webnovel

Part 16

Darel yang mendengar pertanyaan yang dilontarkan Felicia padanya, ia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Felicia. Sedangkan Felicia kembali membuka suara yang masih menatap ke arah Darel. "Gue cuman mau bilang sama lo. Lo harus sabar dan terbiasa sama sifat dinginnya. Dia sangat tidak banyak bicara pada orang asing.”

Emily hanya menyimak pembicaraan mereka semua, ia memakan dengan tenang bakso miliknya. Darel melihat ke arah Emily yang makan dengan tenang.

"Tapi Darel bukan orang asing, dia tunangannya Emily," ucap Angkasa.

"Gue tau. Tapi bagi Emily, Darel hanyalah orang asing baginya. Apalagi dia datang tiba-tiba dalam kehidupan Emily dan langsung melamar. Gue yakin suatu saat, Emily akan menganggap lo itu bukan orang asing lagi baginya. Tapi seseorang yang berharga baginya, tapi lo harus menunggu di mana waktu itu tiba. Di mana Emily akan menganggap lo bukan orang asing lagi baginya," kata Felicia.

"Gue akan tunggu waktu itu," ujar Darel yang dibalas anggukan oleh Felicia.

"Dan satu lagi gue ingetin sama lo, jangan pernah sekali-kali lo nyakitin Emily sedikit pun. Bahkan lecet sedikit pun. Jika sampai Emily lecet sedikit pun, nyawa lo taruhannya dan gue sendiri yang akan pastikan itu!" seru Felicia.

"Oh tidak, bukan gue melainkan 'mereka' yang akan melakukan itu kalau Emily lecet sedikit pun apalagi lecetnya karena lo," sambung Felicia.

'Mereka' kata itu kembali di dengar oleh Darel, tapi bukan dari Emily melainkan dari teman Emily. "Siapa yang lo maksud itu? Kemarin Emily bilang seperti itu juga."

"Lo akan tau nantinya. Tunggu saja," balas Felicia.

"Sudah gue bilang bukan? Kalau lo tidak sanggup, lebih baik lo batalin semuanya," timpal Emily tiba-tiba. Ia mendengar semua pembicaraan mereka semua.

Darel melihat ke arah Emily yang masih makan dengan tenang. "Gue sudah bilang juga sama lo, kalau gue sanggup. Dan gue akan tunggu waktu itu tiba.”

"Yasudah kalau itu mau lo, gue tidak memaksa," balas Emily.

"Lo tunggu saja waktu itu dan tidak usah lagi bertanya tentang itu. Lo akan tau itu kok," papar Felicia.

"Okelah, gue tidak akan bertanya soal itu lagi," ucap Darel.

Mereka berlima semua memakan makanan mereka. Sekali-kali mereka berbicara. Sedangkan Alva melihat ke arah Felicia. "Lo kenal banget ya sama Emily?"

Felicia mendongak melihat Alva yang melontarkan pertanyaan itu. "Sangat kenal. Bahkan dari kecil, gue tau bagaimana Emily.”

Mendengar itu Emily melihat ke arah Felicia. Sedangkan Felicia mengerti arti tatapan Emily. Felicia mengangguk dan tersenyum menjawab tatapan Emily itu. Emily mendapatkan jawaban itu, ia kembali memakan bakso miliknya.

"Tapi kenapa gue baru liat lo sekarang?" tanya Angaksa.

"Gue baru pulang dari luar negeri dengan keluarga gue. Maka dari itu, gue tidak ada dulu," jelas Felicia yang dibalas anggukan oleh mereka berdua.

"Kita boleh duduk di sini?" tanya seseorang.

Mereka semua mendongak termasuk Emily yang sedari tadi makan baksonya lalu kembali melanjutkan makannya. "Hmm.”

Mereka semua berdiam, melakukan aktivitas mereka masing-masing sampai suara Emily yang tiba-tiba terdengar. "Alexander Hernandez."

Ucapan Emily itu sukses membuat mereka semua melihat ke arahnya.

"Maksud lo apa nyebut Alex tiba-tiba. Kita di sini diam-diam aja," ujar Azka.

Mendengar perkataan Azka, Emily melihat ke arah Azka lalu menaikkan satu aslinya. "Gue hanya menyebut namanya saja, Memang nya tidak boleh?"

"Sudah," lerai Alex.

Alex menatap ke arah Emily. "Ada apa manggil gue?"

"Tidak apa-apa hanya memanggil saja," ucap Emily.

Mendengar itu, Alex merasa aneh. Kenapa tiba-tiba Emily memanggil namanya apalagi dengan nama panjangnya, pasti ada yang Emily sembuyikan darinya. Melihat perubahan Emily yang sekarang benar-benar berbeda dengan Emily yang dulu.

"Gak jelas lo jalang!" seru Vano.