28 Kemunculan Gyarendra di Sana

Ketika selesai mendata semua stok baru di gudang, Giavana berbalik badan hendak kembali ke ruangannya.

Namun ….

"Argh!" Betapa kagetnya dia saat mendapati dia langsung didekap dan dipojokkan ke dinding oleh seseorang.

"Kamu pasti kangen padaku, ya kan?" bisik Gyarendra sambil mengurung tubuh Giavana.

Sungguh tidak ada dalam dugaan terliar Giavana bahwa dia akan menemukan lelaki itu di tempat seperti ini. Bagaimana bisa Gyarendra ada di sini! Giavana tak bisa menemukan asumsi apapun mengenai ini.

Dia hendak berteriak ketika telapak tangan Gyarendra membekap mulutnya, lelaki itu mendesis keras di depan wajahnya yang syok, "Berani berteriak? Kau yakin? Kau siap menerima konsekuensinya?"

Hah? Apa yang lelaki itu bicarakan? Giavana tak paham sama sekali. Memangnya konsekuensi macam apa yang akan dia terima jika dia berteriak. Dia saat ini sedang mengalami penyerangan! Bagaimana mungkin dia tidak berteriak?

Bahkan ketika tangan jahat Gyarendra sudah meraba-raba pantatnya dan meremas di sana dengan cara menyusup masuk melalui rok pendeknya, apakah dia tak boleh berteriak? Dia sedang dilecehkan! Kenapa dia bisa berada di situasi macam ini?

Yang terpenting adalah … kenapa ada lelaki brengsek ini di tempat ini!

Tanpa memerdulikan pantatnya yang diremas-remas tangan Gyarendra, Giavana menggunakan kekuatan kakinya untuk menginjak kaki Gyarendra.

"Arrghh!" Pengukungan Gyarendra pun mengendur dan itu dimanfaatkan Giavana untuk mendorong lelaki itu dan melarikan diri secepat mungkin.

Gyarendra mengelus-elus kaki yang diinjak sekuat tenaga oleh Giavana. Meski tidak memakai sepatu high heels, tetap saja injakan kaki Giavana mematikan untuk punggung telapak kakinya. Itulah mengapa dia menyerah dan tidak mengejar Giavana.

Sementara, Giavana terus berlari sambil mendekap tabletnya mencapai pintu keluar gudang dan bernapas lega ketika melihat ke belakang, tak ada Gyarendra mengejarnya.

Heh? Apakah dia berhalusinasi saja? Apa tadi sebenarnya bukan Gyarendra? Apakah dia hanya mengada-ada saja?

Tapi, sentuhan dan remasan lelaki itu terasa nyata baginya, tidak mungkin halusinasi. Rasa hati ingin memeriksa gudang sekali lagi untuk memastikan, tapi rasanya itu tindakan bodoh, kan? Biasanya yang begini ini akan lekas mati di film horor.

Baiklah, lupakan mengecek tempat tadi dan lebih baik lekas kembali ke ruangannya! Di sana dia pasti aman!

Ketika dia sampai di ruangannya, ada Pak Aryo dan beberapa staf yang sedang mengobrol dengan Beliau di sana. "Ehh? Giavana? Kenapa napasmu ngos-ngosan begitu? Seperti melihat hantu saja. Hahaha." Pak Aryo menggodanya.

"Mungkin dia memang bertemu dengan penunggu gudang, Pak, hehe …." Staf pria menimpali. "Bercanda, kok Giavana. Tak ada hantu di gudang. Aman!" Ia lekas meralat ucapannya sendiri. Mungkin agar tidak menakuti Giavana sebagai anak baru di sana.

Giavana meringis canggung dan duduk di kubikelnya. Benarkah ada hantu di gudang itu? Kalau memang demikian, berarti tadi bukan si brengsek itu, tentunya. Apakah itu … hantu gudang yang menyamar menjadi Gyarendra? Tapi kenapa menyamar menjadi lelaki itu? Kenapa tidak yang lainnya saja? Misalkan Brad Pitt atau Jungkook atau Lee Minho?

Apakah hantu menyamar sebagai seseorang saat kita sedang memikirkan orang itu? Giavana pernah membacanya di sebuah artikel horor. Tapi … dia tadi sama sekali tidak memikirkan Gyarendra! Amit-amit melakukan itu! Bahkan dia merasa ini adalah minggu damai tanpa ada gangguan lelaki sialan itu!

