25 Pertunangan Alexio dan Jenisa

Willy menyambungkan tablet Alexio ke laptop miliknya menggunakan sebuah kabel data. Tak lama waktu berselang, ia berhasil memindakan semua isi dari tab tersebut ke laptopnya.

Willy pun hanya menemukan beratus vidio rekaman CCTV saja dari tab tersebut. Perasaannya sudah tak enak, tampaknya firasatnya memanglah tidak salah. Pasti memang ada hubungannya dengan nyonya muda Odele pikirnya.

Meski begitu, Willy sungguh tidak menyangka, jika Alexio menyembunyikan hal ini darinya. Menyembunyikan jika ia tetap memantau istrinya itu meski tidak tengah berada di rumah.

'siapa yang menyambungkan CCTV kamar itu pada tab tuan muda?' gerutunya sendiri.

Karena setahu dirinya, Alexio tidak pernah melakukan hal seperti itu sendiri.. dan seperti biasa, selalu ia yang melakukan banyak pekerjaan untuk tuan mudanya itu. Tak sekalipun Alexio melakukan hal-hal seperti ini.

Dan setahu dirinya, Alexio tidak ahli dalam bidang ini. Terselip sedikit kekecewaan di hatinya menyadari tuan mudanya tidak 100% mempercayainya

Penemuan ini membuktikan masih ada hal yang dirahasiakan tuan mudanya itu padanya. Sungguh Willy merasa kecewa. Setelah sekian tahun mengikuti Alexio, ia mengira ia sudah tau semua baik maupun buruknya tuan mudanya itu, namun hari ini membuktikan, perkiraannya ternyata salah. Alexio persis seperti julukannya.. Pangeran dengan seribu tanda tanya karena hanya dia yang tidak suka mengekspose diri. Namun begitu, para pencari berita malah lebih antusias mengikutinya dari pada ke dua kakak laki-lakinya.

Tanpa membuang waktu lagi, Willy pun membuka vidio di waktu yang tepat saat Alexio bertingkah diluar kendali.

Setelah beberapa menit, Darion dan Willy pun mengerti, jika Alexio tengah cemburu, yang menandakan perasaannya pada Odele tidak lah berubah.

Helaan napas keduanya pun terdengar bersamaan.

"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Willy, menunggu perintah dari Darion.

"Masalah percintaan ini sungguh sulit.. belum lagi dia tidak mengakuinya dengan mulutnya. Berpura-pura tidak mencintainya dengan melakukan pertunangan dengan wanita lain? Menurut mu apa yang dia harapkan?"

"Aku? Entahlah.. anda tau sendiri, aku belum pernah jatuh cinta.. jika bertanya masalah percintaan aku sungguh tidak punya pengalaman, namun jika anda bertanya mengenai senjata atau strategi perang? Aku siap menjawabnya."

"Huh hidupmu sungguh membosankan will.. biar aku beri tau..——" oceh Darion dengan semangat menjelaskan panjang lebar pada Willy, mengenai efek cinta saat datang memasuki hidupnya. Mereka pun berjalan bersisian dengan Darion yang merangkul pundak Willy menggunakan tangan kanannya keluar dari ruang rahasia mereka.

Willy yang bertubuh lebih tinggi dari Darion, tentu saja menjadi sedikit mencondongkan tubuhnya kesamping. Apapun ocehan Darion mental begitu saja dari otaknya. Sungguh ia tidak mengerti satu kalimat pun mengenai CINTA.

'Bagaimana bisa hidup kita bisa di kendalikan oleh sebuah kata CINTA? Imposible' gerutu Willy dalam hati.

Sungguh di luar dugaan, saat mereka baru saja melangkah keluar dari ruang baca, tanpa di duga mereka malah bertemu dengan Claudya. Hingga Darion pun melepaskan pagutan akrabnya dari pundak Willy.

"Raja.." Hormat Claudya padanya. Darion membalas dengan menganggukkan kepalanya pelan. Claudya pun kembali menatap mata Darion setelah pemberian hormatnya di jawab.

"Apa yang kamu lakukan di tengah malam ratuku?" celoteh Darion kembali pada mood Rajanya. Ia akan bertingkah seperti itu pada orang yang tidak ia percayai.. dan Claudya adalah salah-satunya.. karena itu lah ia masih memainkan peran dengan istri ke tiganya itu. Ada hal yang ingin ia selidiki, dan hal itu telah berlangsung puluhan tahun lamanya karena tak kunjung menemukan titik terang.

