia tertidur tak merasa terganggu akibat riuhnya perayaan penyambutan dirumah. Kay dan Kiran tentu senyum-senyum sendiri melihat itu. Dia tak menyangka akan disambut seperti ini. Yang lain kini mulai menyalami Kiran untuk memberikan selamat secara bergantian.

"Aaaa...lucu..." Jay gemas dengan bayi itu. Pipinya merah merona dengan hidung mancung dan bibir kecilnya.

"Jadi ini siapa namanya?"

"Namanya Keyla kak. Keyla Sabier Adelard Seazon..."

"Temennya Karin nih.." Ara juga ikut gemas dengan bayi mungil yang kini dibaringkan ditempat seharusnya.

"Mana sini Karin pingin liat ya..." Kenan segera mengambil Karin dari Resa dan memperlihat Keyla sepupunya.

"Cantik ya sayang?cantik kaya Karin.." Kenan memuji kecantikan cucu keempatnya.

"Kaya putri salju.." Puji Tiara melihat bagaimana anggunnya Keyla tidur.

"Klis...dad, Klis pingin liat..." Kris menerobos masuk ke sela-sela kaki orang dewasa. Dia kini berada tepat di tempat tidur Keyla.

"Keyla...ini Mas Klis.." Kris memperkenalkan dirinya sendiri tanpa disuruh membuat Jesica tertawa kecil. Kris memegangi tangan mungil keponakannya.

"Uncle Kris..." Ara meralat.

"Mas kak..." Kris tak mau disebut uncle.

"Masih kecil udah banyak ponakan.." Ledek Ara lagi.

"Mommy, kakak nakal." Kris mengadu. Jesica hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ya udah Ran sama yang lain makan dulu tadi kita udah pesenin makanan. Pasti cape..." Ara membuat mata mereka tertuju pada beberapa cemilan di meja ruang tengah belum lagi di area dekat jendela ada meja yang sudah menyediakan hidangan makanan yang aroma tercium lezat.

"Iya nih laper.." Kay mengusap perutnya. Dia segera beranjak kemeja itu dan mengambil piring yang tersedia disana diikuti yang lain sementara Jay masih senang memandangi Keyla. Dia benar-benar ingin memiliki bayi sekarang. Dia ingin merasakan menjadi seorang ayah. Kira-kira kapan itu akan terwujud? Usahanya dengan Tiara belum juga membuahkan hasil.

****

Mata Kay terbuka perlahan dilihatnya Kiran sedang menyusui anaknya. Dia duduk diujung ranjang sambil sesekali mengusap pelan rambut si kecil.

"Keyla nangis?" Tanya Kay yang kini mulai terduduk.

"Iya, haus kayanya..."

"Kok aku ga denger?"

"Kecapean jadi ga denger..." Jawab Kiran. Jay kini berdiri lalu menuju kamar mandi dan mencuci wajahnya. Dia membersihkan diri untuk menemani Kiran. Kini dia ikut duduk disamping Kiran. Kay memperhatikan anaknya yang dengan maya terpejam tapi terus menghisap susunya.

"Kenapa bangun?"

"Tidur aja ga papa."

"Biar begadangnya bareng."

"Kamu udah jagain aku di rumah sakit, pasti cape."

"Capean kamu, nunggu seharian sambil sakit-sakit sampe Keyla mau keluar. Aku ga tega liatnya." Kay sambil mengusap pelan pinggang Kiran.

"Habis kata dokter aku bisa normal."

"Makasih ya. Udah mau tahan buat Keyla.." Kay mengecup pipi Kiran.

"Makasih udah temenin aku sampe akhir.." Kini giliran Kiran mengecup Kay.

"Keyla banyaknya mirip kamu..."

"Nih..bibirnya, hidungnya punya kamu." Kiran mulai melepaskan putingnya dari mulut Keyla membuat anak itu menggerakkan sejenak bibir mungilnya karena tahu sesuatu terlepas.

"Cantik banget anak ayah..." Kay mengusap kecil pipi mulus Keyla. Kiran kini berdiri dan mengayun anaknya sebentar sebelum akhirnya membarikannya di tempat tidur yang terletak tepat disampingnya. Dilain tempat ada yang tak bisa tidur. Tiara kini terdiam berdiri dekat jendela sambil menatap Kilauan lampu gedung. Jay yang terbangun mencarinya. Dia mulai menelusuri ruangan di kamar hotelnya sampai menemukan Tiara.

