webnovel

I beg You.. Please Love me!!

Cerita ini adalah seri kedua dari pernikahan kontrak “MY PRECIOUS HUSBAND” bukan sebuah lanjutan dengan karakter yang berbeda.. Hidup Nada hancur seketika pada saat malam yang mencekam. Ia putus asa merasa membunuh dirinya sendiri adalah satu-satunya jalan keluar dari penderitaannya. Sampai pada saat ia ingin melompat dari jembatan penyebrangan ia dipertemukan dengan ibu penolong kehidupannya. Ibu merawat Nada dengan baik dan menjodohkannya pada anak laki-lakinya. Nada tentu saja menolak pada awalnya, tapi karena merasa hutang budi, mau tak mau ia menyetujuinya. Lalu sampailah ia pada pernikahan tanpa dasar cinta, ia senang bisa membalas budi tapi itu tidak cukup menutupi penderitaan yang dirasakannya setelahnya. Suami yang dinikahinya sangat membenci Nada, ia memperlakukan Nada dengan buruk dan merasa Nada merenggut semua kebahagiannya. lalu hal buruk lainnya menimpa Nada, dengan ketegaran hatinya ia menghampiri suaminya. Menatap sorot tajam yang selalu merendahkannya dengan hati-hati dan mengucapkan sebuah permohonan. “Aku...aku akan melepaskanmu, bertahanah hanya sampai aku melahirkan bayi ini. Hingga sampai pada saatnya kumohon.. kumohon bersikap baiklah padaku”

Cindelvi · History
Not enough ratings
36 Chs

Chap 14

Devian terlalu menikmati bibir Nada hingga tidak sadar bahwa ciuman itu telah berlangsung cukup lama, ciuman yang awalnya lembut kini mulai menuntut. Rasanya Devian ingin lagi dan lagi, dari ciuman itu ada hasrat lain yang ingin ia lampiaskan, sesuatu yang menyesakkan dibawah sana, berdiri tegak ingin dipuaskan, apalagi aroma apel dari tubuh Nada, membuat Devian semakin menginginkannya. Berbanding dengan Nada yang menggeliat tak nyaman, ini terlalu dekat, terlalu intim, ia merasa tubuhnya merasakan sensasi aneh. Nada berusaha melepaskan dirinya, tangannya terus menepuk dada Devian yang menghimpit tubuhnya, sampai ciuman itu terlepas tapi Devian tidak berhenti, ciuman itu merambat turun ke rahangnya masuk keceruk leher Nada.

"Cla..ra..."

Tubuh Nada yang sudah tegang semakin menegang tak kala mendengarnya, ia semakin memberontak melepaskan diri. Devian sedang mabuk dan menganggap dirinya sebagai Clara.

"De..Devian!" Panggilnya berusaha menyadarkan Devian di tengah sulitnya menahan diri untuk tidak mendesah, Nada harus mempertahankan akal sehatnya disaat tubuhnya hampir hilang kendali akibat perlakuan Devian padanya, belum lagi bayangan menakutkan saat malam itu memperparah keadaannya. Nada menjadi sangat lemas dengan keringat yang becucuran, ia terus meronta dan mendorong Devian menjauh hingga tiba-tiba tubuh Nada begitu sesak dan tidak merasakan apapun lagi selain rasa sesak karena tertimpa tubuh besar Devian. Rasa bingung dan lega bercampur menjadi satu ketika suara dengkuran halus menjelaskan apa yang baru saja terjadi, entah Devian pingsan atau tidur karena terlalu mabuk, yang pasti Nada bisa menghela nafas lega.

Tak mengambil waktu lama, disisa tenaganya ia mendorong kuat Devian yang terkulai lemas hingga berhasil melepaskan diri. Jantung Nada masih berdegub kencang, ia menyeret tubuhnya menjauh dari Devian, memeluk lututnya sendiri seraya menatap pria yang tengah tengkurap diatas sofa itu. Terlelap begitu tenang, seolah hidupnya penuh kedamaian. Lalu Nada memejamkan matanya, air matanyapun akhirnya tak kuasa lagi ia tahan, ia menangis dengan menahan isakannya sebab ia takut suaranya dapat membangunkan Devian.

Setelah dirinya lebih tenang sehabis menangis Nada menarik tubuhnya, wanita itu menghampiri Devian yang tidak merubah posisinya, entah darimana asalnya sekuat tenaga Nada membalikan tubuh Devian, membetulkan posisi tidur pria itu dengan benar lalu beranjak menuju kamarnya, meraih bantal juga selimut untuk digunakan suaminya. Kemudian saat semuanya sudah beres, ia duduk di samping sofa, meletakkan kepalanya diatas coffee table menatap Devian dalam. "Kenapa kau membenciku?" Monolognya ketika menatap, tangannya dengan gemetar tanpa bisa ia cegah, merapikan surai kelam Devian, ia tahu pada saat sadar, ini merupakan tindakan paling berisiko mendapat amukan Devian, sebab jangankan untuk menyentuh pria itu, berdekatan saja rasanya Devian akan seperti magnet dengan ujung yang sama, ia secara otomatis pasti menjauh jika didekatkan

"Andai kau tahu Devian, jika aku bisa memilih bagaimana aku hidup. Kebencianmu adalah hal pertama yang aku hindari"