Baru saja Giavana masih terus berpikir mengenai spekulasi ini dan itu, mendadak saja telinganya mendengar suara yang sangat familiar.

"Sepertinya semua bekerja keras hari ini!" Itu suara Gyarendra! Apakah sekarang telinga Giavana juga berhalusinasi? Atau dedemit itu sampai di ruangan ini?

"Wah! Ternyata Pak Rendra!" Pak Aryo segera menyahut begitu muncul Gyarendra di ambang pintu ruangan kantor. "Sungguh kehormatan sekali bisa ditemui Pak Rendra begini, hahaha!"

Giavana melongo. Kenapa Pak Aryo juga merespon suara itu? Apakah Pak Aryo juga terkena halusinasi? Tapi, kenapa atasannya itu mengetahui nama Gyarendra dan sepertinya sangat hormat jika menilik dari ucapannya? Ia bingung sampai melongok untuk memastikan.

Matanya kini menangkap sosok Gyarendra yang sudah berada di depan Pak Aryo dan para staf di sana. Mereka berbincang santai dan ringan.

"Ahh, ya, Pak! Itu admin baru kita. Namanya Giavana." Mendadak, Pak Aryo menoleh ke Giavana dan membuat Gyarendra juga menoleh ke arah gadis itu.

Giavana masih mematung di tempatnya dengan ekspresi melongo tak percaya. Kenapa lelaki itu ada di sini, dan sepertinya bukanlah sebuah halusinasi, melainkan nyata! Dan kenapa pula manajernya dan staf lainnya begitu terlihat menghormati Gyarendra? Kenapa?!

"Ohh, karyawan baru, yah!" Kini, Gyarendra melangkah ke arah Giavana di sudut ruangan. Dia menyeringai sambil berjalan layaknya harimau menemukan mangsanya yang terpojok. Pak Aryo dan para staf tidak akan melihat ekspresi Gyarendra karena dia memunggungi mereka saat berjalan gontai ke kubikel Giavana.

Lutut Giavana seperti gemetar, dan tak bisa digerakkan. Padahal dia ingin lari, tapi kakinya seperti dipaku di tanah saat dia berdiri mematung di sebelah kubikelnya. Dia bahkan melihat seringaian Gyarendra, seakan lelaki itu sedang mengejek dia.

"Giavana, beri salam kepada bos di tempat ini." Pak Aryo menggaungkan kalimat yang bagaikan petir di telinga Giavana.

Apa? Pak Aryo berkata apa baru saja? Bos dari tempat ini? Bos? Ucapan Pak Aryo terus berputar di telinga Giavana. Bos di tempat ini. Bos ….

Ya ampun! Astaga, Giavana mana mungkin bisa menduga hal semacam itu?! Gyarendra adalah pemilik CV ini?!

Tunggu dulu! Bukankah nama-nama dari pemilik CV ini sama sekali bukan Gyarendra atau nama alias dia lainnya. Lalu kenapa dia bisa dikatakan bos di sini?

CV ini dimiliki oleh 2 orang dan itu sudah dibaca baik-baik oleh Giavana sebelum memasukkan lamaran pekerjaan waktu itu. Lalu, kenapa bisa … ahh, Giavana benar-benar tidak bisa berpikir lebih jauh. Ini terlalu rumit.

Yang penting, kini Gyarendra sudah berdiri di depannya. Dia mengulurkan tangan ke Giavana. Sementara, Giavana malah menatap tangan yang terulur itu seperti orang bodoh.

"Giavana, hei!" Suara Pak Aryo sudah tiba di pendengaran Giavana, menyadarkan gadis itu dari sekian tumpuk pikirannya. Ternyata Pak Aryo sudah ada di dekat Gyarendra.

Melihat Pak Aryo yang memberikan kode melalui mata agar dia bersikap hormat pada bos, Giavana tak memiliki opsi lain selain menjabat uluran tangan itu. "Giavana. Sa-Saya … Giavana. Selamat siang, Pak Bos." Dia sampai tidak bisa merangkai kata-kata dengan baik.

Ini terlalu mengejutkan dia. Terlalu membuat syok! Bagaimana bisa dia malah berakhir dengan menjadi karyawan Gyarendra?

Astaga … apakah dia lupa bahwa dulu ibu dan kakaknya pernah mengatakan agar dia bekerja di perusahaan Gyarendra saja, sebuah perusahaan alat-alat medis.

Duh! Kenapa Giavana malah melupakan itu! Bodohnya!

avataravatar
Next chapter