1 Pernikahan

Senyum bahagia terus terpancar dari sepasang pengantin yang baru saja melepas masa lajang mereka, mempelai wanita terlihat begitu cantik dengan kebaya putih bertabur payet, di sampingnya berdiri laki-laki tampan yang beberapa jam lalu sudah sah menjadi suaminya. Mereka berdua sedang menyambut para tamu yang datang untuk mengucapkan selamat atas pernikahan mereka, dengan senyum yang tidak pernah pudar dari bibir keduanya mereka menyambut kedatangan tamu satu persatu.

"Selamat menempuh hidup baru Adelia Anjani, semoga pernikahanmu langgeng ya! Terutama semoga kalian secepatnya diberikan momongan," ucap salah satu rekan kerja Adel yang berprofesi sebagai guru tersebut.

Wanita cantik bernama Adelia Anjani yang saat ini menjadi pengantin wanita dari laki-laki tampan bernama Nathan Mahendra, mereka menikah setelah tiga tahun berpacaran semenjak mereka masih duduk di bangku kuliah.

Adelia tersenyum mendengar doa tulus dari rekannya tersebut, dirinya hanya bisa mengaminkan semua doa yang para tamu berikan.

Memang Adelia juga Nathan sejak awal merencanakan pernikahan mereka tidak akan menunda momongan, kebetulan keduanya menyukai anak kecil hingga mereka berharap selepas menikah nanti secepatnya diberi kepercayaan. Karena bagi keduanya anak adalah pelengkap dalam rumah tangga, terlepas cepat atau lambat mereka nanti diberi kepercayaan tersebut, mereka akan menikmati setiap proses dalam menjalani hidup berumah tangga nanti.

Acara yang terus berlanjut hingga sore memaksa Adelia memakai heels yang lumayan tinggi sementara dirinya tidak pernah terbiasa dengan sepatu seperti itu, hal tersebut tentu saja membuatnya merasa tidak nyaman namun Adelia terus memaksakan diri mengabaikan rasa sakit di kakinya yang justru terasa semakin menyiksa.

Ringisan kecil Adelia terdengar di telinga Nathan membuat laki-laki tersebut menoleh ke arah istrinya.

"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Nathan sambil menuntun Adelia untuk duduk di kursi pelaminan.

Adelia tersenyum kecil sambil menggeleng, tidak ingin suaminya merasa khawatir.

"Aku tidak apa-apa." Suara lembut Adelia terdengar begitu merdu di telinga Nathan. Laki-laki itu begitu memuja gadis yang kini sudah sah menjadi istrinya.

"Benarkah? Kamu tidak berbohong? Tapi kenapa tadi aku mendengar kamu meringis?" cecar Nathan membuat Adelia menunduk karena merasa tidak enak.

Nathan mendongakkan kepala istrinya supaya wajah keduanya berhadapan.

"Ingat komitmen kita? Jangan pernah menyembunyikan sesuatu atau apapun itu, bicarakan jika ada hal yang membuat kita merasa tidak nyaman, saling terbuka dan jujur, serta saling mempercayai," ucap Nathan yang dijawab anggukan kepala oleh Adelia.

"Aku merasa tidak nyaman dengan heels ini Nath, seharian aku memakainya dan ini terlalu tinggi bagiku. Kamu tahu sendiri jika aku tidak bisa berlama-lama memakai heels karena tidak terbiasa," cicit Adelia merasa takut jika Nathan akan marah kepadanya.

Tapi yang terdengar hanya suara tawa tertahan dari laki-laki tersebut membuat Adelia bingung.

"Kenapa tertawa begitu? Kamu bahagia saat aku kesakitan memakai heels ini?" omel Adelia yang malah membuat tawa Nathan semakin pecah.

"Hei, mana ada teori semacam itu. Harusnya jika kamu merasa tidak nyaman langsung bicara saja padaku! Aku tidak mungkin memaksamu untuk memakai sepatu mengerikan itu. Bagiku meski kamu memakai sendal jepit atau bahkan tidak memakai alas kaki sekalipun kamu tetap terlihat cantik di mataku. Jika ini membuatmu tidak nyaman maka lepaskan saja, kita tidak perlu memaksakan sesuatu yang membuat kita merasakan sakit, mengerti?" ucap Nathan panjang lebar sambil melepas heels yang di pakai Adelia dan memijat pelan kaki jenjang wanita tersebut, bisa pria itu lihat jika kaki Adelia sedikit merah karena lecet.

