35 Kenangan pahit memiliki tempat tersendiri untuk menetap.

"Rohan.. aku memiliki permintaan, bisakah kau lakukan dengan rahasia?" tanya Alexio, Rohan yang mendengar kata terakhir kalimatnya malah menautkan kedua alisnya.

"Memang sejak kapan aku begitu terbuka? kecuali di kamar mandi?" jawabnya bercanda

Plak!! kepalanya di tempeleng sekali oleh Alexio. "Sekali lagi kau berbicara yang aneh-aneh, siap-siap saja kehilangan rambut gondrong mu itu!" kesal Alexio.

"Ouch.. ini menyakitkan.. tidak bisakah kau lembut sedikit boss? dan rambut indahku, jangan berani-beraninya kau menyentuhnya, meski kau adalah boss ku sekalipun, aku tidak akan membiarkanmu menyakitinya. Katakan.. apa perintah mu?" Ucap Rohan sembari menggulung rambutnya

"Aku mau kau menyelidiki keseharian Odele selama 7 tahun ini. Apakah dia menjalani hidupnya dengan baik? apakah dia bahagia? apakah dia menjalin hubungan dengan seseorang? apakah—" Ucapan Alexio terputus karena di potong oleh Rohan.

"Sudah.. sudah sudah.. aku sudah mengerti.. dan aku tau pasti apa yang menjadi tugas ku, tidak perlu kau berbicara begitu mendetil.. itu terdengar sedikit menjijikkan jika kau yang mengatakannya boss, di mana sifat angkuh dan dingin mu? saat ini kau sama sekali tidak terlihat seperti dirimu.. dan ini terlihat sangat mengerikan bagiku!" Gidik Rohan memotong ucapan Alexio.

Alexio pun menurut, ia hanya mengehela napasnya lelah.. pria itu tanpa bantahan hanya mengangguk pelan beberapa kali, ia percaya pada Pria yang usianya 2 tahun lebih muda darinya itu, dan memang dia tidak pernah sekalipun mengecewakannya.

"Apa hanya itu? Kalau hanya itu, aku pamit dulu, dan kau jangan terlalu kasar padanya.. ingat lah pesan ku.. jika kau mau di beri kesempatan, maka beri dia juga kesempatan.. paling tidak berikan harapan atas apa yang menjadi keinginan terbesarnya. Meski kau hanya bermain-main dengan harapannya, tapi.. percayalah di saat cinta itu datang, mungkin ia sudah tidak rela meninggalkan mu dengan sendirinya boss.." celoteh Rohan tanpa henti

"Aku tau cerewet!! tidak perlu kau jelaskan!! aku sudah mengerti!!! pergi sana!!!" Usirnya

"Kau mengusirku setelah aku memberikan mu konsultasi geratis boss?"

"Kau cerewet sekali!! pergi atau kau ku pecat!!"

"Jangan.. kau tega sekali boss.. tidak kah kau ingin tau apa yang terjadi padanya sebelum kau tiba? aku saja sangat penasaran, bagaimana denganmu?." rengek Rohan

"Memang itu yang ingin aku kerjakan! tapi aku hanya ingin melihatnya sendiri! kau pergilah!! jangan membuang waktu ku lagi!" perintah Alexio yang terdengar lagi-lagi dengan nada mengusir.

"Oh tuhan.. kau semakin pelit boss"

"Dia wanitaku, hanya aku yang boleh melihatnya"

"Kenapa tidak sekalian kau masukkan dia ke dalam saku celana mu?"

"C E R E W E T ! ! ! JIKA DALAM HITUNGAN 1 KAU MASIH DISINI, MAKA AKU BENAR-BENAR AKAN MEMECAT MU ROHAN!! SA-"

"Oke!!!! aku keluar" ucap Rohan yang langsung berlari menuju pintu keluar.

"Hufff…" Alexio mendudukkan bokongnya dan menghela napas lega, ia memijit keningnya yang mulai terasa berdenyut, lalu tangannya pun mulai menekan beberapa tombol keyboard untuk menghidupkan layar Cctv di ruang kerjanya. Tak lupa, ia memerintahkan Smart Home, sebuah robot otomatis yang memang sengaja di rancang khusus di ruang kerjanya untuk memudahkannya mengatur ruangan sedemikian rupa. Dia menamainya dengan sebutan SASY.

"SASY, CLOSE THE DOOR!!"

