webnovel

Part 15

Emily telah sampai dikelas, dan ia mendapati Felicia telah datang. Langsung saja Emily duduk di sebelah Felicia, sedangkan Felicia merasa ada yang duduk di sebelahnya langsung saja menoleh ke arah samping dan mendapati Emily di sampingnya. "Lo berangkat sama tadi? Gue tidak jemput lo tadi, sorry.”

"Sama Darel tadi," ucap Emily.

Felicia bingung mendengar nama yang sangat asing di telinganya. "Darel siapa? Anak sekolah sini?"

Emily menganggukkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan Felicia padanya. Mata Felicia menangkap sesuatu yang baru di jari manis Emily. Ia mendapati sebuah cincin yang melingkar di jari manis itu. "Cincin apa itu, Kei?"

Emily menunduk sedikit lalu melihat cincin yang melingkar di jari manisnya. "Oh ini cincin dari Darel, lebih tepatnya cincin pertunangan.”

Felicia sedikit terkejut akan jawaban Emily. "Cincin pertunangan? Kalian sudah tunangan?"

"Iya. Lebih tepatnya sih, Darel sudah suka sama Emily yang asli dan dia tidak tau kalau gue bukan Emily asli," kata Emily.

"Terus lo akan jujur sama dia?" tanya Felicia.

"Itu yang buat gue dilema sekarang, Felic. Semalam gue kedatangan Emily yang asli dan dia bilang gue harus jujur sama dia, tapi gue harus nunggu waktu yang pas untuk jujur sama dia," jelas Emily.

"Ada benarnya juga yang dibilang sama Emily, Kei. Sekarang bukan waktu yang pas untuk lo jujur sama dia. Sekarang waktunya lo membalaskan dendam Emily pada mereka semua," tutur Felicia.

Emily terdiam sejenak setelah mendengar perkataan Felicia. Ya, apa yang dikatakan Felicia benar. "Ya lo benar, sekarang waktunya untuk membalaskan dendam Emily.”

Saat Felicia ingin berbicara kembali, harus tertunda karena Guru telah masuk. Guru langsung menerangkan materi nya pada anak muridnya tersebut.

Kring ... Kring ... Kring ...

"Baik sampai disini saja materi kita, sampai jumpa minggu depan," kata Guru.

Setelah mengatakan itu, Guru itu keluar dari kelas. Para murid langsung keluar dari kelas menunu surga duniawi mereka yaitu kantin. Begitu juga dengan Emily dan Felicia. Mereka berdua telah sampai di kantin dan langsung mendapati tempat yang masih kosong.

"Biar gue yang pesan kali ini," kata Felicia yang dibalas anggukan oleh Emily.

"Lo pesan apa?" tanya Felicia.

"Bakso dan es teh manis saja," jawab Emily.

Setelah mendengar itu, Felicia langsung pergi memesan makanan unttuk mereka. Semabri menunggu Felicia datang, ia memainkan handphone miliknya. Emily tidak bermain game di ponselnya melainkan sedang mengerjakan sesuatu. Ia sangat serius mengerjakan itu, sampai sebuah suara menyadarkan dirinya. Bermain game menurutnya itu sangat membosankan sekali, lebih baik ia mengerjakan yang lebih berguna baginya.

"Kita boleh duduk di sini?" tanya seseorang tiba-tiba datang.

Emily mendongak melihat seseorang yang tak lain Darel dan dua orang yang ia tak kenal lalu kembali fokus pada ponsel miliknya. "Hmm.”

Darel melihat itu langsung duduk bersama kedua temannya. Ia melihat ke arah Emily yang sangat serius pada ponselnya itu. "Lo sudah pesan?"

Darel berada di depannya sekarang. Emily hanya menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Darel. Melihat itu, Darel melihat ke arah temannya yang berada di depannya itu. "Lo pesan sana, Va."

"Yaudah seperti biasa aja," ucap Alva.

Alvaizi Satria Pratama. Sahabat seorang Darelino Ravikansyah Watson. Alva terkenal dengan sikap ramahnya, tapi terkadang gesrek.

Angkasa Aji Zakara. Sahabat Darel juga. Sifatnya tidak beda jauh dengan Alva.

Back to topic

Felicia telah datang setelah mengantri yang begitu panjang. Lalu, ia memberikan pesanan Emily. "Ini."

Mendengar itu, Emily langsung mematikan ponsel miliknya lalu mengambil pesanan miliknya dari Felicia. "Thanks.”

Felicia melihat dua orang yang sangat asing baginya. Ia tiba-tiba teringat cerita Emily tadi pagi saat dikelas. Ia melihat ke arah dua pria itu secara bergantian. "Di antara kalian, yang mana namanya Darel?"

Sebelum salah satu dari mereka menjawab, Alva datang dengan pesanan mereka memberikan pesanan pada dua temannya itu. "Nih pesanan kalian.”

"Gue Darel," ucap Darel.

Felicia melihat ke arah pria yang berada di samping Emily yang katanya bernama ‘Darel’ itu. "Lo Darel? Lo tunangannya Emily?"