1 Chapter 01

Hujan deras melanda bumi perkemahan tempat kami berlibur. Malam mulai datang dan hujan pun masih belum reda. Udara semakin dingin dan suasana semakin gelap. Walau kami berkemah di tempat wisata khusus, bukan di tengah hutan belantara atau di alam bebas, susana malam itu cukup sepi. Tenda terdekat berjarak cukup jauh dari tenda kami.

Malam itu rencana awal kami adalah merayakan perayaan ulang tahun komunitas dari kampus kami. Aku bersama beberapa teman lain yang merupakan anggota pengurus komunitas tentu saja wajib ikut serta. Padahal awalnya aku tidak berminat untuk ikut dan ingin diam saja di rumah menghabiskan hari liburku, tetapi teman-teman lain memaksaku untuk ikut. Apa boleh buat, akhirnya akupun luluh juga. Walau rencana api unggun batal karena hujan belum juga reda, kami berusaha mengadakan acara kecil di tenda masing-masing.

Tenda laki-laki dan perempuan terpisah. Terdengar suara berisik dan alunan gitar dari tenda laki-laki. Sepertinya mereka tetap bisa bersenang-senang walaupun cuaca seburuk ini. Sementara kami di tenda perempuan saling berbagi cerita ringan, tidak begitu menyenangkan. Aku masuk ke dalam gulungan selimut dan berusaha untuk tidur. Aku tidak begitu tertarik untuk ikut dalam pembicaraan mereka, apalagi ada seseorang yang tidak kusukai disini.

Baru saja aku akan terlelap, tiba-tiba seseorang memanggilku.

"Ara, ada yang ingin ke kamar mandi, tempatnya dimana ya?"

"Uuh... dari sini lurus saja ke arah pintu masuk sampai ada petunjuk arah, lalu belok kiri", aku menjawab sambil masih terpejam. Aku terlalu malas untuk bangkit dan pergi ke luar untuk mengantar orang di tengah hujan ini.

"Bisa tolong kamu antarkan? Kami tidak hapal dimana letaknya, kamu kan panitia"

Ah sial, terpaksa aku bangun. Beban kewajiban sebagai 'seorang panitia' membuatku bangkit. Setelah memakai jaket, kubuka payung dan kutunggu di luar tenda. Kunyalakan lampu senter dari handphoneku. Hujan sudah cukup mereda sekarang, hanya sekedar rintik-rintik ringan.

"Ayo, siapa tadi yang mau ke kamar mandi?"

Aku terkejut, ternyata si perempuan itu yang keluar dari tenda. Orang yang sangat tidak kusukai. Aku berusaha untuk tetap tenang dan biasa saja. Aku pura-pura saja tidak terlalu mengenalnya. Dia pun kelihatan tenang dan sok akrab seperti sikapnya pada teman-teman lain. Aku merasa ada yang janggal...

"Hati-hati di sebelah kiri kita sungai, airnya sedang tinggi dan cukup deras gara-gara hujan tadi"

"Iya kak"

Aku memandu jalan, kami melewati jalan kecil. Di sebelah kiri ku ada sungai yang tidak terlalu besar, namun karena hujan airnya naik cukup tinggi dan deras. Di sebelah kanan kami ada pepohonan dan semak belukar, di baliknya ada tembok tinggi pembatas area wisata ini. Di jalan kecil ini ada cahaya lampu penerangan, syukurlah jalan dan sekitar jadi terlihat jelas.

"Hati-hati sebelah sini agak licin", jalan agak sedikit menanjak. Tebing kecil di sebelah kiriku membuatku waspada agar jagan sampai tergelincir. Suangai di bawahnya sekarang terlihat lebih berbahaya dibanding sore sebelum hujan tadi.

"KYAAAAA! Ada ular!", perempuan itu berteriak mengejutkanku, ia mundur menabrakku. Aku kehilangan keseimbangan dan terdorong mundur. Hampir saja aku tergelincir.

"Dimana ularnya?"

"Itu!"

Aku melihat ke arah yang ditunjuknya tapi tidak bisa menemukan apa-apa.

"Itu kak!"

"Mana?"

"Aah! Ularnya bergerak ke arah sini!"

Aku waspada, sambil kembali melihat ke sekitar. Tapi aku tidak melihat sesuatu yang bergerak sama sekali.

"Awas di sampingmu kak!"

"Eh?"