✖️✖️✖️

Devian membuka mata dengan pening dikepalanya, ia tidak bisa mengingat apa yang terjadi semalam selain terakhir kalinya ia berada di club bersama dengan Reyhan, lalu ia mabuk karena marah dengan tindakan Clara yang egois dan sekarang ia menatap sekelilingnya berada diruang tamu rumahnya. Devian mengernyit, mungkinkah Reyhan mengantarnya? Ah sepertinya memang seperti itu, ia tidak peduli, itukan memang tugas Reyhan. Sudah sepatutnya ia menjaga Devian. Lalu saat ia ingin membangunkan tubuhnya, ia baru sadar tubuhnya dibaluti selimut, dan barulah sadar juga bahwa ia tidak sendiri disini. Ada Nada yang terlelap dengan menyandarkan kepalanya pada Coffe table. Salah satu alis Devian naik, sedang apa dia disana? apa wanita itu tertidur dengan posisi seperti itu semalaman? Bukankah dia sedang hamil? Apa tubuhnya tidak sakit? Banyak pertanyaan tiba-tiba saja masuk kedalam otaknya dan yang paling menyebalkan perasaan aneh itu muncul lagi, perasaan hangat yang menguar dari tubuhnya. Mati-matian Devian menapiknya dan mengabaikannya, memangnya kenapa kalau dia tidur seperti itu? Pikirnya.

Devian kembali meringis saat pening kembali menghantam kepalanya, dan suaranya membangunkan Nada yang langsung manatapnya cemas.

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya cemas namun Devian tidak mengindahkannya, dan dengan gerakan cepat Nada pergi meninggalkan Devian, menyiapkan teh mint hangat untuk meredakan sakit kepalanya.

Nada membawa nampan berisikan teh didalam teko dengan pelan, dan kini ia sudah berdiri dihadapan Pria itu. "A-aku.. membuatkan teh untukmu" katanya tak dibalas apapun oleh Devian, ia masih berusaha menghilangkan peningnya sendiri dengan memijit keningnya, sejujurnya Nada takut sekali, apa Devian ingat kejadian semalam? Dan karenanya sekarang ia tengah marah padanya?

"T-teh mint ini akan meredakan pusingmu" Devian masih tak menggubrisnya. "Devian.."

Akhhhhhh

Praaaaaanggg

"Bisakah kau diam?! Aishhhh brengsek kepalaku!" Teriak Devian setelah teriakan Nada dan suara gelas yang pecah akibat dorongan keras olehnya. Nada meringis perih seraya mengibaskan tangannya yang terkena air panas, lalu ditiupnya guna menghilangkan rasa sakit. Air teh tadi tumpah mengenai pergelangan tangannya dan sekarang tangannya memerah hampir melepuh. Devian menatap tajam, sungguh ia tidak peduli dengan kondisi Nada saat ini, ia sudah dimakan angkara. "Kenapa kau sangat mengganggu! Huh!!?!"

"Semenjak kau ada, kesialan terus menghampiri ku! Tidak bisakah kau pergi menjauh?" Nada mundur satu langkah ketakutan. Devian sangat menyeramkan.. ia terlihat seperti ingin melahap Nada bulat-bulat.. lalu agaknya pria itu ingin melontarkan kata-kata kejamnya lagi, tapi ia mengurungkan niatnya saat mendapati wajah pucat pasi Nada, apalagi tangannya semakin memerah dengan tubuh gemetar. Sialan! Ia mendengus, memilih pergi meninggalkan Nada menuju kamarnya, dan diakhiri debuman keras dari pintu kamarnya.

Untuk kesekian kalinya Air mata bercucuran mengiringi Nada merapikan bekas kekacauan. Pecahan beling gelas yang tadi dijatuhkan dipungutnya satu persatu. sembari memungut ia menelaah hidupnya yang menyedihkan, Nada terlalu tahu diri untuk mengeluh, semua karena malam itu, hidupnya semakin mengenaskan saat pria itu menghancurkannya. Ia semakin tak berdaya membela dirinya sendiri, hingga mentalnya jatuh dan merasa semua prilaku kejam Devian memang pantas ia dapatkan. Bagaimana mungkin wanita kotor seperti dirinya diperlakukan dengan baik? Nada pasti sudah gila memikirkan hal seperti itu. Sibuk dengan pikirannya, Nada tidak sadar ada kaki jenjang yang ramping berdiri tegak dihadapanya, Nada mendongak mendapati Clara tengah menatapnya datar.

"Dimana Devian?" Nada berdiri dihadapan wanita cantik itu, jika dibandingkan dirinya tentulah ia tahu bahwa ia tidak ada apa-apanya. "Dev—" belum sempat menjawab Devian lebih dahulu memanggil Clara, membuat senyumannya mengembang lebar, berbeda sekali dengan apa yang dilakukannya dengan Nada. Clara menghampiri Devian yang kebingungan, memeluknya erat, mengabaikan presensi Nada yang merupakan istri sah Devian.

"Maafkan aku Devian. Kemarin bersikap kekanakan, kau tahu aku selalu sulit mengatur emosiku. Kumohon maafkan aku..."

Nada mengalihkan wajahnya melihat bagaimana Devian dengan lembutnya memaafkan Clara, memeluk Clara seolah bahwa pusat kehidupannya adalah Clara yang jika dilepas ia akan kehilangan hidupnya. Devian benar-benar mengabaikan Nada, tidak mempedulikan Nada yang saat ini menahan perih dihatinya, ternyata perasaan ini jauh lebih menyakitkan dibandingkan kalimat-kaimat kejam Devian. Lebih terasa sakit kendati lukanya tak tampak. Jika boleh memilih Nada lebih baik diteriaki Devian daripada harus menyaksikan hal seperti ini.