1 KEGAGALAN PERNIKAHAN

Suasana pagi hari yang cerah dengan suara burung berkicau membuat pagi hari terasa lebih indah dan menyejukkan. Semua orang tentu sedang sibuk dengan aktivitas mereka di pagi hari tetapi, sosok perempuan yang sedang bergelung pada selimut tebal miliknya itu baru saja terlelap subuh hari.

Sinar mentari yang semakin bersinar dengan terik memasuki kamarnya melalui celah jendelanya. Angin yang bertiup semakin membuatnya tampak terlelap. Rambut panjangnya yang berantakan semakin membuatnya terlihat seperti perempuan tak punya kerjaan yang selalu bergadang tiap hari.

"Mahira bangun!" teriakan Ibunya menggelegar dari lantai bawah memanggilnya untuk segera turun.

Perempuan cantik bernama Mahira itu hanya bisa mendengus kesal lantaran Ibunya memanggil namanya dengan begitu lantang. Setengah hati Mahira bangun dari posisi tidurnya dengan rambut yang masih acak-acakan ia langsung keluar dari kamarnya.

"Ada apa Bu, aku baru tidur pas subuh," keluhnya sambil menuruni anak tangga.

Sementara itu datang adik perempuannya dari arah berlawanan dengannya memasang wajah mengejek.

"Lagian siapa suruh kerja, cari suami biar bisa leha-leha di rumah."

Belum sempat Mahira menyahutinya, Khansa lebih dahulu pergi dari hadapannya.

"Anak Ibu yang satunya songong banget sama aku, kalau aku sudah menikah masa aku meninggalkan pekerjaan yang aku sukai?" tanyanya sambil duduk pada kursi meja makan.

Ibunya, Maya, hanya bisa geleng kepala melihat tingkah laku kedua anak perempuannya. Tidak ada habisnya berdebat mengenai Mahira yang belum menikah padahal umurnya sudah menginjak 25 tahun.

"Tidak perlu seperti itu, kamu bisa bekerja saat sudah menikah karena semua kembali pada keputusan kamu," ucap Maya, Ibunya.

Mahira mengangguk saja menyetujui ucapan Ibunya. Meja makan terasa sepi lantaran Ayahnya belum kembali dari kantor.

Mahira dan Ibunya sarapan dengan tenang di pagi hari, menyantap makanan yang sudah dibuat Ibunya dengan penuh cinta tentu membuatnya merasa senang setiap ada di rumah.

"Kamu mau ke kantor siang ini?" tanya Maya.

Sambil melahap makanannya tentu Mahira menggeleng untuk menjawab pertanyaan yang berasal dari Ibunya.

"Tidak, aku sudah mengerjakan tugas milik aku untuk hari ini dan esok jadi aku bisa santai di rumah sama keluarga," ucapnya.

Sungguh luar biasa anak perempuannya karena ingin santai di rumah langsung mengerjakan semua tugasnya secara langsung bersamaan.

Sungguh Mahira lebih senang di rumah karena bisa berbincang dengan keluarga sepuas hatinya seperti saat ini. Sarapan sudah selesai dan semuanya sudah bersih barulah dirinya duduk santai di ruang tamu untuk menonton tayangan televisi.

Seperti kebanyakan stasiun televisi tentu menayangkan acara pagi hari yang fresh dengan terselip berita sebelum jeda, Mahira sudah hafal betul karena ia sering menonton televisi dibandingkan anggota keluarga lainnya.

Mata miliknya menajam untuk membaca tulisan berjalan yang berada di bagian bawah televisi dengan seksama.

"Naka Sebastian, Pewaris tunggal StarGroup gagal menikah untuk kedua kalinya," baca Mahira pelan.

Maya yang mendengar gumaman milik Mahira tentu sudah tak heran lagi, ia tahu kalau laki-laki bernama Naka itu sudah gagal menikah kedua kalinya dan sudah dianggap hal biasa menurutnya. Mengingat Naka adalah pewaris tunggal tentu Maya berpikir kalau keluarga itu pasti mencari calon menantu yang baik.

"Ibu bahkan sudah sering melihat berita tentang Naka di media sosial, tak heran jika pernikahannya gagal lagi."

Mendengar suara yang berasal dari Ibunya tentu membuat Mahira langsung mengalihkan perhatiannya.

