webnovel

Part 10

Felicia yang merasa ada yang memandang dirinya, langsung sjaa mendongak. Ia melihat Emily memandang dirinya, ia menaikkan satu alisnya pada Emily.

"Apa maksudmu membuat caption seperti itu Felicia," kesal Emily.

"Biarkan saja," ucap Felicia dengan santainya.

Tidak tau saja kalau Emily sedang kesal padanya.

"Lo sangat gampang berkata seperti itu, Felic. Jika 'mereka' tau sekarang bagaimana. Kau tau 'mereka' bagaimana!" geram Emily pada Felicia.

Felicia menghela nafas pelan lalu dengan santainya Felicia berbicara. "Ya tinggal lo jelaskan Kei sama 'mereka'."

"Lo sangat mudah bicara seperti itu, Felic," kata Emily.

Felicia menatap ke arah Emily, ia sangat tahu apa yang dirasakan Emily sekarang. "Gue tau apa yang lo rasakan sekarang, Kei. Tapi sampai kapan pun lo tutupin semua ini, 'mereka' akan tau nantinya. Lebih baik lo beri tau 'mereka' secepatnya. Sebelum 'mereka' tau sendiri."

Emily terdiam sejenak setelah mendengar ucapan Felicia. Ucapan Felicia ada benarnya juga.

"Gue selalu akan sama lo terus Kei, kalau lo lupa." kata Felicia.

Emily memandang Felicia, ia melihat Felicia memberikan senyuman semangat pada dirinya. "Ya lo benar. Gue akan secepatnya akan beri tau 'mereka'."

"Bagus," pungkas Felicia.

"Tapi sebelum gue beri tau 'mereka'. Gue harus beri tau keluarga dulu baru 'mereka'," kata Emily.

"Terserah lo mau bagaimana. Yang harus lo ingat, gue selalu ada sama lo terus," tutur Felicia.

Emily tersenyum ke arah Felicia. Sedari dulu Felicia selalu ada buatnya. "Thanks."

"Sudah seharusnya kan gue selalu ada buat lo." tutur Felicia tersenyum hangat membalas senyuman Emily.

"Sudah, gue mau liat komentar dulu, gue yakin pasti 'mereka' akan liat postingan gue dan bingung. Dan langsung mencari tentang lo." ungkap Felicia terkekeh.

"Itu sudah pasti," ujar Emilly.

Mereka berdua melihat komentar-komentar yang terus saja masuk di akun sosial media mereka masing-masing. Banyak orang yang menanyakan arti dari postingan Felicia itu, tapi Felicia sendiri tidak menjawab apa pun dari pertanyaan mereka semua itu. Setelah melihat komentar-komentar itu, Emily langsung melihat ke arah Felicia. "Mereka kenal lo?"

Felicia melihat ke arah Emily juga. "Maybe. Tapi gue tidak mengenal mereka semua."

Emily mengedikkan kedua bahunya atas jawaban Felicia yang ia dapatkan. Mereka berdua terdiam, mereka menikmati udara yang menerpa wajah cantik mereka berdua. Sampai bel pulang telah berbunyi.

Kring .... Kring .... Kring ....

Tak terasa bel pulang telah bunyi, itu tentu saja membuat mereka berdua membuka matanya.

"Pulang ayo." papar Felicia bangkit dari duduknya.

Emily hanya berdehem saja lalu berdiri dari duduknya. Tak membutuhkan waktu yang lama, mereka telah sampai di parkiran. Tapi di parkiran, mereka melihat Alex dkk termasuk William di antara mereka. Mereka berdua mendengar pembicaraan mereka.

"Gue dengar, ketua mafia Rick Devil sudah meninggal beberapa hari lalu," kata Vano pada teman-temannya.

Tentu, perkataan Vano membuat mereka semua terkejut. Mereka semua baru mengetahui bahwa ketua mafia Rick Devil telah tiada.

"Karna apa dia meninggal? Bukannya dia sangat cerdas dalam misinya," pungkas William.

"Yang gue dengar, karena dia gugur dalam menjalankan misinya tertembak tepat di jantung," ucap Vano kembali.

"Sudah jangan bicarakan dia. Lagian dia sudah tidak ada, yang penting kita tidak ada masalah dengannya dan jangan memancing anggota mereka. Gue tidak mau kalau di antara kalian ada yang memancing keributan dengan mereka. Kalian semua tau kekejaman mereka bagaimana menghadapi musuhnya," pungkas Alex pada anggota intinya.

"Sudah ayo pulang," tutur Azka.

Alex dkk pulang ke rumah masing-masing. Mereka tidak menyadari bahwa ada dua orang yang mendengar pembicaraan mereka dari awal sampai akhir. Mereka adalah Felicia dan Emily. Mereka berdua saling pandang satu sama lain, dan mengeluarkan senyum smrik mereka.

"Tapi sayang, ketua mereka telah kembali." kata Emily sedikit tertawa. Oh tidak ini bukan tertawa pada dasarnya, tetapi siapa pun yang mendengar tawa Emily, pasti akan takut mendengarnya.

"Apa rencana lo?" tanya Felicia. Pertanyaan Felicia sukses membuat Emily berhenti tertawa.

"Saat ini gue akan diam aja dulu dan pada waktu yang tepat, dan BOOM. Disitulah gue akan bermain, bagaimana?" papar Emily.

"Gue ikut rencana lo," tutur Felicia.

Emily hanya menganggukkan kepalanya. Mereka berdua pulang dari sekolah yang masih ada beberapa para murid yang menunggu jemputan mereka dan ada beberapa yang telah pulang sedari tadi. Felicia mengantar terlebih dahulu Emily pulang.