Sebagian tamu yang melihat betapa manisnya perlakuan Nathan pada istrinya membuat mereka baper sendiri merasa ingin dimanja oleh pasangan masing-masing.

Nathan dengan telaten memijat kaki Adelia yang sedikit kemerahan meskipun wanita itu terus melarangnya, tapi tidak digubris oleh Nathan.

"Jika masih tidak nyaman sebaiknya kita pergi saja ke kamar," tawar Nathan tapi Adelia hanya menggelengkan kepalanya.

Setelah drama heels dan menyambut kedatangan para tamu akhirnya rangkaian acara yang cukup melelahkan bagi keduanya selesai.

Saat ini pasangan pengantin baru tersebut tengah berada di kamar hotel yang sudah di pesan oleh orang tua Nathan.

Adelia pergi mandi lebih dulu karena sudah merasa badannya lengket dan tidak nyaman. Selesai membersihkan diri Adelia membuka pakaian yang disiapkan oleh mertuanya, mereka beralasan jika pengantin pasti sibuk hingga tidak ada waktu untuk menyiapkan pakaian ganti.

Mata Adelia melotot melihat semua pakaian yang di siapkan mertuanya hanyalah selembar kain tipis. Adelia terus membolak-balik pakaian tersebut.

"Apa ini bisa di pakai? Bukannya jika memakai ini sama saja dengan tidak berpakaian? Tapi tidak ada pakaian lain lagi," gumam Adelia yang merasa bingung.

Setelah memutuskan mengambil satu set pakaian berwarna hitam Adelia kembali memakai jubah mandinya.

Nathan belum juga datang, mungkin suaminya itu sedang berpamitan pada keluarganya.

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan Nathan yang tampak lelah, Adelia menghampiri suaminya. Membantu melepaskan jas dan kemeja yang di pakainya.

"Mandi dulu Nath! Supaya lebih segar."

Nathan mendelik mendengar panggilan Adelia yang masih belum berubah, saat sadar Adelia hanya nyengir kuda sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Maaf Sayang, kebiasaan hehehe," ucapnya dengan senyum cap lima jari. Nathan menjawil hidung Adelia dengan gemas.

"Lain kali seperti itu lagi aku pastikan akan menghukum dirimu, mengerti!" Nathan berusaha mengancam tapi dengan nada lembut disertai senyum yang mana bukan membuat Adelia takut tapi justru tertawa.

"Iya ... iya ... baiklah, maafkan aku suamiku yang tampan. Sekarang mandi ya! Aku akan menyiapkan pakaian ganti untukmu."

"Temani aku mandi." Nathan memegang lengan Adelia.

"Tapi aku sudah mandi Sayang, mandi sendiri saja ya!" bujuk Adelia yang langsung meluluhkan Nathan.

"Hmm, baiklah," ujarnya sambil berlalu sementara Adelia menyiapkan pakaian ganti untuk suaminya.

Nathan keluar dengan keadaan segar setelah mandi, dirinya celingukan mencari Adelia tapi istrinya tersebut ternyata tertidur dengan posisi meringkuk.

Mungkin karena lelah seharian ini berdiri, Nathan yang tadinya ingin meminta haknya urung karena merasa tidak tega.

Setelah selesai berpakaian Nathan ikut masuk kedalam selimut yang di gunakan istrinya dirinya memeluk Adelia dari belakang, mengecup lembut belakang kepala istrinya.

"Nice dream my wife!" ucap Nathan sambil memejamkan mata, tak butuh waktu lama dirinya juga sudah terlelap karena memang merasa lelah seharian meladeni para tamu.

Pukul satu dini hari Adelia merasa ingin buang air kecil membuatnya terbangun. Saat Adelia turun menuju kamar mandi Nathan menggeliat kecil meraba tempat di sebelahnya yang terasa kosong membuat laki-laki itu duduk terbangun.

"Sayang!!! Adel!!!" teriak Nathan di tengah malam mencari istrinya yang tidak ada di kamar. Suara pintu kamar mandi yang terbuka membuat Nathan yang akan kembali berteriak mengurungkan niatnya.

"Sayang, kamu kenapa bangun?" tanya Adelia menghampiri suaminya, tapi malah ditarik masuk kedalam pelukan laki-laki yang merupakan suaminya tersebut.

"Kamu membuatku takut, aku kira kamu diculik," ucap Nathan dengan mendekap erat tubuh istrinya.