"Hamba mencari mu raja.. ada beberapa hal yang ingin hamba utarakan" ucapnya

"Oh.. apakah itu?"

"Ehm.. ini tidak bisa di ucapkan di depan orang lain.." tambahnya menatap sekilas ke arah Willy

"Oh.. aku mengerti.. baiklah, mari kita berjalan beriringan menuju ke kamar" Jawab Darion sembari meraih jari jemari Claudia dengan ujung jarinya. Dan mereka pun tampak berjalan bersama menuju kamar milik Claudya. Ya.. Claudya tak sekalipun memasuki kamar milik Darion. Karena kamar tersebut dulunya juga kamar milik Alexandra ibu Alexio. Almarhumah istrinya yang telah meninggal.

Setelah Raja dan Ratu melewatinya, Willy pun kembali menegakkan kepalanya. Ia menggeleng heran entah sampai kapan Rajanya itu terus menaruh curiga pada Ratunya yang tampak sebaik itu.

***

Pagi menjelang.. Alexio telah selesai berkutat dengan pakaiannya.. ia mengenakan pakaian Resmi pangerannya sendiri tanpa di dampingi dayang-dayang atau pun pelayan yang biasa membantu memakaikan berbagai Atribut merepotkan itu pada ke dua kakak laki-lakinya itu. Alexio terbiasa mandiri, dan ia menjunjung tinggi privacy. Bahkan tak sembarang pelayan boleh memasuki kamarnya, meski hanya sekedar untuk berberes-beres di sana.

Ia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju aula pertunangan dengan di ikuti oleh beberapa pengawal dan Willy yang berjalan di belakangnya. Ya.. hari ini adalah hari pertungan Alexio dengan Jenisa. Meski ia telah menolak perihal media, namun perdebatan di sore hari saat itu menunjukkan Jenisalah pemenangnya. Dan Alexio hanya bisa terpaksa menyetujuinya.

"Tidak perlu ada media.. ini juga mengingat nama mu.. seandainya kita tidak jadi menikah" Ucap Alexio

"Jadi kamu mengkhawatirkan aku?" Jenisa tersipu malu "tapi tidak mengapa.. jangan hiraukan itu.. karena keluarga Damara tidak akan hancur hanya karena masalah ini. Sebaliknya.. jika kita mengundang media ke pertunangan kita, ini malah akan sangat menguntungkan bagimu.."

"Maksud mu?"

"Seperti yang kamu katakan kemarin.. kamu ingin menyiksa istri mu bukan? dan ini adalah salah satunya.. aku yakin.. dia akan terkena dampaknya" Pujuk Jenisa. Alexio mengerutkan keningnya berpikir. Entah alasan apa lagi yang ia punya untuk menolaknya. Karena ia tahu, hal ini sesungguhnya hanya lah persepsi sementara. Tidak ada hal yang dapat membuktikan kejadian itu benar akan terjadi.

Tak ada alasan lain yang dapat ia pikirkan saat ini, dan Alexio tentu saja terpaksa setuju dengan ide itu.. meski ia tidak ingin, namun ada harapan yang terselip disana bahwa kejadian tersebut dapat membuat Odele cemburu padanya. Entah apa yang ia inginkan, namun besar harapannya kejadian itu dapat terwujud. Itulah sekilas perbincangan ringan mereka di sore kemarin sembari meminum Glogg. Minuman rempah khas Sweden saat bulan Desember tiba.

Alexio berjalan menuju ruang hias Jenisa, Willy membantunya mengetuk pintu itu dan Jenisa lah yang membukanya langsung.

"Kau sudah siap?" tanya Alexio datar. Jenisa menjawab dengan tersenyum puas dan mengangguk berkali-kali.

Mereka pun berjalan bergandengan.. Jenisa mengenakan Gaun indah berwarna salem. Gaun yang menempel pas di tubuhnya dengan berbagai macam hiasan mutiara yang memenuhinya. Entah bagaimana bisa ia mendapatkan gaun pertunangan yang sesempurna itu hanya dalam 1 malam. Tapi wanita itu sungguh mengejutkan, karena terbukti ia bisa melakukan hal yang tampak semustahil itu.

=================

Odele dan Alexio sampai disini dulu.. sampai berjumpa di bab selanjutnya..

avataravatar
Next chapter