Aku tersentak, kuangkat salah satu kakiku. Tiba-tiba saja ia mendorongku, aku tidak sempat menahan kakiku yang lain. Aku juga tidak sempat menggapai sesuatu untuk kuraih. Aku terjatuh dari tebing. Sesaat sebelum menyentuh air, aku melihat wajah perempuan itu. Ia tersenyum.

Kurang ajar! Ternyata ia sengaja mencelakaiku!

Ingin ku berteriak, namun terlambat. Jarak dari tebing ke permukaan sungai yang sedang meluap tidak terlalu tinggi. Tubuhku jatuh ke dalam air sungai yang mengalir deras. Kepalaku terbentur sesuatu, sakit. Aku menelan cukup banyak air, dan kesulitan untuk bernafas. Apakah aku tenggelam dan terbawa arus sungai?

Perlahan kesadaranku mulai hilang.

Apakah aku... akan mati?

.

.

.

Aku tertidur lelap.

Aku tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu.

Samar-samar aku mendengar suara isak tangis perempuan tua. Siapa? Itu bukan suara teman-temanku, aku tidak kenal suara itu.

"Aradea, bangun Nak!"

"Hah? Aradea siapa? Namaku Ara bukan Aradea", aku berkata di dalam hati.

Aku merasakan kehangatan dan usapan lembut di kepalaku. Kubuka mataku perlahan.

"Dia sudah sadar!"

"Anak kita sudah bangun!"

Aku mendengar suara banyak orang. Kepalaku masih terasa sakit.

"Siapa?", aku kebingungan melihat seorang perempuan tua dan seorang laki-laki tua di sebelahku. Mereka memelukku sambil menangis.

"Kalian siapa? Ini dimana?", aku melihat di sekitarku bukanlah suasana yang kukenal. Ruangan yang kulihat bukan kamarku, bukan juga seperti kamar rumah sakit. Ruangan ini cukup luas degan style abad pertengahan. Ada beberapa orang berpakaian seperti maid dan butler di belakang kedua orang tua itu. Pakaian mereka pun seperti pakaian bangsawan yang ada di film-film. Ada apa ini? Apa teman-temanku sedang mengerjaiku?

Kedua orang tua itu saling menatap dan menggenggam erat tanganku.

"Nak, kami orang tuamu. Apakah kamu bisa mengenali kami?", orang tua? Kenapa mereka mengaku sebagai orang tuaku?

"Hah? Maaf, tapi aku... Ukh!", kepalaku berdenyut.

"Nak!?"

"Panggilkan dokter! Cepat!"

Lagi-lagi kepalaku terasa sakit sekali, aku tidak lagi memperhatikan sekitarku dan terfokus pada rasa sakit itu. Yang sempat kulihat hanyalah para pelayan itu pergi ke luar kamar dengan tergesa-gesa, dan orang yang mengaku ibuku kembali memelukku. Aku dibaringkan dan dapat kurasakan belaian tangan lembutnya di kepalaku. Perlahan rasa sakit itu hilang, akupun tertidur kembali.

.

.

.

Malam hari aku terbangun. Kulihat langit malam yang cerah dari jendela besar di kamar itu. Aku bangkit dan memeriksa sekitar. Sebuah lemari besar penuh pakaian yang indah ada di surut ruangan. Di sebelahnya ada sebuah meja berhias yang cantik. Kutatap cermin di meja itu. Pantulan bayangan yang kulihat membuatku terkejut.

Seorang perempuan yang cantik, mungkin berumur sekitar 20 tahun, dengan rambut berwarna coklat panjang dan ujung bergelombang. Matanya berwarna amber terang dengan kulit cerah, namun tidak sepucat salju. Pakaian yang dikenakan pun gaun tidur yang cantik.

Ini bukan aku!

Ini bukan tubuhku!

Apa yang terjadi?

Kubuka jendela di kamar itu. Kulihat ke luar, sebuah pemandangan yang sangat asing. Bangunan tempatku berada bukanlah hotel tematik yang kukira, melainkan sebuah mansion besar dengan halaman yang luas. Agak jauh di sana terlihat sebuah kota dengan setting abad pertengahan yang tidak ku ketahui. Tempat ini benar-benar asing buatku.

Apakah ini mimpi?

Atau aku benar-benar masuk ke dunia lain yang tidak kukenal?

Apakah aku sudah mati?

Apa yang sebenarnya terjadi?

***

avataravatar
Next chapter