"Naka itu terkenal sekali, ia mapan dan tampan. Ibu yakin pasti anak muda sepertinya mencari jodoh yang baik serta tulus mencintainya."

Mahira turut membenarkan ucapan ibunya, dirinya juga merasa demikian untuk memilih pasangan hidup kalau bisa ya, jangan salah pilih!

"Pasti Ibu sering nonton gossip kan pagi-pagi, buktinya Ibu tahu banget tentang Naka si pengusaha sukses itu."

Maya hanya tersenyum saja, dirinya memang sering menonton tayangan pagi baik itu seputar selebriti terkenal sampai pengusaha-pengusaha yang hits di kalangan banyak orang.

"Jangan salah, kita walaupun orang biasa tentu harus tau berita seputar itu jadi saat kita bertemu tanpa sengaja dengan mereka kita tidak langsung ceplos bertanya privasi," ucap Maya memberikan nasihatnya pada Mahira.

Kedua mata Mahira langsung teralih pada layar televisi kembali yang masih menayangkan berita seputar selebriti tanah air itu, memang menarik menurutnya.

Terlarut dengan tayangan TV membuat Mahira tidak menyadari jika kini hanya tinggal dirinya saja di ruang tamu. Rumah terasa sangat sunyi di pagi hari ditambah dirinya tidak memiliki kegiatan untuk dikerjakannya.

"Ra, kamu tidak berangkat kerja?" tanya seseorang yang duduk di sebelahnya

Mahira yang sangat serius menonton TV tentu saja langsung terkejut lantara ia tidak menyadari kalau kini Ayahnya sudah duduk di sebelahnya.

"Ayah bikin aku kaget, aku libur dulu hari ini tapi kerjaanku sudah selesai semua," ucapnya.

Bastian diam saja duduk di sebelah anak perempuannya itu, kedua matanya sama ikut memandang pada tayangan TV di waktu pagi menjelang siang. Jam 10 seperti ini memang membuatnya langsung merasa ngantuk padahal dirinya masih memiliki kerjaan di kantor.

Mahira bangkit dari duduknya sambil membenarkan kembali bantal sofa yang ia gunakan. Matanya memandang pada Ayahnya yang terlihat sangat mengantuk seakan tubuhnya sangat lelah sekali.

"Ayah mau aku buatin kopi? Sekalian nanti aku panggil Ibu buat turun ya," ucap Mahira.

Bastian mengangguk saja, semoga saja kopi buatan Mahira membuat dirinya tidak mengantuk lagi. Ia harus kerja sampai sore hari mengingat besok sudah libur.

Baru saja Mahira melangkahkan kakinya ke dapur, bunyi dering telepon rumah membuatnya langsung berlari untuk mengangkatnya.

"Halo, keluarga Sebastian di sini," sapanya begitu mengangkat telepon.

Pendengaran Mahira tentu tidak salah karena dirinya berulang kali melihat telepon yang berada pada genggamannya namun tak bersuara sama sekali. Pikirnya mungkin orang asing yang salah sambung.

Mahira langsung menutup telepon itu, dirinya masih heran saja dan pergi meninggalkan telepon rumah itu. Ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda untuk pergi ke dapur.

Gerakan kakinya tertahan begitu dirinya sudah memasuki area dapur karena lagi-lagi telepon rumahnya berbunyi. Rasanya Mahira ingin sekali berteriak kepada si penelpon untuk jangan mengganggunya.

Belum sempat dirinya mengangkat telepon tersebut ternyata sudah lebih dulu Ayahnya yang melakukannya. Melihat Ayahnya sudah berbicara pada si penelpon tentu membuat Mahira langsung lari ke dapur dan membuat kopi.

"Mahira, Ayah harus ke kantor sekarang. Kopinya buat kamu aja ya, bilang sama Ibu ya," ucap Bastian dengan kencang.

Tentu mendengar suara Ayahnya membuat Mahira langsung menghampiri Ayahnya. Matanya menangkap dengan jelas kalau Ayahnya sedang buru-buru.

"Hati-hati Ayah," teriak Mahira sebelum mobil Ayahnya menghilang.

Wah super sekali dirinya selama waktu istirahat di rumah, ia bisa tahu semelelahkan apa kegiatan Ibunya mengurus keluarganya.

avataravatar
Next chapter