1 MARQUESS ATAU DUKE?

"Aku harus mengambil alih apa yang harusnya milikku!"

Teresa Elbourd. Putri satu-satunya Count Elbourd.

"Nak, itu tidak baik untukmu," ucap ayahnya, Jeemy Elbourd.

Teresa menatap tajam ayahnya. "Oh, ya? Kalau ayah tidak bisa mendapatkan itu untukku, aku akan mendapatkannya sendiri."

Setelah mengatakan keinginannya, Teresa berbalik badan dan berjalan keluar ruangan dengan tubuh gemetar penuh emosi. Ia tidak bisa menjaga emosinya mengingat segala perbuatan 'orang itu' terhadap keluarganya.

Orang yang sudah merampas gelar bangsawannya.

"TERE!"

***

Teresa berjalan masuk ke dalam kamarnya dan tidak mengizinkan siapapun masuk, termasuk ibunya sendiri. Mood-nya benar-benar hancur dan tidak baik. Ia selalu teringat saat dimana seharusnya gelar itu didapatkan oleh keluarganya, tetapi gelar itu diberikan kepada keluarga lain. Teresa tidak terima.

Saat itu....

Keluarga Elbourd membantu urusan politik kerajaan Imazal. Setiap mengatur strategi perang, keluarga Elbourd selalu memberikan arahan yang tepat dan membuat kerajaan ini menang dalam peperangan. Lalu, pasukan perang keluarga Elbourd selalu ikut dikerahkan dalam perang apapun dan menjadi garda terdepan juga membawa berita kemenangan.

Namun, tiba-tiba keluarga Count Oaniq yang tidak terdengar memberi bantuan kepada kerajaan tiba-tiba saja diberikan gelar Marquess padahal sebelumnya Raja Imazal II akan memberikan penghargaan gelar Marquess kepada Count Elbourd. Tidak tahu alasan apa di balik itu, karena untuk melakukan peningkatan gelar dilakukan satu tahun lagi untuk Marquess baru.

"Yang Mulia...., bagaimana bisa?!" tanya Teresa yang tidak terima mendengar gelar itu diberikan pada keluarga Oaniq.

"Kau tidak perlu bertanya alasannya padaku, Nona. Kembalilah!" jawab Raja.

Jawaban dari Raja tidak membuat Teresa puas. Ia butuh penjelasan yang masuk akal mengapa keluarganya yang sudah memberikan banyak bantuan untuk kerajaan hanya tetap menjadi Count sedangkan keluarga yang diam diri itu menjadi Marquess.

Teresa kecewa.

Sekarang, Teresa hanya ingin mengambil gelar itu kembali menjadi milik keluarganya. Ia harus mencari cara agar semuanya dapat ia genggam lagi.

***

Matahari sudah kembali terbit setelah berjam-jam menyembunyikan dirinya di balik langit gelap. Suara burung berkicau membuat Teresa terpaksa membukakan matanya, padahal ia masih mengantuk. Tidak ada dayang yang membangunkan Teresa karena ia tidak mau siapa pun mengganggu waktu istirahatnya.

Teresa bangkit dari tidurnya kemudian membasuh wajahnya. Ia sudah tahu dayang pribadinya pasti masuk dan menaruh mangkuk dan handuk untuk mencuci muka di meja samping ranjang. Ia tidak ada hasrat untuk keluar dari kamarnya, bahkan makan pun diantar oleh dayangnya.

Tok, tok, tok.

"Nona, ini saya, Risa."

Risa adalah dayang pribadi Teresa.

"Masuk."

Risa yang memakai baju khusus dayang pribadi itu masuk ke dalam kamar membawakan sarapan untuk Teresa.

"Nona, mau saya siapkah air hangat?" tanyanya.

Teresa mengangguk, "Boleh. Sekalian siapkan gaunku karena aku akan keluar."

Risa mengangguk kemudian berjalan menuju kamar mandi.

Teresa yang masih memakai gaun tidur itu memandangi jendela yang langsung menghadap taman. Sudah hampir dua minggu dirinya mengurung diri di rumahnya dan tidak bersosialisasi dengan para bangsawan. Pesta kedewasaannya akan segera digelar, sekitar dua bulan lagi. Teresa tidak bisa tetap berdiam diri di rumah karena nama baiknya akan menjadi buruk.

"AAAW!"

Teresa membuka jendelanya lebar dan saat itu juga seseorang merintih kesakitan. Teresa terkejut dan melirik ke kanan-kiri jendela. Ternyata di sebelah kiri jendela ada seorang pria yang menggunakan jubah hitamnya.

Teresa membulatkan matanya. "Ha! Kau siapa?!" tanyanya berteriak.

Orang itu masih mengusapkan kepalanya yang terbentur kaca jendela. Ia pun turun dari tembok itu kemudian menatap Teresa.

"Sampai jumpa di pesta kedewasaan nanti!" ucap pria itu.

Teresa terkejut dan refleks berkata, "ADA PENYUSUP!"

***

"Setelah kau mengunci dirimu sendiri, tidak ada yang akan kau katakan pada ayah atau ibu?" tanya Jeemy pada anaknya yang baru saja keluar kamar dan menghadapnya.

Teresa menatap tajam ayahnya, "Ayah, dengarkan. Aku akan melakukan apa saja agar semuanya berjalan seperti seharusnya."

Jeemy tertawa kecil, "Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Gelar Marquess itu tidak penting karena ayah akan menjadi Duke. Tunggu saja. Belum ada pengangkatan gelar Duke kali ini. Sabarlah menunggu. Apakah gelar Marquess lebih berharga dibandingkan harga dirimu?"

Teresa mengepalkan tangannya. "Berani-beraninya ayah berkata seperti itu padaku. Ayah....," Teresa berjalan mendekati ayahnya kemudian menatapnya sinis, "aku hanya tidak ingin dipermalukan di depan teman-temanku."

"Gengsimu terlalu tinggi. Turunkanlah, sadar diri."

Teresa menggelengkan kepalanya, "Jika ayah tidak mendapatkan gelar Duke dalam satu minggu, aku akan mengambil gelar Marquess milik Oaniq."

Jeemy tertawa lagi, "Silakan, ayah akan menepati kata-kata ayah."

"Baiklah, aku akan menunggu."

***

avataravatar
Next chapter