"Kenapa disini?"

"Ga bisa tidur."

"Kenapa ga bisa?"

"Mungkin masih jet lag..."

"Hm...atau ada yang dipikirin?" Jay melingkarkan tangannya dibahu Tiara lalu mencium puncak kepalanya.

"Ga ada..." Tiara senyum-senyum.

"Apa?"

"Apa gimana?"

"Aku pingin tahu apa yang dipikirin."

"Aku bilang ga ada."

"Kalo bohong dikutuk malaikat. Kamu mau?apalagi bohong sama suami."

"Uuu..... sekarang bawa-bawa nama suami terus." Tiara melirik sekilas kearah Jay yang ada dibelakangnya.

"Ya karena kamu ga mau bilang."

"Gimana kalo aku kaya kak Ara?"

"Kaya kak Ara?mirip?wajahnya?kamu mau operasi?"

"Bukan..bang. Gimana kalo aku...aku susah hamil?"

"Kenapa ngomong gitu?"

"Kepikiran aja."

"Enggalah, kamu sehat."

"Aku kan ngasih perumpamaan. Abang harus jawab karena misal nih suatu saat Abang dihadapkan dengan kondisi seperti itu."

"Kita tinggal ikut bayi tabung." Jawab Jay dengan cepat membuat Tiara melihat lagi kearahnya. Kini Jay membalikkan badan istrinya.

"Kalo kamu jadiin kakak sebagai contoh aku bisa ngatasinnya. Kakak bisa ngadepin itu selama bertahun-tahun. Aku yakin kita juga bisa kalau itu beneran terjadi. Mommy dan Daddy bilang kita cuman perlu sabar. Aku udah janji bakalan nemenin kamu pas lagi sedih atau seneng." Jay dengan seurius.

"Makasih.." Tiara memeluk Jay sekarang.

"Udah yuk, biar aku ceritain dongeng supaya kamu ngantuk. Kamu baring aku ngoceh.." Jay mengusap-usap pelan rambut Tiara. Merekapun berjalan menuju tempat tidurnya lagi.

"Bentar bang, kayanya ada sesuatu yang buat aku bisa tidur." Tiara segera mencari kopernya. Dia belum sempat beres-beres jadi dia harus mengekuarkan barangnya dulu.

"Sini...Aku ceritain dongeng.." Jay sudah siap dengan ceritanya. Dia menepuk bagian kosong disana. Tiara menghampirinya namun dia duduk bukannya terbaring.

"Bang...aku ga bisa tidur karena mikirin ini. Aku bingung kapan waktu yang tepat bilang ke Abang soal ini." Tiara memberikan 2 foto hitam putih. Jay bingung.

"Apa ini?ini bentukannya ga jelas, yang motoin pasti ga bisa. Jelek banget hasilnya." Jay berkomentar.

"Sini aku jelasin."

"Abang liat titik ini."

"Iya.."

"Ini itu calon bayi. Dari bentuknya titik lama-lama bakalan membesar dan menyerupai manusia." Tiara dengan sabar menjelaskannya. Jay diam mencerna dulu kata-kata Tiara barusan.

"Ba..bayi?" Jay mulai terbata artinya dia sudah sadar arti dari foto yang dia sebut jelek itu.

"Iya ini bayi."

"Kamu hamil?" Jay menebak dan dijawab anggukan Tiara. Jay tersenyum sekarang.

"Yessss!!kamu hamil. Bayi aku jadi..." Jay bersorak riang dengan gerakan super aktif.

"Makasih jawaban Abang yang mau tetep dampingin aku dalam kondisi apapun."

"Aku sayang kamu." Jay kini merangkul lagi Tiara.

"Hati-hati dong jangan kasar. Ada bayinya nih.." Canda Tiara. Jay gemas dia langsung menciumi perut istrinya. Akhirnya mimpi Jay untuk merasakan seperti Kay menjadi nyata. Jay akan menjadi seorang Ayah menyusul kembarannya. Kay jelas bahagia karena seperti mimpinya dulu dia akan pulang bertiga ke Indonesia setelah lulus. Ara juga hidup bahagia dengan Triplets yang semakin pintar.

****THE END

avataravatar
Next chapter