"Mana ada aku diculik, aku baru dari kamar mandi karena panggilan alam, kamu ini ada-ada saja."

"Ya, siapa tahu ada yang culik kamu."

"Tengah malam begini? Yang benar saja Nath," ucap wanita itu yang sadar jika salah memanggil suaminya dengan nama Adelia lantas membekap mulutnya.

Nathan menggelitik Adelia membuat istrinya itu tertawa menahan geli.

"Nath ... an, hah Nathan sudah! Cape."

"Panggil aku apa? Masih belum puas?" Nathan terus menggelitik Adelia hingga sudut mata wanita itu berair.

"Baiklah, baiklah aku menyerah! Ampun Sayang ampun ini geli." Adelia baru bisa bernafas dengan benar saat Nathan berhenti menggelitiknya.

"Panggil aku Sayang atau Mas, jangan panggil nama karena saat ini aku sudah menjadi suamimu, mengerti!"

Adelia mengangguk kemudian mendekap suaminya, Nathan membalas pelukan istrinya dengan mesra mereka berdua kembali bersiap tidur setelah lelah bercanda, tapi keduanya terjaga dan sulit untuk kembali memejamkan mata. Nathan terus mendekap erat Adelia seolah takut wanita itu pergi darinya.

Ritual malam pertama yang tadi sempat tertunda akhirnya mereka berdua laksanakan dengan penuh cinta dan kelembutan, Nathan mengelus perut istrinya berharap benih yang baru saja dia tabur berkembang menjadi bayi lucu suatu saat nanti, tidak ada perasaan lain selain kebahagiaan yang keduanya rasakan.

Mereka berdoa semoga kebahagiaan yang mereka rasakan saat ini tidak pernah pergi dari kehidupan mereka nanti, keduanya memejamkan mata siap untuk menyambut mimpi indah serta hari baru ketika esok matahari menyapa.

***

Hari-hari mereka lewati dengan bahagia sebagai pasangan suami-istri, Adelia begitu bersyukur mendapatkan suami sebaik Nathan serta mertua seperti orang tua Nathan yang menganggapnya seperti anak sendiri. Bahkan mungkin mertuanya lebih menyayangi Adel daripada Nathan, membuat suaminya selalu saja merajuk ketika orang tua pria itu datang berkunjung ke rumah, karena mereka lebih perhatian terhadap Adel.

Seperti saat ini, Nathan yang tengah cemberut lucu karena cemburu pada istrinya sendiri.

"Sayang, kok manyun begitu sih? Nanti bibirnya dipatok ayam loh!" Adel menggoda suaminya yang mengerucutkan bibirnya. Bukannya marah Nathan justru mengerling nakal membuat Adelia waspada.

"Mana ada ayam di sini, lagipula apa kamu rela berbagi dengan ayam," sahut Nathan yang sudah tersenyum smirk ke arah istrinya.

Adelia tampak berfikir sambil mempoutkan bibirnya ke kiri dan ke kanan.

"Sekarang malah gantian," ucap Nathan membuat Adel menoleh.

"Apa?"

"Tadi aku yang mengerucutkan bibir kamu bilang nanti di patok ayam, barusan kamu sendiri kenapa mempout bibir? Mau di sosor soang?" balas Nathan.

"Kenapa bawa-bawa soang?"

"Kamu sendiri tadi yang bawa-bawa ayam," sahut Nathan tak mau kalah.

Adelia tersenyum menunduk menahan tawa, karena berhasil menggoda suaminya.

"Habisnya kamu lucu kalau lagi cemburu." Adelia mendongak menatap wajah tampan suaminya.

"Aku heran jika mama datang, kenapa aku merasa seperti menantu dan kamu seperti anaknya? Aku bukan cemburu loh sayang."

"Hmm, iya ... iya ...., suamiku tercinta tidak cemburu." Adelia mengiyakan ucapan suaminya daripada nanti merajuk.

Kehidupan mereka begitu bahagia karena saling melengkapi satu sama lain, komunikasi yang baik membuat keduanya mampu mengatasi hal-hal yang bisa memicu terjadinya kesalah pahaman diantara keduanya.

Adel selalu berdoa supaya kehidupannya selalu bahagia seperti sekarang, jauh dari kata orang ketiga atau segala bentuk perselingkuhan. Dirinya begitu mencintai laki-laki yang kini menjadi suaminya, mereka berdua selalu dapat menyelesaikan masalah dengan baik karena komunikasi mereka yang terjaga dengan baik.

avataravatar
Next chapter