"LIKE YOUR COMMAND SIR, THE DOOR IS CLOSE!" ucap suara robot yang menggema dari sebuah speaker kecil yang terletak di sebelahnya. Dan hanya suaranyalah yang mampu memerintahkan Sasy.

Alexio pun menatap layar di hadapannya dengan intens, ia mengamati angka waktu yang menunjukkan jam perekaman cctv tersebut. Pilihannya pun jatuh pada waktu pagi ini, dimana Odele tengah berada di bilik pakaian, ia berdiri tepat menghadap ke lemari pakaian. Ia termenung sebentar selayaknya memikirkan pakaian apa yang harusnya ia pilih. Namun ini sungguh aneh, mengingat, lemari itu adalah lemari milik Alexio yang hanya berisikan kemeja khusus berwarna putih saja.

Odele bagai tersesat, melihat ia meraih kemeja Alexio dari pada pakaian wanita yang letaknya berhadapan dengan lemari pakaian Alexio. Padahal pakaian khusus wanita berada di lemari kaca tembus pandang, tidak mungkin Odele tidak melihat pakaian-pakaian sebanyak itu bergelantungan di dalam sana. Tapi ntah mengapa ia malah memilih kemeja Alexio yang kebesaran dan jelas kepanjangan itu.. Apa yang ia pikirkan? mengapa ia tidak memilih pakaian wanita yang jelas terlihat lebih cocok dan pas di tubuhnya?

Wajah Alexio memerah, ia menganggap hal ini membuktikan jika Odele tidaklah jijik atau membencinya.. ia malah beranggapan, kesempatan itu mungkin saja ada.. tinggal bagaimana cara dia untuk berusaha agar dapat mewujudkan hal itu saja.

Sebenarnya sejak ia bertemu Odele pertama kali ketika gadis itu tertidur, ia sudah tau jika gadis itu memakai kemeja miliknya. Namun ia tidak tau alasannya.. dan kini ia menjadi semakin sangat ingin tau.

Lalu Vidio pun berlanjut ke adegan selanjutnya, dimana Odele dan Bu Yuni berjalan beriringan bersama, lalu Odele pun berbincang sejenak dengan Rohan, meski terpancar dari wajah gadis itu ia tidak nyaman berlama-lama dengan Rohan, Alexio pun kembali tersenyum karena melihat tingkahnya..

Vidio pun berlanjut ketika Odele melangkah memasuki Aula utaman istana.. gadis itu takjub, matanya berbinar dan berkaca-kaca tanda ia terpesona. Alexio pun semakin terpana melihat senyuman yang tak pernah muncul ketika berhadapan dengannya.

Jemarinya perlahan menyentuh layar CCTV dimana sedang menampilkan wajah Odele yang di perbesar. "Semua itu memang ku atur sedemikian rupa untuk mu.. kamu yang selalu menyukai gaya classic, tentu menjadi kewajibanku untuk mewujudkannya, aku ingin kamu nyaman berada di rumah mu sendiri.." Ucapnya lirih, tanpa sadar air matanya pun jatuh dari sudut matanya.

DEGH! Alexio pun teringat pada saat wanita yang ia nikahi itu berkunjung pertama kali ke istananya, ia berusaha memberikan kejutan, namun tampaknya gadis itu biasa saja. Tak ada ekspresi senang apa lagi ucapan terima kasih yang terucap dari bibirnya. Benar-benar tak berekspresi, selayaknya manekin.

"Kamu tidak senang?"

"Siapa yang suka? ini jaman modern.. bagaimana bisa masih ada tempat se kuno ini di jaman sekarang?" ucapnya sinis

"Tapi sayang.. bukankah dulu kamu bilang kamu begitu suka dengan semua gaya orang romawi abad pertengahan?" pujuk Alexio mengingat masa-masa pacaran

"Dulu ya dulu, sekarang ya sekarang. Jangan bahas yang dulu-dulu, aku tidak suka!" cetus Odele kala itu.

Tangan Alexio kembali terkepal, mengingat masa-masa itu. Ia cukup kesal pada pikirannya.. harusnya ia melupakan kepahitan itu.. Namun yang ada malah sebaliknya.. kenangan buruk memiliki tempat tersendiri untuk menetap di pikirannya, untuk mengganggu hidupnya dan mengusik ketenangannya.

Namun kini ia sudah tau.. apa obat yang dapat menghapus semua hal-hal negatif itu dari hidupnya..

avataravatar
Next chapter